Dari Zhao Quan, Bing Lan akhirnya tahu tentang He Zhen yang ingin menjadi selirnya Xing Zhou. Ibunya Bing Lan yang paling cemas tentang masalah selir ini dan berniat ingin melapor ke Ibu Ratu untuk mencegah Xing Zhou mengambil selir.
Namun Bing Lan punya ide yang lebih baik untuk menangani masalah ini. Karena jika dia mencegah Xing Zhou mengambil selir, hasilnya hanya akan membuat Xing Zhou membencinya saja. Jadi lebih baik dia menerima wanita itu dan dia sendiri yang akan menjemput wanita ke kediaman.
Selain itu, latar belakang He Zhen sangat bagus. Jadi lebih baik menjadikannya sebagai sekutu, itu akan sangat menguntungkan pihak mereka.
Jadilah Bing Lan mendatangi He Zhen di toko tembikarnya dan langsung sok akrab sama dia, bahkan mengundang He Zhen ke kediamannya dan menawarinya untuk menjadi selirnya Raja Huaiyang dan melayani Raja Huaiyang bersamanya. He Zhen dengan polosnya begitu mudah mempercayainya dan sangat senang karenanya.
Tak lama kemudian, dia memberitahu Mian Tang tentang pertemuannya dengan Bing Lan ini. Lalu kemudian, Mian Tang menyampaikan informasi ini ke Xing Zhou.
Mian Tang jadi yakin banget bahwa Raja Huaiyang sudah pasti akan menikahi kedua wanita itu sebagai istri utama dan selir, padahal Xing Zhou saja kaget dan pusing mendengar kabar itu.
Begitu dia kembali ke Kediaman Raja Huaiyang, dia langsung bicara berdua dengan Bing Lan hanya untuk memperingatkannya untuk tidak berteman dengan wanita dari asosiasi perdagangan. Sudah itu saja dan dia langsung pergi setelahnya.
Jadilah sekarang He Zhen dicampakkan begitu saja oleh Bing Lan. Pastinya, hal ini membuat hinaan terhadap He Zhen semakin menjadi-jadi. He Zhen jadi sangat sedih dan depresi karenanya.
Saat Mian Tang mendengar berita ini, dia jadi semakin kesal sama Raja Huaiyang. Pfft! Padahal Xing Zhou mengira Mian Tang bakalan senang karena He Zhen tidak jadi menikahi Raja Huaiyang.
Yang dipermasalahkan Mian Tang sebenarnya adalah cara Raja Huaiyang memprovokasi Bing Lan, membuat Bing Lan mendadak mencampakkan He Zhen begitu saja tanpa penjelasan. Lagipula, kalau Raja Huaiyang menyukai He Zhen, maka tidak mungkin dia akan menjadikannya selir.
Tapi ya sudahlah. Ada bagusnya juga seperti ini. Lebih baik He Zhen sakit hati singkat sekarang daripada dia sakit hati berkepanjangan jika menjadi selirnya Raja Huaiyang. Tidak ada bagusnya menjadi selir siapa pun, bahkan selir Kaisar sekalipun. Mian Tang sudah pasti tidak akan mau menjadi selirnya siapa pun.
"Furen, aku ingin tanya padamu. Jika Raja Huaiyang menghormatimu, menghargaimu, dan tidak membiarkan orang lain memerintahmu, apakah kau bersedia menjadi selirnya?"
"Jika dia sungguh menghormati dan menghargaiku, dia tidak akan memintaku tunduk kepada orang lain. Ibu pernah memberikan ajaran keluarga kepadaku. Meskipun miskin, aku juga tidak boleh menjadi selir orang lain. Hidup sengsara lebih baik daripada menjadi istri kedua. Jika dipikir-pikir, ini sungguh masuk akal."
"Namun, bagaimana jika Raja Huaiyang adalah orang yang kau sukai dan kau juga tahu bahwa dia punya kesulitan?"
"Kalau begitu, hanya bisa dianggap tidak berjodoh."
Pfft! Tambah pusing deh Xing Zhou. Mian Tang jelas bingung melihat sikap anehnya belakangan ini, apakah ada sesuatu yang Xing Zhou rahasiakan darinya? Jangan-jangan dia mau menikahi selir juga, ya?
"Aku bercanda," ujar Mian Tang geli melihat ekspresi Xing Zhou. (Pfft! Padahal tebakanmu benar loh, Mian Tang)
Xing Zhou jadi tambah stres sampai tidak bisa tidur dengan tenang sampai matanya jadi kayak panda. Zhao Quan kagum juga pada Mian Tang, padahal orang dari keluarga biasa kayak dia bahkan tidak pantas menjadi selir Raja, tapi Mian Tang malah berani menolak jadi selir Raja. Terus Mian Tang maunya apa? Jadi ratu? Ingat! Xing Zhou sebentar lagi harus menikah dengan Bing Lan.
"Benar. Aku adalah Raja Huaiyang. Aku dilahirkan untuk membawa perdamaian di satu sisi. Baik urusan keluarga atau urusan negara, semuanya adalah tanggung jawabku. Aku tidak berhak membahas percintaan pria dan wanita. Dia ingin seumur hidup hanya berdua? Aku tidak bisa memberikannya. Aku juga tidak akan memberikan itu kepadanya. Sejujurnya, ini hanya sebuah permainan. Begitu permainan berakhir, mana ada orang yang akan membawa pergi bidaknya?"
"Baguslah kalau kau bisa berpikir begitu."
Pelayannya He Zhen khawatir banget dengan Nona-nya yang tidak mau makan dan minum selama beberapa hari ini hingga dia jadi sakit. Makanya dia panik mencari Mian Tang dan memohon padanya untuk menyelamatkan Nona-nya.
Sudah beberapa tabib dipanggil untuk menyembuhkannya dan sudah banyak obat penenang pikiran yang sudah konsumsi oleh Nona-nya, tapi tidak ada yang berefek. Mian Tang dan dekat dengan He Zhen, makanya Tuan Besar He memintanya datang kemari untuk meminta Mian Tang mencoba membujuk He Zhen. Situasinya sekarang benar-benar mendesak.
Mian Tang tanpa ragu setuju dan langsung menyuruh pelayannya untuk memanggil Zhao Quan untuk pergi bersamanya ke Kediaman He. Sama seperti tabib yang lain, Zhao Quan juga mendiagnosis bahwa sakitnya He Zhen itu berasal dari hati sehingga dia menyiksa dirinya sendiri seperti ini.
Bahkan sekalipun dia tidak menjadi selir Raja, tapi dengan parasnya yang cantik dan latar belakangnya, dia bisa menikah dengan keluarga bangsawan lain. Lah? Mian Tang jelas heran mendengar ucapan Zhao Quan ini. Dia kan belum memberitahu Zhao Quan tentang perkara ini. Jadi dari mana Zhao Quan bisa tahu?
Ooops! Zhao Quan baru sadar dirinya keceplosan, tapi dengan cepat dia beralasan bahwa dia mendengarnya dari rumor. Rumor tentang perkara ini kan sudah menyebar luas di masyarakat.
Tapi jangan khawatir, dia punya resep obat untuk He Zhen. Obatnya harus diminum sesuai jadwal tujuh hari sekali selama 21 hari, dan ada syarat khususnya. Selama proses pengobatan, He Zhen tidak boleh bepergian ke mana-mana.
Hah? Pengobatan juga ada syarat khusus semacam itu? Kok aneh sekali? Mian Tang heran. Zhao Quan mengklaim bahwa itu karena sakitnya He Zhen sudah parah. Obat yang dia berikan ini berguna untuk menyerang racun dengan racun.
Kalau He Zhen sampai keluar dan kena angin, maka obatnya tidak akan menjadi efektif lagi. Sebaliknya, angin jahat akan menyerang jantungnya, bahkan mungkin akan membuatnya mati di tengah jalan. (Astaga! Serem amat!). Pokoknya, pengobatannya harus dilakukan sesuai petunjuk, maka dia pasti akan sembuh.
Tuan Zhang, tetangga sebelah yang temboknya dempet dengan tembok rumah mereka, mendadak bikin perkara. Dia beralasan kalau dia mau memperbaiki halaman rumahnya sendiri, tapi malah merobohkan tembok rumah mereka.
Namun Tuan Zhang bahkan tidak merasa bersalah, malah menyalahkan dan menuduh tembok rumah mereka yang rapuh. Xing Zhou tidak terima, tapi tentu saja dia tidak bisa menunjukkan dirinya yang sebenarnya pintar bela diri.
Maka jadilah kedua pria itu bertengkar kayak emak-emak yang bisanya cuma saling mengumpat pada satu sama lain. Pfft! Mian Tang sampai geli mendengar pertengkaran mereka yang nggak ada jantan-jantannya sama sekali.
Saat pertengkaran mereka hampir mencapai perang fisik, Xing Zhou mendadak ngide memukulkan tongkatnya Tuan Zhang ke dirinya sendiri dengan cara sedemikian rupa seolah Tuan Zhang-lah yang memukulnya.
Mian Tang yang mengira Tuan Zhang memukul suaminya, sontak kesal dan langsung balas memukulinya pakai sapu dan itu sukses membuat Tuan Zhang minggat dan Xing Zhou langsung mengeluh manja ke Mian Tang seolah lengannya benar-benar kesakitan.
Ya, walaupun pertengkaran kedua pria itu tidak terlihat jantan sama sekali, namun Mian Tang benar-benar senang sekaligus tersentuh dengan sikap suaminya. Makanya dia kemudian memberikan kecupan manis di pipi yang sontak mengagetkan Xing Zhou, dan pastinya membuat Xing Zhou gugup bukan main tapi bahagia.
Bersambung ke episode 11
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam