Titah Kaisar itu ternyata berisi tentang pengangkatan Xing Zhou sebagai Jenderal Utama dan memerintahkan Xing Zhou untuk pergi berperang melawan musuh di perbatasan dan sudah harus tiba di sana dalam waktu satu bulan.
Titah yang muncul begitu mendadak menjelang pernikahannya, apakah Xing Zhou akan menerimanya?... Paman Negara Wu menatapnya dengan sinis karena saat dia mendiskusikan masalah ini dengan Ibu Suri, dia memperkirakan bahwa Xing Zhou akan melawan dan tidak akan menerima titah tersebut.
Namun Ibu Suri tidak peduli dan tetap mengeluarkan titah ini karena dia punya rencana licik di dalamnya. Jika Xing Zhou menolak titah ini, maka Ibu Suri akan menghukumnya dengan tuduhan menolak perintah Kaisar. Hukumannya sangat berat dan akan berlaku untuk semua keturunannya.
Yang tidak Paman Negara Wu sangka, Xing Zhou ternyata menerima titah ini dan dengan penuh percaya diri meyakinkan mereka bahwa dia pasti akan tiba di sana dalam waktu satu bulan sesuai perintah. Tentu saja karena Xing Zhou tahu apa konsekuensinya jika dia menolak titah tersebut.
Justru para panglimanya yang panik dan tidak percaya diri bisa sampai ke sana tepat waktu mengingat letak perbatasan yang sangat jauh dan medannya juga sulit.
Saat Ibu Ratu mendengar kabar ini, dia jelas khawatir karena putranya harus pergi berperang ke tempat yang jauh dan berbahaya, saat dia hampir menikah lagi.
Ibu Ratu khawatir dengan pernikahan ini, makanya dia berusaha meminta Xing Zhou untuk menikahi Bing Lan dulu sebelum pergi, tidak masalah biarpun pernikahannya sederhana. Pokoknya Ibu Ratu maunya secepatnya.
Permintaan ini jelas memberatkan bagi Xing Zhou. Namun bahkan sebelum dia sempat mengucap apa pun, tiba-tiba datang kabar bahwa Bing Lan mendadak sakit keras. Pfft! Mendadak sekali, padahal kemarin dia masih baik-baik saja.
Ibunya Bing Lan dengan dramatisnya mengklaim bahwa Bing Lan mendadak sakit keras setelah mendengar kabar tentang perintah perangnya Xing Zhou. Sakitnya parah banget deh pokoknya, tabib bilang bisa menyebar sampai ke otak.
Ibu Ratu tidak paham, tapi Xing Zhou langsung tahu betul apa maksud semua ini. Bagus sekali, Keluarga Lian sendiri yang menolak pernikahan ini.
Jelas mereka khawatir kalau Xing Zhou tidak akan kembali dengan selamat. Kalau itu yang terjadi, maka putri mereka akan jadi janda. Kalau dia jadi janda, maka dia akan sulit untuk menikah lagi.
Xing Zhou sendiri juga tidak tahu kapan dia bisa pulang, jadi lebih baik akhiri pernikahan ini dan tidak menghambat masa muda Bing Lan.
Bing Lan memang tidak sakit, semua ini cuma akal-akalan ayah dan ibunya. Bing Lan sebenarnya ragu dan masih ingin menikah karena siapa tahu Xing Zhou bisa memenangkan peperangan itu.
Tapi ayah dan ibunya keukeuh meyakini kalau Xing Zhou pasti tidak akan selamat di medan perang tak peduli sehebat apa pun dia mengingat di perang-perang sebelumnya, tidak ada yang bisa selamat dari perang di perbatasan.
Lagipula, kalau dia tidak bisa punya anak dan Xing Zhou mati di medan perang, maka dia akan terpenjara sebagai janda di Kediaman Raja Huaiyang dan tidak akan bisa menikah lagi. Lagipula, meskipun Zhou bisa kembali dalam keadaan hidup namun kalah perang, maka dia akan tetap dihukum mati dan Bing Lan akan tetap jadi janda dan masa depan Keluarga Lian juga akan hancur.
Ditambah lagi, Ayahnya Bing Lan punya informasi dari kediaman Paman Negara Wu bahwa pengadilan istana sudah memperkirakan kekalahan, mereka bahkan sedang mempersiapkan hadiah dan meminta perdamaian dari musuh.
Situasinya sudah seperti ini tapi istana masih mengirim Xing Zhou ke sana, jelas maksudnya bahwa mereka menginginkan Xing Zhou mati. Bahkan sekalipun Bing Lan masih berharap, lebih baik mereka tunggu hasilnya dulu. Kalau Xing Zhou pulang dengan selamat dan membawa kemenangan, baru mereka memikirkan pernikahan lagi.
Tapi Bing Lan keukeuh untuk mempertahankan pernikahan ini. Dia tahu betul sifat Xing Zhou. Harga dirinya tinggi, kalau Xing Zhou tahu bahwa mereka sengaja menunda dan menunggu kemenangan, maka saat itu Xing Zhou pasti akan mau menikahinya lagi.
Karena itulah, dia meminta ibunya untuk pergi ke Kediaman Raja Huaiyang hanya untuk meyakinkan Ibu Ratu bahwa dia beneran sakit karena mengkhawatirkan Xing Zhou dan tidak ada niatan untuk membatalkan pernikahan.
Namun tepat saat itu juga, mereka tiba-tiba mendapat surat dari Raja Huaiyang yang ternyata adalah surat pembatalan pernikahan. Pfft! Sekarang, baru deh mereka semua mulai galau.
Namun tentu saja mereka tidak bisa pergi sekarang atau kebohongan mereka bakalan ketahuan. Kalau begitu, Bing Lan berencana akan mencegat rombongan Xing Zhou besok, bertekad untuk menyatakan bahwa dia ingin tetap menikah dengan Xing Zhou.
Mian Tang juga mendengar berita tentang perang ini dari para anggota asosiasi perdagangan. Banyak orang yang ragu dengan perang ini mengingat para jenderal yang sebelum-sebelumnya tidak pernah kembali.
Selain itu, mereka juga dengar bahwa sekarang Raja Huaiyang merekrut banyak prajurit dadakan karena jumlah pasukan Zhenzhou banyak berkurang belakangan. Para pria pengangguran semuanya dimasukkan ke dalam militer.
Waduh! Mian Tang jadi mencemaskan suaminya, dia kan pengangguran dan lemah, bisanya cuma main catur. Kalau sampai dipaksa masuk militer, sudah pasti suaminya itu tidak akan bisa bertahan. Pfft!
Dia bahkan jadi tidak mau pergi Beizhou saking khawatirnya dengan suaminya dan ingin pergi mencari suaminya saja. Sontak saja Bibi Li jadi panik mencegahnya pergi dan sikapnya ini jelas membuat Mian Tang jadi curiga.
Dia memang memperhatikan Bibi Li belakangan ini sangat gigih menyuruhnya pergi ke Beizhou. Dia yakin kalau ini bukan karena perintah suaminya, Bibi Li bahkan tidak terlihat mengkhawatirkan suaminya. Apa sebenarnya alasan Bibi Li bersikeras mau pergi?
Untungnya tepat saat itu juga, Bibi Li terselamatkan berkat kedatangan Xing Zhou yang memang sengaja pulang sebelum berangkat perang. Mian Tang begitu bahagia sehingga dia langsung lari ke dalam pelukan Xing Zhou.
Xing Zhou mengeluh lapar tapi ngotot tidak mau masakan Bibi Li. Dia maunya makan nasi saus kepiting buatan Mian Tang, sekarang juga, harus sekarang. Mian Tang dengan senang hati berlari ke dapur untuk memasakkan nasi saus kepiting yang dia inginkan.
Tak lama kemudian, mereka pun makan bersama di halaman belakang. Xing Zhou makan dengan lahap sedangkan Mian Tang curhat tentang perasaan gundahnya karena entah mengapa dia merasa jika dia pergi ke Beizhou, dia tidak akan bisa melihat Cui Jiu lagi.
Perasaannya ini semakin tidak tenang sejak dia mendengar berita tentang perang dan perekrutan prajurit. Dia benar-benar khawatir mereka akan terpisah jauh dan tidak akan bisa bertemu lagi.
Bersambung ke episode 13
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam