Sinopsis Are You the One Episode 8 - Part 2

Dalam tidurnya, Mian Tang memimpikan masa lalunya. Kenangan buruk akan suatu malam di mana dia mendapati Zi Yu dan Yun'er tampak bermesraan.

Dia begitu marah dan sakit hati hingga dia menolak mendengar apa pun penjelasan Zi Yu dan langsung memutus hubungan di antara mereka.

Mimpi singkat itu membuatnya sangat kebingungan. Dia sengaja tidak bilang ke Xing Zhou bahwa yang dia impikan adalah Zi Yu dan hanya memberitahunya bahwa dia bermimpi suaminya berselingkuh.

"Terhadap Tuan Muda Zi Yu, kau masih ingat, kan?" tanya Xing Zhou yang curiga kalau Mian Tang mungkin mengingat sesuatu.

"Fujun, kenapa mendadak bertanya seperti ini?" tanya Mian Tang gugup.

"Emosimu sangat bergejolak saat melihatnya hari ini, bahkan mengatakan bahwa kepalamu sakit. Kau yang seperti ini, membuatku berpikir terlalu banyak."

"Hanya penyakit lama yang kebetulan kambuh. Pia itu sangat meremehkan kita. Dia ingin memberiku hadiah tanpa sebab. Aku merasa sangat malu. Jika sakit kepalaku sungguh berhubungan dengannya, itu juga karena aku dibuat marah olehnya," ujar Mian Tang.

Namun tentu saja Mian Tang tidak bisa tenang memikirkan masalah ini. Dia tidak ingin menanyakannya pada suaminya, jadi dia mencoba menanyai Bibi Li tentang apakah dia dan Zi Yu pernah bertemu dan saling mengenal dulu. 

Dia yakin begitu, tapi sepertinya suaminya baru pertama kali bertemu Zi Yu. Makanya dia penasaran banget. Apa sebenarnya hubungan dirinya dengan Zi Yu dulu?

Dia tidak tahu bahwa Bibi Li sudah diinstruksikan oleh Xing Zhou untuk berbohong apa saja jika Mian Tang menanyakan tentang Zi Yu padanya untuk memancing ingatan Mian Tang.

Makanya sekarang Bibi Li asal saja berbohong bahwa Zi Yu sebenarnya adalah... mantan selingkuhannya Mian Tang. Wkwkwk! Mian Tang jelas kaget dan tak percaya, omong kosong apa yang Bibi Li ucapkan ini? Mana mungkin dia mengkhianati suaminya?

Bibi Li bersikeras meyakinkan kalau dia sungguh-sungguh. Mian Tang kan pintar, seharusnya Mian Tang tahu bahwa dia tidak mungkin mengucap sesuatu tanpa dasar. Coba Mian Tang ingat-ingat kembali.

Hmm, sepertinya Bibi Li benar juga sih. Mian Tang memang mengenali gaya permainan caturnya Zi Yu, jadi seharusnya dia memang pernah mengenal Zi Yu dulu. Selain itu...

"Saat suamiku bermain catur dengannya kemarin, dia juga menunjukkan permusuhan tanpa sebab. Selain itu, masa-masa saat aku siuman, sikap suamiku begitu asing terhadapku hingga tidak sepeti suami-istri lagi. Jangan-jangan... dia begitu karena keberatan dengannya?"

Di tempat lain, Xing Zhou sebenarnya agak heran juga melihat Lu Wen/Zi Yu. Dulu, dia dan Lu Wen memang tidak pernah bertatap muka secara langsung seperti sekarang.

Makanya dia tidak menyangka bahwa penampilan Lu Wen ternyata elegan dan santun, sama sekali tidak ada aura membunuh, agak sedikit berbeda dari yang pernah dia bayangkan sebelumnya.

Namun dipikir-pikir lagi, gaya bicara Lu Wen tuh tidak biasa, gaya permainan caturnya juga sedikit mirip dengan Lu Wen yang pernah dia kenal dulu.

"Sorot matanya penuh dengan cinta saat menatap Liu Mian Tang. Ada pertemuan kembali setelah lama berpisah, juga ada kecemburuan dan kebencian karena mantan kekasihnya menikah dengan orang lain. Aku sudah lama mendengar bahwa Lu Wen dari Gunung Yang sangat mencintai istri kesayangannya. Sekarang ini, kelihatannya... Zi Yu ini pasti adalah Lu Wen."

"Karena identitas penjahat itu sudah dipastikan, bagaimana kalau kita langsung mengatur pasukan untuk menangkapnya?" usul Panglima Fang Hu.

"Makin dekat dengan kesuksesan, makin harus dihadapi dengan serius. Dia sudah tiba selama beberapa waktu di Qingzhou, tapi tidak kunjung bertindak, pasti karena ada tujuan lain. Fah Gu, suruh Ying Zhai mengatur pasukan di luar kota untuk memasuki kota secara berkelompok. Sebelum aksi penangkapan, tidak boleh membiarkannya menjadi waspada."

Mian Tang jadi semakin tidak tenang menyadari bahwa Cui Jiu sudah  pasti mengetahui semuanya, hanya saja Cui Jiu menahan diri dan tidak memberitahunya.

Begitu Xing Zhou kembali tak lama kemudian, Mian Tang menyambutnya dengan sangat antusias untuk memperlihatkan papan catur yang dia beli untuk Xing Zhou kemarin lalu mengajaknya bermain bersama.

Mian Tang tidak ingat bagaimana dia belajar bermain catur, tapi Xing Zhou menyadari gaya permainan caturnya Mian Tang sama persis seperti Zi Yu, jadi kemungkinan dia belajar dari Zi Yu. 

Karena itulah, Xing Zhou pun langsung terang-terangan menanyakan dari siapa Mian Tang belajar bermain catur. Kalau Mian Tang tidak mempelajarinya dari keluarga asalnya, maka dia pasti berguru pada seorang ahli yang terkenal, kan?

Mian Tang benar-benar bingung dan tidak ingat, apakah dia mempelajarinya dari buku? Atau mungkin dari keluarga asalnya? Pokoknya dia tidak ingat.

"Sungguh tidak ingat?" desak Xing Zhou curiga, "kalau begitu, biarkan aku mengingatkanmu. Gaya permainanmu, sangat mirip dengan Tuan Muda Zi Yu."

"Untuk apa kau mengujiku dengan nada aneh seperti ini? Aku akan mengatakannya."

Xing Zhou mengira kalau dia sudah ingat, tapi ternyata Mian Tang malah mendadak minta cerai karena merasa bersalah mengira dirinya benar-benar pernah berselingkuh dengan Zi Yu dan Xing Zhou tidak bisa menerimanya. Namun sungguh dia tidak ingat apa-apa tentang Zi Yu.

"Fujun, jika aku sungguh bersalah. Sudah seharusnya kau bercerai denganku. Aku hanya berharap kita bisa jujur kepada satu sama lain. Kau jangan sampai tidak ingin pulang ke kediaman karena menghindariku. Walaupun pada akhirnya kita berpisah, tetap harus menjalani kehidupan dengan terbuka dan damai. Fujun, berikanlah kejelasan hari ini."

Xing Zhou terpaksa harus mengikuti kebohongan Bibi Li ini, tapi untuk menenangkan Mian Tang, dia mengklaim bahwa Zi Yu-lah yang berulang kali ingin menggoda Mian Tang, tapi Mian Tang selalu menolaknya. Jadi Mian Tang tidak pernah mengkhianatinya. 

Sungguh! Inilah faktanya. Kalau tidak, tidak mungkin dia masih mempertahankan Mian Tang. Masalah kenapa dia jarang pulang itu bukan karena dia menghindari Mian Tang, melainkan karena Mian Tang belum pulih sepenuhnya, itu saja alasannya. Mian Tang mempercayainya dan seketika jadi lega karenanya.

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

0 Comments