Mian Tang dengan cepat menghilangkan pikiran buruknya itu dengan berpikir bahwa itu cuma pikiran konyol, untungnya suaminya sekarang pulang dan menenangkan hatinya sehingga mereka bisa menikmati pemandangan malam yang indah dan sepi ini bersama.
"Orang dunia hanya tahu bahwa para bangsawan yang berkuasa, berkoeban demi keyakinan dan juga negara. Ternyata di situasi nyata, seperti inilah kehidupan rakyat biasa," komentar Xing Zhou.
Mian Tang tidak curiga apa pun dengan maksud ucapan suaminya itu, cuma merasa geli karena suaminya itu mengomentari kehidupan rakyat biasa padahal dia kan memang rakyat biasa.
Xing Zhou kemudian menunjuk tiga bintang paling terang di langit dan memberitahu Mian Tang bahwa nanti saat Raja Huaiyang pulang dengan membawa kemenangan, dia akan pulang dari arah sana.
"Bagaimana kalau dia tidak menang?" tanya Mian Tang.
Pertanyaan yang sontak membuat Xing Zhou tertunduk sedih, "jika tidak menang, arahnya tetap saja. Hanya saja pada saat itu, dia kembali ke kampung halaman di dalam peti mati."
"Kau ini. Kenapa aku harus tahu dari mana Raja Huaiyang kembali?"
"Benar juga."
"Aku hanya tahu, keluarga kecil kita memang tidak bisa hidup kaya, tapi setidaknya bisa hidup bersama orang yang dicintai selamanya, itu saja sudah cukup."
Mendengar itu, Xing Zhou hampir saja mau mengatakan yang sebenarnya, tapi sedetik kemudian dia berubah pikiran dan mengurungkan niatnya.
Mian Tang juga sudah membuat contoh akta nikahnya. Xing Zhou sontak memeluknya erat, meluapkan sekaligus menyembunyikan emosinya dalam pelukannya. Namun Mian Tang tidak mengerti dan senang-senang dipeluk suaminya.
Setelah itu, Xing Zhou merangkul Mian Tang saat dia mulai menulis surat itu, sementara Mian Tang mendikte apa saja yang perlu dia tulis sampai Mian Tang ketiduran dalam pelukannya.
Xing Zhou dengan lembut membawanya ke tempat tidur, menyelimutinya, menatapnya dengan sedih, sebelum kemudian meminta maaf, mengecup lembut keningnya dengan berlinang air mata lalu kemudian diam-diam pergi.
Saat Mian Tang terbangun keesokan harinya, dia hanya menemukan gulungan akta nikahnya di meja. Dia membukanya dengan penuh senyum, namun yang tak disangkanya, itu bukan akta nikah, melainkan surat cerai.
Xing Zhou mengaku dalam surat cerai tersebut bahwa dia harus pergi berperang demi mengabdi pada negara dan rakyat, karena itulah dia menceraikan Mian Tang supaya Mian Tang nantinya bisa menikah lagi dengan orang lain.
Bersamaan dengan itu, dia juga menyerahkan semua harta dan uangnya untuk Mian Tang dan meminta Mian Tang untuk pulang kembali ke Beizhou dan hidup tenang di sana.
Di tempat lain, Bing Lan yang berencana mencegat rombongan Xing Zhou, terlebih dulu melaburi dirinya dengan asap dupa bau obat supaya Xing Zhou mengira kalau dia beneran sakit karena mengkhawatirkannya.
Namun saat dia sudah menunggu di jalan, yang lewat cuma rombongan prajurit, Xing Zhou-nya sendiri sudah berangkat duluan lewat jalan lain. Pfft! Gagal deh rencana Bing Lan.
He Zhen hari ini berencana mendatangi Mian Tang untuk bicara dan menuntut penjelasannya terkait Raja Huaiyang yang ternyata Suaminya Mian Tang. Namun setibanya di rumahnya Mian Tang, rumah itu sudah kosong. Lah?
Bahkan Mo Ru yang baru pulang dari pasar saja kaget mendapati rumah mendadak sudah kosong melompong. Ke mana semua orang? Sudah pergi ke Beizhou kah? Kok tidak pamitan?
Tengah malam, rombongannya Xing Zhou berhenti di tengah jalan untuk beristirahat sebentar. Namun Xing Zhou melarang membangun tenda karena mereka tidak boleh beristirahat lama-lama, mereka harus segera sampai atau mereka akan mati. Lebih baik capek daripada mati.
Dia ingin segera berangkat lagi tepat saat Mo Ru mendadak datang untuk mengabarkan bahwa Mian Tang sudah pergi. Bibi Li meninggalkan pesan bahwa mereka berdua pergi dengan membawa uang, dan dikawal secara diam-diam oleh pengawal bayangan mereka.
Xing Zhou penasaran... masa cuma begitu doang? Apa Mian Tang tidak sedih? Menangis atau merajuk atau panik atau marah atau sejenisnya?
Mo Ru dengan polosnya menjawab, "tidak ada." (Pfft!)
Pokoknya setelah Mian Teng mendapatkan surat cerai, dia langsung bertindak cepat, tertib dan tanpa berbelit-belit. Pfft! Xing Zhou jadi kecewa mengira Mian Tang ternyata lebih peduli tentang duit daripada perasaan di antara mereka.
Tapi... yakin beneran dia tidak ada reaksi apa pun? Tidak pula pura-pura menangis? Mo Ru mengiyakan, pura-pura menangis pun tidak. Xing Zhou kesal, ya sudahlah, Mian Tang ternyata sama saja seperti wanita lainnya. Bagus sekali! Kesal, Xing Zhou pun langsung membawa pasukannya melanjutkan perjalanan kembali.
Di tempat lain, Mian Tang dan Bibi Li mampir di sebuah restoran. Bibi Li mengira kalau mereka mau pergi ke Beizhou, tapi sekarang, dia mendadak bingung dengan arah tujuan mereka. Mau ke mana mereka sebenarnya?
"Ke Xizhou, mengejar pasukan Raja Huaiyang," jawab Mian Tang. Pfft!
Namun yang tidak Mian Tang ketahui, Raja Sui dan Yun'er sudah mengetahui tentang tujuan kepergiannya dan berencana untuk menyerangnya di tengah jalan.
Untungnya pengawal bayangan membuntuti Mian Tang sepanjang jalan. Begitu para bandit itu menghadang jalan, Bibi Li langsung berteriak memanggil para pengawal bayangan yang langsung muncul melawan para bandit itu.
Awalnya para pengawal bayangan itu hampir saja kewalahan menghadapi mereka, untungnya Mian Tang sigap menolong mereka dengan melempari mata mereka dengan semacam tepung dan berhasil membuat mata mereka kesulitan melihat sehingga lebih mudah diserang dan dikalahkan.
Awalnya dia mengira kalau para penolongnya ini cuma sekumpulan pendekar yang tak sengaja lewat, tapi salah satu dari mereka malah tak sengaja keceplosan menyebutnya sebagai 'Nyonya'. Lah? Dari mana mereka tahu tentang dia? Apakah mereka pernah bertemu?
Akhirnya mereka terpaksa mengarang sedikit kebohongan bahwa mereka mengetahui siapa Mian Tang karena mereka juga penduduk Kota Lingquan dan pernah beberapa kali melihatnya.
Mereka kebetulan lewat di jalan ini untuk bergabung dengan pasukan militer, tapi malah tak sengaja melihat Mian Tang dalam kesulitan. Mereka satu kampung, jadi harus saling menolong satu sama lain. Untungnya Mian Tang percaya dan tidak lagi menanyai mereka lebih jauh.
Mian Tang baik banget sama penyelamatnya dengan memberi mereka hadiah makanan dan minuman, tapi sama para bandit penyerangnya, tidak ada ampun.
Setelah Bibi Li mengikat mereka di pohon, dia memerintahkan Bibi Li untuk membuat luka terbuka di tubuh para penjahat itu untuk mengundang para serigala hutan, biar para bandit itu jadi santapan para serigala hutan. (Uuuuh, sangar bet!)
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam