Sinopsis White Cat Legend Episode 26 - Part 2

Tidak tampak ada siapa-siapa, tapi ada pecahan genteng di lantai dan ada papan nama narapidana tergantung di atas genteng.

Tanpa curiga apa pun, Li Bing langsung saja terbang ke atap. Namun saat dia menariknya, ternyata itu adalah jebakan dan seketika itu pula Li Bing terkena errr... asap bius? Bubuk bius? Dia langsung menggelinding terjatuh dari atap, dan tepat saat itu juga, dia sempat melihat seorang pria bertopeng... yang sama persis dengan pembunuh bertopeng yang membunuh ayahnya dulu. Ya, dialah Raksasa Hitam.

Orang itu langsung menembakkan panah ke Li Bing, namun tepat saat itu juga, Jenderal Qiu mendadak muncul melindungi Li Bing dan terkena panah Raksasa Hitam. )Aww, Jenderal Qiu ini sebenarnya lawan apa kawan sih? Abu-abu banget dia). Li Bing dan Jenderal Qiu sama-sama pingsan, dan saat inilah Raksasa Hitam menyerang Wu Yi Ren dan Wanita Asing.

Wanita Asing langsung menyuruh Wu Yi Ren untuk menyalakan kembang api, tapi Raksasa Hitam berhasil mencegahnya dan membunuhnya dengan mudah. Wu Yi Ren segera melemparkan kembang api itu ke Wanita Asing, namun tepat begitu Wanita Asing berhasil menyalakan kembang api, Raksasa Hitam melemparkan pedangnya membunuh Wanita Asing.

"Kalian semua adalah umpan," ujar Raksasa Hitam sembari melepaskan topengnya, tapi kita tetap tidak melihat wajahnya.

Saat Li Bing terbangun, dia mendapati tempat itu sudah menjadi TKP pembunuhan. Para anak buahnya ada di sana menjaganya dan koroner sedang sibuk memeriksa mayat Wu Yi Ren dan si Wanita Asing.

Wang Qi memberitahu bahwa mereka langsung datang kemari begitu melihat kembang api, tapi mereka terlambat, kedua orang itu sudah mati dan mereka menemukan Li Bing dan Jenderal Qiu pingsan.

Luka Jenderal Qiu cukup parah, tapi masih hidup dan sudah dibawa pergi oleh Pengawal Kerajaan. Pengawal Kerajaan juga awalnya berniat membawa mayat-mayat ini, tapi berhasil mereka hentikan. Apa sebenarnya yang terjadi semalam? Apa kemarin Li Bing dan Jenderal Qiu berkelahi? Siapa yang membunuh kedua orang ini?


Li Bing menyangkal, justru Jenderal Qiu menyelamatkannya. Dia datang kemari bukan untuk mengincar Wu Yi Ren, melainkan si pembunuh. Posisi kedua mayat ada di tengah ruangan, jelas dari kondisi TKP, koroner menyimpulkan bahwa posisi mayat-mayat ini dipindah dan diatur seperti ini.

Saat mereka datang memang kondisi TKP sudah seperti ini dan Pengawal Kerajaan juga tidak pernah menyentuh TKP, berarti si pembunuh yang mengatur TKP jadi seperti ini. Selain ini, mereka juga menemukan tulisan yang ditulis dengan abu dupa 'Tanggal tujuh bulan keenam', dan mayat Wu Yi Ran tampak menggenggam batu.

Mengumpulkan tim Mahkamah Agung, Li Bing memberitahu mereka bahwa pembunuh semalam pastilah orang yang sama dengan yang membunuh ayahnya. Dulu Departemen Hukum memang sudah menangkap pelakunya. Orang itu adalah narapidana penjara terpidana mati yang dijebloskan ke penjara oleh mendiang ayahnya Li Bing. 

Makanya waktu itu Departemen Hukum mengira kalau si pejahat ini membunuh ayahnya Li Bing hanya untuk balas dendam dan kasus ini pun ditutup begitu saja.

Siapa orang berkuasa yang sanggup menutupi kebenaran kasus ini dengan begitu mudahnya? Pastinya, Menteri Ritus yang berniat menutupi tentang Du Zi Xu dan resep obat awet mudanya. Tapi sekarang Li Bing yakin kalau Departemen Hukum sudah salah menangkap orang. Pembunuh ayahnya adalah orang yang sangat kejam.

Jelas dia adalah orang yang mendapatkan pelatihan keras. Orang seperti ini, tidak mungkin begitu sembrono membunuh hanya untuk balas dendam. Sedangkan Wu Yi Ren sebenarnya adalah mata-mata ayahnya yang dikirim ke penjara terpidana mati untuk menyelidiki Du Zi Xu.

Lalu setelah Du Zi Xu tewas, dia pun beralih menyelidiki Setangkai bunga yang membunuh Du Zi Xu. Dia juga sempat mengira bahwa Setangkai Bunga-lah pembunuh ayahnya, tapi kemudian, si Wanita Asing menemukan bahwa pembunuhnya ternyata adalah orang lain, nama julukannya 'Raksasa Hitam', narapidana penjara terpidana mati juga. Dalang di balik kasus ini pastilah orang berkuasa dan sulit ditemukan. Karena itulah, dia ingin fokus mencari si Raksasa Hitam lebih dulu. 

Shangguan Qin langsung menyatakan untuk ikut menyelidiki. Dia tahu ini akan sangat berbahaya, dia juga sadar kalau belakangan ini orang-orang berkuasa di pemerintahan sedang mengawasi MA, makanya tidak banyak orang yang bisa dia percayai. 

Dia bahkan tidak mempercayai Hu Shi karena dia tahu kalau Hu Shi adalah mata-mata ayahnya, makanya belakangan ini dia tidak pernah mengikutsertakan Hu Shi.

Karena kasus ini akan sangat berbahaya dan aneh, dan pasti butuh waktu lama untuk menyelidikinya, makanya Li Bing melarang Chen Shi untuk ikut dan menyuruhnya untuk fokus saja pada ujian masuk Mahkamah Agung. Yang lain setuju, selama ini mereka sudah susah payah mengajari Chen Shi, jadi Chen Shi tidak boleh gagal dan mengecewakan mereka. 


Semua orang pun mulai berpencar menyelidiki kasus ini, tapi sayangnya, tidak ada informasi penting yang mereka dapatkan. Batu yang digenggam Wu Yi Ren cuma batu biasa yang sama sekali tidak berharga dan tidak bermakna. Dupa yang abunya dipakai menulis 'Tanggal tujuh bulan keenam' juga cuma dupa biasa yang banyak dijual di pasar.


Sun Bao juga tidak menemukan ada sesuatu yang istimewa di tanggal tujuh bulan keenam, hanya saja itu hari sial. Oh?... ucapan Sun Bao itu mendadak menarik perhatian Li Bing.

Mayat diatur sedemikian rupa menghadap arah tertentu, bakar dupa, tanggal tujuh bulan keenam, ini semua adalah petunjuk yang harus satukan berdasarkan perhitungan almanak.

Dari memperhitungkan semua petunjuk berdasarkan almanak inilah, Li Bing menyimpulkan bahwa semua petunjuk itu mengarah ke seseorang yang merupakan target pembunuhan berikutnya.

Li Bing menyimpulkan orang itu mungkin adalah seseorang di MA atau seseorang di kasus sebelumnya yang bershio monyet di sebuah bangunan yang hendak dirobohkan di daerah barat.

Mereka pun berpencar lagi mencari orang bershio monyet tersebut. Sepanjang malam dan sepanjang hari mereka mencoba mencari ke seluruh penjuru daerah barat, tapi tidak menemukan bangunan atau orang yang mencurigakan.

Namun di tengah rintik hujan, telinga supernya Li Bing tiba-tiba menangkap suara denting kecapi dan mata kucingnya melihat jari-jari si pemain kecapi berdarah.

Sontak saja dia langsung melesat secepat angin menuju ke sana, di sebuah bangunan kosong, Kou Niang dirantai di ujung balkon dengan mata tertutup. Jelas dari jari-jarinya yang berdarah, dia dipaksa untuk memainkan kecapinya Qin Wan sepanjang hari.

Li Bing langsung saja menggunakan kekuatan kucingnya untuk merayap naik ke atas menara tersebut, berusaha tidak menakuti Kou Niang dan pelan-pelan melepaskan ikatan matanya.

Dalam prosesnya, selembar kertas yang tertempel di penutup mata itu terjatuh. Namun nyawa manusia lebih penting, makanya Li Bing mendahulukan menyelamatkan Kou Niang lebih dulu.

Sayangnya, seseorang mendadak membuka pintu dan melangkah masuk tanpa sadar bahwa ada tali jebakan membentang di sana, dan begitu tersentuh, tali itu otomatis mengaktifkan senjata anak panah yang langsung melesat tepat ke leher Kou Niang. 

Kou Niang pun mati seketika dan jatuh dari balkon. Shock, Li Bing sontak melompat untuk menangkap jasadnya. Aww, kasihan Kou Niang. 

Padahal Kou Niang awalnya di penjara, namun karena keteledoran petugas penjara, mereka tidak sadar bahwa ada orang yang menyamar jadi sipir untuk menculik Kou Niang dan tidak ada seorang pun yang melihat dengan jelas wajah si sipir palsu itu. Sedangkan kertas yang terjatuh tadi adalah petunjuk selanjutnya.

Namun belum juga membicarakan masalah ini lebih jauh, Menteri Shangguan, ayahnya Shangguan Qin, mendadak muncul dan langsung mengomel memarahi mereka karena tidak melibatkan Pengawal Kerajaan sehingga mengakibatkan terjadinya insiden ini.

Bersambung ke episode 27

Post a Comment

0 Comments