Sinopsis Are You the One Episode 14 - Part 1

Zhao Quan masih agak ragu sebenarnya, apakah Tuan Besar He, Zhen (sungguh-sungguh) setuju?

Namun Tuan Besar He, lagi-lagi, salah mengira bahwa Zhen yang Zhao Quan ucapkan ini adalah nama putrinya, He Zhen, dan langsung nyerocos antusias bahwa Zhen'er sudah pasti setuju, tidak mungkin Zhen'er tidak menyetujui hal yang membahagiakan seperti ini.

Mereka terus saja ngobrol ngalor-ngidul dengan pemikiran masing-masing (Kok bisa loh?)... sampai saat Zhao Quan mulai menanyakan tentang waktu keberangkatan. Baru sekarang Tuan Besar He mulai bingung dengan arah pembicaraan ini, berangkat ke mana yang Zhao Quan maksud?

"Mengantar pangan ke garis depan," jawab Zhao Quan.

Zhao Quan yang sama sekali belum menyadari adanya kesalahpahaman, santai saja meyakinkan Tuan Besar He bahwa dia sudah menyiapkan bahan pangan perang, dia cuma perlu bantuan Tuan Besar He untuk mengangkut dan mengantarkannya ke garis depan dengan menggunakan karavan milik asosiasi perdagangan.

Tuan Besar He yang juga masih meyakini bahwa Zhao Quan akan menjadi menantunya, santai saja menyetujuinya, lagipula mereka kan nantinya akan jadi sekeluarga. Tidak sekarang memang, tapi Zhao Quan dan Zhen'er kan cuma tinggal masalah waktu.

Zhao Quan awalnya masih bingung maksudnya bagaimana, dan baru sadar lima menit kemudian setelah benar-benar memahami maksud ucapan Tuan Besar He. Namun Zhao Quan mengira bahwa Tuan Besar He menuntutnya untuk menikahi putrinya sebagai imbalan untuk mendapatkan bantuan besar ini. Jadi Zhao Quan pun menyetujuinya.

Dan begitulah bagaimana kemudian Tuan Besar He dengan penuh semangat mengajak semua rekan di asosiasi perdagangan untuk menyumbangkan bantuan mereka demi negara dan menyuruh He Zhen untuk pergi menemani Zhao Quan mengantarkan bahan pangan ke garis depan.

He Zhen tak senang dengan perintah ini, rasanya dia seperti sedang dijual pada Zhao Quan oleh ayahnya sendiri. Dia tidak mau menikah dengan Zhao Quan, bahkan jadi istri resmi sekalipun, pokoknya dia tidak mau menikah dengan orang semacam itu.

Namun Tuan Besar He tak peduli dan tetap ngotot memaksa He Zhen untuk menikah dengan Zhao Quan demi kebaikan Keluarga He, demi mengangkat derajat Keluarg He. Titik! Tidak ada negosiasi.

Sementara itu, para istri prajurit berdemo ingin menemani suami mereka yang pergi berperang. Mereka sama sekali tidak mengerti bahaya besar di garis depan, tidak mau dengar apa pun yang diucapkan oleh panglima yang berusaha memberi mereka pengertian, pokoknya mereka tetap mau maju menemani suami-suami mereka.


Saat inilah, Mian Tang langsung maju dan menasehati para wanita itu dengan bijak tentang situasi garis depan yang terlalu berbahaya bagi mereka, para wanita.

Namun bukan berarti mereka tidak bisa berguna dan tidak bisa berkontribusi. Mumpung mereka semua sudah datang ke sini, maka sebaiknya mereka semua mengerahkan kekuatan mereka di tempat yang benar. 

Mereka tidak bisa berperang di garis depan, tapi mereka bisa menjadi kekuatan di bagian belakang untuk mendukung para pria mereka. Mereka bisa membuat markas di sini yang bisa jadi rumah atau rumah sakit. Jadi jika garis depan kekurangan sesuatu, maka mereka bisa berkontribusi.

Jika ada prajurit yang terluka, mereka bisa diantarkan ke markas untuk beristirahat dan memulihkan luka. Dengan begini, para prajurit pun bisa fokus pada tugas negara mereka dan tidak akan selalu mengkhawatirkan keluarga mereka.

Jika ada prajurit yang mati di medan perang, mereka akan bisa membawanya pulang. Mereka semua, baik prajurit maupun para wanita, harus saling mendukung dan saling menyokong satu sama lain. Ucapannya benar, para wanita itu akhirnya mulai bisa tenang dan menyetujui sarannya.

Para pelayan mulai memasukkan bahan pangan ke kereta kuda, sedangkan He Zhen menghitung semuanya dengan sangat detil dan terperinci. Dia masih kesal pada Zhao Quan, makanya saat Zhao Quan datang dan mencoba ngobrol dengannya, He Zhen menanggapinya dengan dingin dan sinis.

Dia akan tetap profesional dengan tugas yang dibebankan padanya, tapi dia tidak setuju dengan janji yang ayahnya tuntut dari Zhao Quan. Oh, jangan khawatir. Zhao Quan santai meyakinkan bahwa nanti kalau sudah tiba waktunya, dia akan mengingkari janji itu. 

Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, Ayahnya He Zhen sendiri yang bertindak secara sepihak dalam hal ini. Dia hanya bertindak mengikuti arus, semua ini demi perang di perbatasan. 

Bukannya senang, Zhao Quan malah tambah sinis menyindir Zhao Quan yang ternyata melakukan semua ini dengan cara menipu. Dia dan Raja Huaiyang sungguh orang-orang tercela yang mengeksploitasi rakyat. Tega-teganya mereka memanfaatkan orang lain demi tujuan mereka sendiri.

Zhao Quan tidak terima, dia tidak menipu, Ayahnya He Zhen sendiri yang terobsesi dengan harta dan membuat masalah tanpa sebab. Bahkan sekalipun dia bodoh dan jahat, tapi dia juga tidak akan main-main dengan hal seperti ini.  

"Dan lagi, apakah aku mengumpulkan pangan demi diriku sendiri? Memangnya aku tidak ingin bersantai dan tinggal dengan nyaman di rumah? Kau pikir aku ingin berhubungan dengan orang yang mementingkan keuntungan daripada keadilan?"

"Kau tidak boleh mengatai keluargaku!"

"Akan kukatai! Apakah pedagang Lingquan mengurus pengangkutan pangan dengan begitu lancar demi Zhenzhou dan pengadilan?" serang Zhao Quan. Kesal karena tidak bisa mendebatnya lagi, He Zhen akhirnya pergi.

Namun di Kediaman He, Tuan Besar He mendadak mendapat kabar bahwa bahwa pihak kerajaan sebenarnya mengirim Xing Zhou ke medan perang dengan tujuan supaya dia kalah dan mati. 

Tidak ada bala bantuan, uang dan pangan pun kurang, sama sekali tidak ada peluang untuk menang. Kalau mereka nekat membantu, maka karavan mereka mungkin juga tidak akan bisa kembali.

Sontak saja Tuan Muda He langsung bergegas untuk menghentikan pengiriman pangan itu sebelum mereka berangkat. Namun He Zhen menolak menuruti perintah itu. Zhao Quan pun langsung menyuruh para pengawalnya untuk membungkam Tuan Muda He. 


Zhao Quan sebenarnya tidak ingin He Zhen ikut mengingat perjalanan ini mungkin berbahaya. Namun He Zhen keukeuh untuk tetap ikut, dia akan bertanggung jawab penuh untuk memastikan pengiriman bahan pangan ini tiba dengan aman dan memastikan karavan mereka kembali dalam kondisi lengkap.

Dia tidak mau duduk satu kereta dengan Zhao Quan, tapi Zhao Quan menegaskan bahwa dialah pemimpin pengiriman ini, jadi dia akan duduk di kereta depan. Tempatnya cuma cukup untuk dua orang, He Zhen dan kusir, Zhao Quan yang akan jadi kusirnya. Biarpun dia dari keluarga bangsawan, tapi bukan berarti dia tidak bisa apa-apa.

Sementara para pria pergi berperang di garis depan, Mian Tang memimpin para ibu-ibu untuk bekerja sama untuk membangun markas dan membuat berbagai perlengkapan. 

Para ibu-ibu cuma bisa menangis dan mengkhawatirkan keselamatan suami masing-masing, namun Mian Tang dengan cerdasnya mampu melihat situasi perang secara keseluruhan sehingga dia bisa sangat yakin menyatakan bahwa tidak akan prajurit yang mati hari ini.

Dia memang benar sih, ini adalah hari pertama perang, jadi pihak musuh juga tidak asal menyerbu begitu saja, melainkan melihat situasi dan menilai pihak lawan terlebih dulu. 

Raja Huaiyang pun sengaja mengulur waktu, dan jadilah kedua pihak hari ini cuma saling teriak-teriak kirim salam dan sindir-sindiran pada satu sama lain, sampai akhirnya pihak musuh pun mundur untuk hari ini. 

Semuanya terjadi persis sesuai perkiraan Mian Tang. Intinya pasukan militer terburu-buru datang ke Gerbang Jinjia sejatinya bukan untuk langsung berperang, melainkan hanya untuk menunaikan perintah militer dari kerajaan.

Pangan dan perlengkapan lainnya akan datang secara bertahap, segala persiapan akan selesai sebelum mereka benar-benar berperang. Wah! Suami-istri palsu ini benar-benar cocok satu sama lain, yang pria jadi jenderal di depan dan yang wanita jadi jenderal di belakang.

Saat Xing Zhou sedang patroli (dengan menyamar jadi prajurit biasa), dia mendapati keadaan desa normal dan stabil berkat kehebatan Mian Tang yang memimpin dan menangani segala situasi dengan baik. 

Mian Tang juga membuka toko obat karena banyak istri prajurit yang jatuh sakit setelah menempuh perjalanan jauh demi mengejar suami-suami mereka. Xing Zhou bangga dengan Mian Tang lalu memutuskan untuk mengunjunginya sebentar dan memberikan perhatiannya sebelum kemudian lanjut patroli.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments