Sinopsis Love of Nirvana Episode 2 - Part 1

Jiang Ci akhirnya berhasil keluar dari kondisi kritisnya dan Cui Liang memperkirakan dia akan bangun dalam waktu dua hari lagi. Maka Pei Yan pun mengizinkan Cui Liang yang beberapa hari ini tidak tidur demi menyembuhkannya, untuk pulang dan beristirahat.

Sebelum itu, mari kita kembali ke sepuluh hari yang lalu dan berkenalan dengan Jiang Ci. Dia berasal dari Desa Jiang, Liang'an, Kerajaan Daliang.

Dia seorang gadis biasa yang ceria dan pintar. Dia tinggal bersama gurunya yang hari itu baru turun gunung setelah beberapa hari. Dia benar-benar murid yang sangat berbakti padanya gurunya.

Dia mencoba memasakkan semangkok bubur tidak pahit yang dulu pernah diminum oleh gurunya semasa dia muda dulu di Yueluo. Sayangnya, rasanya tidak sama persis.

Selama ini dia sudah berusaha keras mencari segala macam tanaman herbal, bunga dan berbagai tanaman yang bisa dia temukan di gunung untuk membuat bubur tidak pahit itu, tapi tetap saja dia gagal.

Namun Jiang Ci pantang menyerah, tetap bertekad untuk memasakkan bubur yang sama persis untuk ulang tahun Guru tahun depan, karena dia tahu bahwa bubur tidak pahit itu sangat berkesan bagi Guru yang sulit melupakan bubur itu.

Mengalihkan topik, Jiang Ci sudah mendengar kabar tentang perundingan perdamaian yang akan berlangsung di Qingkang. Utusan Kerajaan Wei akan tiba di Daliang sepuluh hari lagi dan Kaisar memerintahkan Marquis Jianding untuk mengadakan perayaan akbar untuk menyambut kedatangan utusan Kerajaan Wei.

Guru langsung bisa membaca pikirannya, dia mau ke sana. Namun Guru tidak setuju dan tidak mengizinkan. Namun Jiang Ci dengan gigih terus berusaha membujuk Guru untuk mengizinkannya pergi ke sana, dia ingin melihat-lihat, ingin mencicipi segala macam makanan enak, dan melihat pemandangan indah dunia.

Tepat saat itu juga, Guru tiba-tiba mendengar suara lonceng yang entah mengapa membuatnya tanpak cemas, karena itulah, Guru langsung menyuruh Jiang Ci keluar dengan alasan memintanya untuk memetik teratai.

Saat Jiang Ci pulang, dia mendapati gurunya sudah tertidur pulas. Maka Jiang Ci pun memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur turun gunung. 

Dia berencana pergi ke Yueluo untuk mencari bahan-bahan yang tepat untuk membuat bubur tidak pahit sebagai hadiah ultah untuk Guru. Dia bahkan memiliki sebuah buku khusus tentang berbagai tanaman langka yang ada di Yueluo.

Dalam perjalanannya, dia akhirnya singgah di Qingkang. Dia penasaran banget sama perundingan perdamaian antar kedua kerajaan itu. Apalagi dia jarang bisa turun gunung, makanya dia tidak mau melewatkan kesempatan ini.

Kebetulan dia lewat di tempat acara, Taman Fanglin. Penjagaannya sangat amat ketat. Tidak ada satu pun orang luar yang bisa masuk, tapi Jiang Ci punya segudang akal.

Yang tak disangkanya, saat dia meletakkan tasnya, dia baru sadar bahwa di dalam kantong tasnya ada boneka kucing yang masukkan oleh Guru entah sejak kapan, dia juga menyertakan dua lembar surat.

Dalam surat itu, Guru ternyata tahu bahwa dia akan kabur turun gunung dan akan tiba di Qingkang. Guru mengizinkan, dia akan membiarkan Jiang Ci bersenang-senang selama tiga bulan.

Setelah itu, Guru menyuruhnya untuk pergi ke Kuil Raja Naga di Pulau Yuzhou pada akhir musim gugur. Guru memberitahu bahwa boneka kucing itu bisa dia jadikan sebagai benda isyarat, nanti akan ada orang yang akan membawa Jiang Ci menemuinya. (Pesan ini kedengarannya agak misterius)

Sisanya, Guru hanya memberinya berbagai nasihat supaya Jiang Ci jaga diri selama perjalanannya, tidak boleh percaya sembarang orang, dan harus berpikir matang dulu sebelum bertindak.

Setelah membaca surat itu, Jiang Ci pun memulai misinya menyelinap masuk ke Taman Fanglin dengan cara menyelam di danau di dekat Taman Fanglin, tapi akhirnya malah tak sengaja terlibat dalam insiden yang membuatnya hampir mati.

Kejadian mengerikan itu menghantuinya dalam mimpi, namun mimpi itu pula yang akhirnya membuatnya terbangun dari komanya. Dia mendapati Pei Yan ada di sisinya dan tidak sadar bahwa dia menggenggam tangan Pei Yan sangat erat gara-gara mimpi buruknya tadi.

Dia baik dan lembut pada Jiang Ci, bahkan berniat menyuapinya obat pil katak salju. Namun karena mengingat nasihat gurunya, Jiang Ci jadi ragu. Pei Yan menyadari kekhawatirannya, maka dia langsung saja meminum obat itu duluan untuk membuktikan bahwa itu beneran obat dan bukan racun.

Baru setelah itu Jiang Ci akhirnya mau meminum obat. Awalnya dia ingin meminumnya sendiri, tapi dia masih kesulitan bergerak, jadi Pei Yan pun menyuapinya.

Setelah itu baru Pei Yuan mulai menanyainya, tapi dia menanyainya dengan lembut alih-alih menginterogasinya ala-ala kriminal. Tentang identitasnya, tentang bagaimana dia bisa masuk ke Taman Fanglin, dan yang paling penting, apakah dia masih mengingat rupa atau suara si pembunuh itu.

Namun gara-gara dia masih ingat kejamnya ancaman si Topeng Perak, Jiang Ci jadi terlalu takut untuk bicara. Dia bahkan sengaja berbohong tentang tempat tujuannya dan caranya menyelinap ke Taman Fanglin.

Dia juga menggunakan sakitnya sebagai alasan untuk tidak menjawab saat Pei Yan menanyakan tentang keluarganya karena dia tidak ingin menyusahkan gurunya. Untungnya Pei Yan mau mengerti dan tidak memaksa.

Tentu saja Pei Yan tahu kalau Jiang Ci ketakutan, makanya dia sengaja tidak memaksa dan memerintahkan pelayannya untuk tetap melayani dan merawat Jiang Ci dengan baik dan biarkan dia melakukan apa pun yang dia mau. Pokoknya tidak boleh menakuti dia.

Selama beberapa waktu kemudian, Jiang Ci tinggal dan memulihkan diri di sana dan dilayani dengan baik oleh Pelayannya Pei Yan. Sedikit demi sedikit dia melatih kekuatan tubuhnya dengan berolahraga. Awalnya hanya bisa minum sup atau bubur hingga semakin lama dia mulai kuat makan makanan padat.

Bahkan semakin dia sehat, nafsu makannya menjadi semakin tinggi, semua makanan apa pun yang diberikan padanya disikat habis sampai si Pelayan keheranan melihatnya.

Berita tentang pemulihannya dengan cepat sampai ke telinga Wei Zhao melalui mata-mata yang mereka kirim ke Kediaman Pei, tapi Wei Zhao tidak terburu-buru untuk menangkapnya atau membunuhnya karena dia sadar bahwa Jiang Ci pasti belum mengatakan apa pun tentangnya pada Pei Yan. Jika Jiang Ci sudah membocorkan tentang dirinya, maka Pei Yan pasti sudah beraksi sekarang.

Wei Zhao memiliki sebuah markas rahasia bernama Paviliun Anying (Pfft! Namanya Anying!) yang semua anggotanya adalah pasukan Yueluo. Dari percakapan mereka, sepertinya penaklukkan Yueluo di masa lalu membuat banyak suku Yueluo ditangkap dan dimasukkan ke kamp budak dan banyak dari mereka yang akhirnya terbunuh di sana.

Sekarang, para anggota Paviliun Anying diam-diam mengambil jasad para rekan mereka yang mati di kamp budak, berniat untuk menguburkan mereka di kampung halaman mereka.

Namun Wei Zhao malah menyuruh mereka untuk mengkremasi mayat-mayat itu, karena mayat-mayat ini bisa saja membuat mereka ketahuan, sedangkan misi mereka jauh lebih penting. Jangan mengorbankan yang masih hidup demi yang sudah mati.

Keesokan harinya, Wei Zhao dengan menggunakan topeng peraknya, mengamati Kediaman Pei dari atas dahan pohon terdekat. Dia melihat Jiang Ci hidup makmur di sana, tapi jelas sekali bahwa Jiang Ci sedang cari-cari kesempatan untuk kabur dari sana.

Dengan alasan bosan, dia meminta Pelayan untuk main layangan dengannya. Namun kemudian dia sengaja memutus talinya sehingga layangannya nyangkut di atas genteng, dan dia bisa menggunakan itu sebagai alasan untuk naik ke atas genteng di mana dia bisa melihat situasi keseluruhan kediaman ini tanpa sadar kalau dia sedang diperhatikan oleh si Topeng Perak dan Pei Yan yang kebetulan lewat sana.

Sayangnya, kediaman ini dijaga dengan sangat ketat dengan banyaknya pengawal yang berseliweran, sudah pasti dia tidak akan bisa kabur dengan mudah. Sepertinya dia harus cara lain untuk kabur, pokoknya dia harus bergegas kabur sebelum si Kucing Topeng itu tahu dia ada di sini. 

Pfft! Baru juga dia memikirkan itu, si Topeng Perak tiba-tiba melemparkan sesuatu ke arahnya untuk menarik perhatiannya, dan saat itulah dia melihat si Topeng Perak sedang mengawasinya dari atas pohon terdekat.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments