Sinopsis Are You the One Episode 12 - Part 1

Xing Zhou pergi dengan berat hati untuk menikah dengan wanita lain. Mian Tang yang mengira kalau suami palsunya itu mau pergi main catur, cuma bisa mengantarkan kepergiannya dengan sedih.

Mereka berdua sama-sama tidak sadar bahwa He Zhen ada di kejauhan melihat mereka dan sontak saja dia jadi marah pada Mian Tang, mengira Mian Tang selama ini mempermainkannya terkait Raja Huaiyang.

Kediaman Raja Huaiyang penuh dengan suka cita kecuali Xing Zhou yang terus murung sepanjang waktu, sama sekali tidak tertarik dan tidak berminat sedikit pun dngan pernikahannya dengan Bing Lan. Dia terus menatap keluar, tapi Ibu Ratu salah paham mengira dia memikirkan dan mengharapkan kedatangan Bing Lan.

Saat Mo Ru menanyainya masalah mahar, yang dia pikirkan malah Mian Tang dan menyuruh Mo Ru untuk menyiapkan segala keperluan Mian Tang alih-alih mahar pernikahannya dengan Bing Lan.

Akhirnya dia pergi ke rumahnya Zhao Quan untuk curhat sambil minum-minum lagi. Dia masih saja berusaha menyangkal perasaannya pada Mian Tang, mengklaim bahwa sekarang segalanya sudah kembali ke jalur yang benar walaupun dia sadar betul bahwa yang disukai Bing Lan sejatinya hanya posisi ratu, mengklaim bahwa hubungannya dengan Mian Tang sejak awal hanya permainan dan memang sudah seharusnya berakhir sekarang.

Xing Zhou sudah mengatur segalanya, dia sudah menyuruh Mian Tang untuk pergi mengunjungi kerabatnya di Beizhou. Padahal sebenarnya itu adalah triknya untuk mengembalikan Mian Tang ke Beizhou dan menjelaskan segalanya melalui surat. Dia tidak berani menjelaskan kepadanya secara langsung dan tidak berani mengucapkan perpisahan di hadapannya.

Zhao Quan setuju, memang yang terbaik adalah melepaskan Mian Tang dan mengembalikannya ke keluarga asalnya di Beizhou. Hanya saja, sebenarnya dia agak bingung juga kenapa Xing Zhou melepaskannya. Bahkan sekalipun dia tetap mempertahankan Mian Tang, Bing Lan juga tidak akan mempermasalahkannya karena yang paling penting bagi Bing Lan hanyalah posisi Ratu.

Di Kota Langquan, Bibi Li berusaha membujuk Mian Tang untuk segera pergi ke Beizhou secepatnya. Namun Mian Tang menolak pergi sekarang, karena masih ada hal lain yang harus dia selesaikan.

Di Qingzhou, Xue Ji dan pelayannya sedang membawa beberapa tumpuk kain. Tiba-tiba beberapa anak kecil berlarian di sekitarnya sehingga tak sengaja menyenggolnya dan membuat barang-barang bawaannya terjatuh.

Saat itulah Zi Yu mendadak muncul membantunya memunguti barang-barangnya. Zi Yu mengira kalau semua itu adalah barang-barangnya Xue Ji sendiri, tapi ternyata semua kain-kain itu adalah milik kakak-kakak tirinya. 

Xue Ji dengan canggung beralasan bahwa dia sudah punya banyak baju, dan biasanya, baju-bajunya adalah turunan dari kakak-kakak tirinya. (Aww, kasihan dia). Prihatin, Zi Yu menyuruh pelayannya untuk membawakan barang-barangnya Xue Ji dan bersikeras mau mengantarkan Xue Ji sampai ke kereta kudanya. 

Dia berusaha menawari Xue Ji untuk membeli apa pun yang dia inginkan di pasar, tapi Xue Ji terlalu sungkan. Namun kemudian dia memperhatikan Xue Ji melihat penjual camilan manis dan tampak jelas dia sangat menginginkannya. 

Namun saat dia tanya apakah Xue Ji menginginkan kue itu, Xue Ji lagi-lagi menolak dengan alasan bahwa ibunya selalu mengajarinya untuk tidak memakan camilan yang dijual di pinggir jalan.

Namun saat Xue Ji kembali berjalan, dia tidak sadar bahwa barang bawaannya ada yang jatuh dari bajunya. Saat Zi Yu memungutnya, ternyata isinya sebungkus kue manis yang diam-diam disembunyikannya.

Saat mereka tiba di kereta kuda, Xue Ji malah melihat pelayannya memegang satu box kain yang sebelumnya tidak mereka beli. Pelayannya memberitahu bahwa kain ini adalah pemberian Zi Yu. Ternyata tadi Zi Yu menyuruh orang untuk membelikan dua potong kain brokat berkualitas bagus sebagai hadiah untuk Xue Ji.

Tepat saat itu juga, kakak tirinya kebetulan lewat dan sontak menjauhkan Xue Ji dari Zi Yu sambil mengomelinya, mengira kalau Xue Ji sedang bicara dengan pria asing padahal dia mau menikah dengan pria lain. 

Dan jelas saja si Kakak Tiri langsung melongo kaget saat mengetahui bahwa pria tampan ini ternyata adalah Lu Wen, si kepala bandit yang selama ini dia kira jelek dan kasar. 

Kediaman Raja Huaiyang dan Kediaman Lian sibuk mempersipkan pernikahan. Bing Lan berbunga-bunga dengan penuh harap menantikan kedatangan Xing Zhou yang hari ini akan datang mengantarkan Surat Penerimaan Mahar.

Sedangkan Ibu Ratu sedang sibuk memilih tembikar karya keluarga mana yang akan dia gunakan untuk pernikahan putranya nanti, dan kebetulan yang dia pilih adalah karya toko tembikarnya Mian Tang. 

Aww, Mian Tang! Dia bahkan setulus hati mendoakan semoga pernikahan Raja Huaiyang sakinah mawadah warahmah tanpa sadar bahwa Xing Zhou ada di belakang, melihatnya sedang sedih.

Maka kemudian, diam memerintahkan pelayannya untuk menyampaikan penolakannya terhadap toko tembikarnya Mian Tang dan dialihkan ke Keluarga He dengan alasan Keluarga He telah berjasa dalam urusan pemerintahan daerah.

Tuan Muda He jelas senang dan langsung melempar tatapan sinis ke Mian Tang. Tidak terima, Mian Tang yang melihat Raja Huaiyang berjalan pergi, langsung berusaha menyusulnya.

Namun dengan cepat dia dihalangi oleh seorang pengawal sehingga dia cuma bisa melihat punggungnya Raja Huaiyang di kejauhan dan mengucap terima kasih padanya karena dia benar-benar mengira bahwa Raja Huaiyang adalah teman bermain catur suaminya yang selalu baik pada suaminya.

Namun dia mengira kalau Raja Huaiyang menolak toko tembikarnya karena salah paham dan punya pikiran buruk tentang niatan suaminya, makanya dia meminta maaf dan berusaha meyakinkan Raja Huaiyang bahwa suaminya adalah orang yang sangat baik dan lembut.

Namun tentu saja Xing Zhou tak bisa menjawabnya dan langsung pergi begitu saja seolah dia cuek dan tak mempercayainya.

Tak lama kemudian, Panglimanya Xing Zhou tiba-tiba datang mengabarkan Paman Negara Wu datang ke kamp militer dengan membawa titah Kaisar (Lebih tepatnya, titah Ibu Suri).

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments