Qian Yue terbangun dari mimpi buruk akan suaminya yang menusuknya, tapi saat dia melihat bekas luka tusukan di tubuhnya, dia langsung sadar kalau itu bukan sekedar mimpi.
Apalagi saat Chang Feng langsung meminta maaf atas perbuatannya, tapi dia terpaksa melakukannya untuk mengontrolnya. Bagaimana dengan Tuan Putri? Syukurlah dia baik-baik saja, dia hanya pingsan dan sekarang sudah dibawa pulang. Dia tidak melihat apa-apa, jadi Qian Yue tidak perlu khawatir.
Jadi ceritanya waktu itu, karena Tuan Putri dia suruh pergi tapi tidak pergi-pergi, Qian Yue berusaha keras mengendalikan dirinya dengan menghirup asap merah yang keluar dari bunga Peony merahnya. Dia terus berusaha mengusir Tuan Putri, eh Tuan Putri malah semakin mendekatinya saking khawatirnya padanya.
Karena Qian Yue mengkhawatirkan keselamatan Tuan Putri oleh dirinya sendiri, jadi terpaksa Qian Yue memukul Tuan Putri sampai pingsan.
Karena rahasianya sekarang sudah terbuka, jadi Qian Yue memutuskan untuk jujur dan menjawab semua pertanyaan Chang Feng. Qian Yue jujur mengaku bahwa dialah yang membunuh semua bandit waktu itu, tapi dia tidak membunuh warga desa.
Jadi memang benar bahwa dia adalah anggota dari LKKY jauh sebelum mereka pertama kali bertemu dulu.Namun sebenarnya Qian Yue juga tidak tahu identitas dirinya sendiri atau bagaimana dia bisa menjadi salah satu dari mereka, atau lebih tepatnya, dia tidak ingat.
Ingatannya yang paling awal hanyalah saat mereka pertama kali bertemu lima tahun yang lalu. Kala itu, saat Chang Feng baru tiba di desa, semua warga desa sudah terbantai dan hanya tersisa Qian Yue yang terluka.
Matanya yang merah seketika berubah normal saat dia melihat Chang Feng sehingga Chang Feng tidak menyadarinya waktu itu, sehingga Chang Feng mengira kalau dia adalah salah satu warga desa yang selamat.
Chang Feng yang mengira kalau dia hanya seorang gadis lemah dan tak berdaya yang selamat dari pembantaian, dengan lembut mengobati kakinya yang terluka.
Dia mengira bahwa Qian Yue sekarang sebatang kara setelah semua keluarganya terbantai dan tidak punya tempat tinggal, jadi dia memberikan semua perbekalan dan sedikit uang yang dia miliki pada Qian Yue.
Setelah itu, dia meninggalkan Qian Yue sendirian karena masih banyak pekerjaan yang harus dia lakukan. Namun yang tak disangkanya, Qian Yue malah membuntutinya.
Prihatin, Chang Feng akhirnya mempersilahkannya untuk bergabung makan bersamanya. Sebenarnya sejak awal pun Qian Yue sudah kelihatan aneh, dia seperti orang hutan yang tidak tahu apa-apa tentang peradaban manusia.
Dia bahkan awalnya berniat memakan ikan mentah, tapi untungnya dengan cepat dihentikan oleh Chang Feng. Dia juga sama sekali tidak tahu nilai uang dan santai saja melempar uang kertas pemberian Chang Feng ke api unggun untuk memperbesar api.
Namun alih-alih curiga, Chang Feng justru menganggapnya lucu dan imut, dan sama sekali tidak repot-repot mengajarinya tentang uang, malah bahkan memberinya lebih banyak uang untuk dibakar.
Sejak saat itu, Qian Yue selalu membuntutinya ke mana-mana tanpa alas kaki. Qian Yue tidak pernah bicara sepanjang waktu seperti orang bisu dan begitu tidak sadar terhadap sekitarnya, dan hanya fokus pada Chang Feng.
Dia bahkan tidak tampak merasakan dingin saat salju mulai turun. Justru Chang Feng-lah yang mengkhawatirkannya dalam keadaan seperti itu sehingga kemudian Chang Feng dengan manisnya memayunginya dan menggendongnya.
Dia terus menggendong Qian Yue sampai mereka tiba di kota terdekat, dia memakaikan baju baru dan mantel baru untuknya, juga membelikannya sepatu baru. Dia bahkan dengan manisnya memakaikan sepatu itu ke kakinya.
Setelah itu, dia berniat meninggalkan Qian Yue dan menitipkan Qian Yue ke seorang bibi pemilik warung. Sebelum pergi, dia lagi-;agi membekali Qian Yue dengan segepok uang tanpa mengajarinya tentang uang.
Qian Yue mengira kalau Chang Feng akan kembali, makanya dia terus menunggu di meja warung sepanjang waktu, setiap hari tanpa kenal lelah sehingga beberapa kali dia justru mengganggu bisnisnya Bibi Warung.
Karena dia tidak mengerti pentingnya barang-barang dan uang pemberian Chang Feng, jadi dia juga tidak menyimpannya dengan baik dan tidak sadar saat uang dan mantelnya dicuri, dan pastinya dia tidak peduli sama sekali dengan semua itu.
Satu-satunya yang dia pedulikan hanyalah kapan Chang Feng akan kembali. Beberapa kali dia melihat beberapa pendekar berseliweran di sekitarnya, mengira mereka adalah Chang Feng karena penampilan mereka yang mirip Chang Feng, tapi ternyata mereka bukan Chang Feng.
Suatu pagi, Qian Yue terbangun di meja warung dalam keadaan kelaparan. Kebetulan ada penjual Tanghulu lewat. Qian Yue pun langsung mendekat, si penjual mengira dia pembeli, jadi memberinya satu tusuk tanghulu.
Tapi Qian Yue langsung memakannya dengan rakus tanpa memberinya uang sepersen pun, jelas karena Qian Yue tidak tahu menahu tentang hukum jual-beli. Namun karena si penjual tidak tahu itu, jadi dia mengira kalau Qian Yue tuh penipu.
Tepat saat itu juga, Qian Yue akhirnya melihat Chang Feng yang saat itu sedang bertugas di kejauhan. Saking senangnya, dia langsung mau lari menghampirinya, tapi si penjual Tanghulu menariknya sekuat tenaga untuk menuntut uangnya.
Qian Yue panik berusaha melepaskan diri, tapi dia kalah tenaga. Apalagi dia tidak bisa bicara, jadi sepanjang waktu dia cuma mencicit heboh dan itu sontak menjadi tontonan orang-orang.
Saat hal ini menarik perhatian Chang Feng, dia tidak melihat wajah Qian Yue dan hanya menyuruh anak buahnya untuk mengatasi hal ini. Untungnya ini cuma masalah sepele, jadi anak buahnya Chang Feng langsung saja membayari Tanghulu itu.
Qian Yue akhirnya terlepas dan langsung melesat memeluk Chang Feng erat-erat di hadapan banyak orang dan otomatis mengagetkan Chang Feng.
Dia menolak melepaskan Chang Feng barang sedetik pun. Bahkan saat Chang Feng cuma mau mengambil seteko teh untuknya, Qian Yue terus menempelinya dengan erat, takut kalau dia akan pergi meningggalkannya lagi.
Dari sinilah, Chang Feng akhirnya membawa Qian Yue pulang ke rumahnya. Qian Yue memahami semua ucapannya, tapi dia tidak pernah bicara dan selalu menjawab semua pertanyaannya bahasa tubuh. Makanya saat Qian Yue mendadak mengucap sepatah kata, Chang Feng kaget.
Di tempat lain, seorang Bibi penjual makanan yang ternyata adalah mata-matanya Chang Feng mendapat pesan rahasia dari tuannya. Mengira ada misi penting, jadi dia bergegas datang ke kediamannya Chang Feng untuk menerima perintah.
Eh, yang tidak dia sangka-sangka, dia disuruh datang cuma untuk disuruh memandikan Qian Yue. Pfft! Maklum, selama ini Chang Feng hidup sendirian, makanya dia tidak punya pelayan wanita yang bisa membantunya memandikan Qian Yue.
Selama Qian Yue dimandikan Bibi Hong, Chang Feng mondar-mandir menunggu di luar dengan gelisah dan canggung. Tiba-tiba terdengar teriakan Qian Yue yang terpeleset sabun. Chang Feng sontak lari masuk dan hampir saja melihatnya, untungnya dia cepat menahan dirinya sendiri.
Untungnya Qian Yue baik-baik saja, dan alangkah terpesonanya Chang Feng saat akhirnya Qian Yue keluar dari bak mandi dalam keadaan sudah bersih, wangi dan cantik sekali.
Setelah itu, Chang Feng membantu mengobati luka di kaki Qian Yue sambil menanyainya tentang namanya. Namun Qian Yue waktu itu benar-benar tidak mengingat identitasnya, jadi dia tidak tahu siapa namanya sendiri.
Chang Feng sama sekali tidak curiga apa pun, hanya mengira bahwa Qian Yue melupakan namanya karena trauma masa lalu. Bahkan dengan manisnya dia memberitahu Qian Yue bahwa mulai sekarang, rumah ini adalah rumahnya juga, dan dia juga menyatakan bahwa Qian Yue sekarang adalah keluarganya.
Qian Yue benar-benar gadis yang polos dan patuh. Cuma gara-gara Bibi Hong bilang bahwa air itu penting untuk mandi, masak, cuci baju dan lain sebagainya, maka saat turun hujan, dia meletakkan segala macam mangkok, timba, vas, baskom dan lain sebagainya di halaman rumah untuk menampung air hujan.
Geli dengan keimutannya, Chang Feng pun mengajarinya tentang sumur dan bagaimana mengambil air dari dalamnya. Qian Yue bak anak kecil yang berusaha mempelajari segalanya dengan antusias dan dengan riang banyak-banyak tanya tentang ini dan itu, dan Chang Feng menjawab semuanya dengan sabar.
Namun lagi-lagi, dia suka salah paham dengan apa pun yang diajarkan padanya. Saat Chang Feng lagi mandi, dia diam-diam mengambil bajunya Chang Feng sehingga saat Chang Feng selesai mandi dan tak menemukan bajunya, dia terpaksa harus memakai taplak meja untuk menutupi dirinya.
Saat Chang Feng keluar dari kamar mandi, dia mendapati semua baju-bajunya sedang dijemur oleh Qian Yue. Ternyata Qian Yue mengira bahwa semua air di sumur harus segera digunakan karena dia khawatir air sumurnya akan meluber keluar dan jadi banjir, makanya dia terlalu antusias mencuci semua baju.
Berusaha bersabar, Chang Feng meyakinkannya bahwa air di sumur tidak akan habis. Kalau Qian Yue mau pakai air, Qian Yue pel lantai saja. Jadilah Qian Yue mondar-mandir mengepel lantai dengan riang. Dia terus menerus mencopot sepatunya, tapi Chang Feng terus menerus menyuruhnya memakainya.
Selama mereka tinggal bersama, selalu Chang Feng yang masak, tapi menunya sama, mie terus setiap hari sampai Qian Yue bosan dibuatnya. Maklum, cuma itu menu paling mudah yang bisa dia masak.
Chang Feng lama-lama kasihan juga pada Qian Yue dan akhirnya memutuskan untuk mempekerjakan seorang koki. Errr, tapi dia bukan sembarang koki sebenarnya. Sama seperti Bibi Hong, dia sebenarnya adalah seorang petugas yang menyamar jadi koki dan masakannya enak.
Qian Yue senang banget punya koki baru, terutama karena dia juga bisa belajar masak dari si koki. Yang jadi masalah, Qian Yue tidak mengerti tentang higienitas dan fungsi masing-masing alat. Spatula yang dia pakai buat masak, juga dia gunakan untuk mencangkul sayuran dan bunga dari tanah. Chang Feng jadi ogah memakan masakannya.
Pun begitu, Chang Feng tetap memperlakukannya dengan baik. Dia juga mulai mengajari Qian Yue tentang uang, nilai uang, guna uang dan bagaimana mendapatkannya. Dia juga memberi hadiah lonceng yang kemudian Qian Yue pasang di depan pintu sehingga setiap kali Chang Feng membunyikannya, Qian Yue jadi tahu kalau dia sudah pulang.
Dan setiap kali dia pulang kerja, dia tidak pernah lupa membawakannya berbagai hadiah, entah itu mainan atau tanghulu kesukaannya. Mereka benar-benar hidup bersama dengan bahagia.
Bersambung ke episode 6
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam