Malam ini, Mian Tang berniat menggoda suaminya dengan memakai baju tidur seksi. Beuh! Cantik dan seksi banget deh pokoknya. Xing Zhou sontak gugup bukan main dan hampir saja tergoda, tapi dengan cepat dia menahan dirinya dan buru-buru menutupi tubuh Mian Tang lalu kabuuuuuurrrrrr. Wkwkwk!
Xing Zhou pun langsung menyusun rencana untuk pergi ke Qingzhou... dengan memanfaatkan Mian Tang, pastinya. Karena Mian Tang ingin sekali meningkatkan merek toko tembikarnya biar semakin terkenal dan lebih banyak pelanggan, Xing Zhou menyarankannya untuk menghadiri acara pertemuan kaligrafi dan lukisan yang akan diadakan oleh Shi Yi Kuan di Qingzhou.
Kalau Mian Tang bisa memperlihatkan piring tembikarnya pada Shi Yi Kuan, maka toko mereka pasti akan menjadi terkenal. Hmm, itu memang ide yang bagus, tapi Mian Tang tidak mau ah. Pertemuan semacam itu tidak bisa sembarangan dihadiri rakyat biasa seperti mereka. Lagipula, dia dengar kabar bahwa Shi Yi Kuan tuh suka wanita cantik dan punya sembilan selir. Mian Tang kan takut.
Xing Zhou meyakinkan bahwa kekhawatiran Mian Tang itu terlalu berlebihan. Bahkan sekalipun Mian Tang tidak bisa menghadiri pertemuan kaligrafi dan lukisan itu, tapi mendatangi Qingzhou tetap bisa mendatangkan peluang yang lebih besar dibandingkan tetap tinggal di sini terus karena di Qingzhou ada lebih banyak pelanggan dan pengoleksi.
"Selain itu, di sana ada sebuah pasar hiburan sebelum pertemuan. Aku ingin mengajakmu pergi berkeliling."
Wah! Yang terakhir ini langsung sukses menarik Mian Tang untuk pergi ke sana. Namun ujung-ujungnya yang sampai Qingzhou duluan malah cuma Mian Tang. Sedangkan Xing Zhou lagi-lagi, beralasan telat karena ada ujian catur dadakan. Dia tidak sadar kalau Xing Zhou memang sengaja membuatnya terekspos duluan ke publik.
Di tengah jalan, Mian Tang tertarik ingin membeli sebuah papan catur giok putih yang sangat disukainya, mau dia hadiahkan untuk suaminya. Namun si penjual berkata bahwa papan catur ini sudah dibooking orang lain, harganya juga mahal. Mian Tang akhirnya pergi dengan sedih.
Dia tidak sadar bahwa orang yang mem-booking papan catur itu adalah Lu Wen yang bersembunyi di belakang dan baru keluar setelah dia pergi. Dia benar-benar sedih melihat Mian Tang sudah menikah dan tampak bahagia bersama suaminya.
Karena itulah, dia langsung membatalkan pembelian papan catur itu tapi tidak mengambil kembali uangnya, malah menyuruh si penjual untuk menjualnya ke Mian Tang dengan harga rendah jika lain kali Mian Tang balik ke sini.
Dia tidak mau memberikannya secara langsung karena dia takut Mian Tang akan menolaknya dan tidak menginginkannya lagi. Terserah si penjual mau dijual ke Mian Tang dengan harga berapa atau dengan cara bagaimana, dia atur sendiri saja.
Mata-matanya Xing Zhou langsung melaporkan hal ini ke Xing Zhou yang diam-diam menunggu di restoran. Namun karena sejauh ini tidak ada aktivitas mencurigakan, jadinya mereka juga belum bisa berbuat apa-apa.
Sepanjang hari dan sepanjang malam Mian Tang terus memikirkan papan catur giok putih tadi. Dia benar-benar menyesal karena tidak mampu membelinya untuk suaminya yang begitu baik padanya.
Namun keesokan harinya saat dia balik ke toko itu, si penjual mendadak menawarkan papan catur itu padanya dengan harga rendah dan dengan alasan bahwa si pembeli membatalkan pembeliannya karena ada cacat.
Bahkan saat Mian Tang menawarnya dengan harga serendah-rendahnya yang sebenarnya tidak masuk akal untuk barang sebagus itu pun, si penjual tetap setuju dan langsung membungkusnya untuknya.
Mian Tang jelas senang dan tidak curiga sama sekali, mengira si penjual cuma mencari untung sebesar-besarnya dengan dijual dengan harga terlalu tinggi. Namun Bibi Li curiga, makanya dia diam-diam keluar untuk melaporkan masalah ini ke mata-matanya Xing Zhou.
Pelayannya Mian Tang menyarankannya untuk jalan-jalan saja, sementara dia sendiri akan menunggu di sini dan membawa pulang papan catur itu. Mian Tang setuju dan langsung mengajak Bibi Li jalan-jalan bersamanya.
Bibi Li melihat Lu Wen yang membuntuti mereka, tapi Lu Wen kemudian menyadari ada orang yang membuntutinya juga, jadi terpaksa dia urung membuntuti Mian Tang dan melarikan diri dari si penguntitnya.
Sekarang saatnya bertindak, Xing Zhou akhirnya mendadak muncul di tengah jalan untuk menemani Mian Tang jalan-jalan.
Sementara Mian Tang fokus pada kencan mereka, Xing Zhou terus celingukan ke sana kemari mencari keberadaan Lu Wen... hingga akhirnya dia melihat dua orang mencurigakan di depan restoran seberang, dan begitu dia mendongak, dia melihat Lu Wen ada di balkon atas sedang menatap mereka.
Maka Xing Zhou pun mendadak jadi sok romantis banget sama Mian Tang untuk memancing Lu Wen. Dia membuat Mian Tang menyuapinya manisan, menatapnya dengan tatapan menggoda, bahkan mengajarinya memainkan wayang sambil memeluknya dari belakang, dan semua itu sukses membuat emosi Lu Wen bergelojak penuh kecemburuan dan kesedihan.
Mian Tang yang tidak tahu apa-apa, jelas bahagia banget dengan sikap suaminya yang hari ini sangat romantis, beda dari biasanya.
Usai bermain wayang, mereka lanjut jalan-jalan lagi hingga menemukan sebuah tempat lomba catur yang hadiahnya adalah satu tempat duduk di pertemuan kaligrafi dan lukisan.
Jelas saja Mian Tang langsung meminta Xing Zhou untuk mengikuti lomba ini demi masa depan toko tembikar mereka. Xing Zhou awalnya menolak dengan alasan terlalu sulit, tapi kemudian Lu Wen muncul dari dalam tempat itu setelah memenangkan pertandingan dan mendapatkan hadiah utama, tapi dia menolak hadiahnya, malah menginginkan hadiahnya untuk diberikan pada Mian Tang.
Mian Tang memang tidak mengenalinya, tapi instingnya merasa familier dengannya dan perasaan itu sangat kuat hingga membuatnya pusing.
Saat Lu Wen mendekat, Xing Zhou langsung protektif mendekap Mian Tang sembari menolak pemberian hadiahnya Lu Wen. Lu Wen memperkenalkan dirinya dengan nama lainnya, Zi Yu, lalu mengundang Xing Zhou untuk bermain catur bersamanya.
Saat kedua pria itu bermain catur, instingnya Mian Tang bisa mengenali permainan caturnya Zi Yu yang jelas membuatnya sangat keheranan, dia benar-benar bisa menebak setiap langkah yang dimainkan Zi Yu seolah dia pernah memainkan catur semacam ini sebelumnya.
"Kenapa setiap kali melihatnya, hatiku terasa tertekan dan kepalaku sangat sakit? Jangan-jangan... dulu, aku pernah bertemu dengannya?" batin Mian Tang kebingungan menatap Zi Yu.
Namun begitu Zi Yu berpaling padanya, Mian Tang langsung memalingkan muka. Xing Zhou yang mengamati mereka, langsung menepuk tangan Mian Tang untuk menenangkannya dan otomatis membuat Zi Yu cemburu.
Setelah beberapa lama, Zi Yu akhirnya menyatakan dirinya kalah lalu pergi duluan, dan Mian Tang mendadak hampir pingsan karena pertemuan dengan Zi Yu ini benar-benar membuatnya sakit kepala.
Xing Zhou penasaran apakah dia mengingat sesuatu, tapi ternyata tidak, Mian Tang masih tidak ingat apa-apa. Kepalanya hanya sangat sakit hingga tiba-tiba saja dia pingsan.
Di tempat lain, Yun'er mendatangi seseorang misterius yang dia panggil Ayah Angkat. Mereka entah punya rencana rahasia apa, tapi sepertinya dari percakapan mereka, mungkin mereka-lah yang dulu berniat membunuh Mian Tang.
Sekarang Mian Tang ternyata masih hidup, Yun'er jadi tidak tenang. Takutnya perasaan Zi Yu terhadap Mian Tang akan memengaruhi rencana mereka.
Si Ayah Angkat langsung balas mengomeli Yun'er yang bertindak gegabah dalam menangani Mian Tang gara-gara kecemburuannya terhadap Mian Tang.
Namun tentu saja si Ayah Angkat tidak akan melepaskan Mian Tang begitu saja karena Mian Tang-lah yang mengetahui rahasia keberadaan uang 300 tahil emas yang menghilang dari keuangan Gunung Yang.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam