Pan Yue adalah putra sulung Menteri Pan. Tampan, pintar, karismatik, berbakat. Wajar saja dia jadi idola para wanita ibu kota, apalagi dia juga baru saja diangkat menjadi Menteri Pengawas bulan lalu. Pokoknya dia adalah orang paling menonjol di ibu kota saat ini.
Hanya saja, dia adalah anak tidak sah Menteri Pan, makanya perlakuan keluarganya padanya juga kurang baik. Mungkin itulah yang membuat hubungannya dengan keluarganya menjadi tegang dan dia tumbuh menjadi seorang pemberontak.
Dia bahkan sengaja mengacaukan rencana adiknya, yang notabene adalah anak sah ayahnya, untuk merayu Tuan Putri dan berhasil membuatnya terkesan dengan lukisannya.
Sekilas tampak hanya seperti lukisan pemandangan alam biasa, tapi setelah diperhatikan secara mendetil, pegunungan dan lembah dalam lukisannya tampak membentuk wajah manusia yang jelas saja membuat semua orang terkagum-kagum.
Si adik ini, Pan Hui, adalah kebalikan total dari Pan Yue. Tidak tampan, tidak karismatik, manja, dan tidak berbakat sama sekali.
Dia bahkan berusaha merayu Tuan Putri dengan cara berbuat curang, diam-diam menukar lukisan jeleknya dengan lukisan orang lain yang bagus, untuk membuat Tuan Putri terkesan padanya, dan saat Pan Yue menyabotase rencananya, dia langsung tantrum mengadukan Pan Yue ke ayah mereka.
Namun Pan Yue santai-santai saja menghadapi cecaran ayahnya, karena sejatinya, dia memang melakukan ini dengan sengaja dan mengancam akan terus melakukan segala cara untuk melawan Menteri Pan sampai dia mendapatkan apa yang dia mau dari ayahnya tersebut. Yaitu, informasi tentang keberadaan teman perempuan semasa kecilnya yang telah menghilang selama 10 tahun lamanya.
Frustasi dengan kebebalan Pan Yue, Menteri Pan akhirnya menyerah, dia akan memberikan apa yang Pan Yue mau, tapi mengancam akan memutus hubungan ayah dan anak mereka. Pan Yue tak peduli dan santai menyetujui syarat ayahnya itu.
Wanita yang dicari-cari itu adalah Yang Cai Wei yang sekarang tinggal di Kota Heyang. Sebenarnya dia cantik, hanya saja ada bekas luka sayatan yang panjang mulai dari dahi sampai pipi yang membuat orang-orang menghinanya jelek.
Ditambah lagi, pekerjaannya adalah mengurus mayat yang membuat hinaan terhadapnya semakin menjadi-jadi dan dijauhi semua orang. Namun mungkin karena sudah terbiasa, jadi dia santai-santai saja menghadapi perlakuan semua orang padanya.
Bahkan anak-anak kecil pun mengejeknya, tapi ada satu anak kecil yang baik dan tidak takut padanya, bahkan membantunya memungut sebuah giok miliknya yang terjatuh.
Dia tinggal di rumah pemakaman yang sekaligus tempat kerjanya, sekaligus menjaga gurunya (Pak Tua Jiang - Mantan Koroner) yang sekarang sudah pikun dan terobsesi dengan otopsi mayat untuk mencari pembunuhnya, padahal yang dia otopsi cuma jasad kodok.
Siang harinya, seorang petugas menggedor pintunya dan menyuruhnya untuk mengambil mayat di Kediaman Li. Saat dia tiba di sana, pintunya tampak tidak tertutup rapat.
Cai Wei pun langsung masuk, tapi yang tak disangkanya, dia malah mendapati seluruh Keluarga Li tergeletak mati dengan berbagai cara di halaman rumah. (Wah! Si petugas tadi mendadak jadi mencurigakan nih)
Dari memperhatikan TKP, Cai Wei bisa menyimpulkan bahwa seluruh keluarga ini menjadi gila atau mungkin kesakitan sehingga mereka kemudian melakukan berbagai cara ekstrem untuk membunuh diri mereka sendiri.
Ada yang menabrakkan dirinya sendiri ke tiang sampai mati, ada yang menenggelamkan dirinya sendiri ke gentong penuh air, ada yang menikam dirinya sendiri, ada yang menggorok lehernya sendiri, ada pula yang gantung diri.
Parahnya lagi, anak kecil baik hati yang memungut gioknya tadi, sekarang juga mati tenggelam di kolam. (Aww, kasihan). Entah apa yang sebenarnya pada seluruh keluarga ini sehingga mereka semua begitu menderita dan akhirnya membunuh diri mereka sendiri.
Mendadak ada seorang hakim dan sekumpulan petugas datang. Dari si Hakim-lah, diketahui bahwa pemilik rumah ini adalah Ketua Balai Gedung Yinyu, mereka tuh semacam pelindung Kota Heyang ini. Makanya si Hakim ngotot datang kemari sendiri dan bertekad untuk menangkap siapa pun pelakunya.
Masalahnya, saat Cai Wei berusaha mengemukakan kecurigaannya tentang kematian seluruh anggota keluarga ini yang merupakan bunuh diri karena penderitaan yang sangat luar biasa, Hakim malah langsung ngotot menolak mempercayai teorinya.
Hakim malah menuduh Cai Wei sok pintar dan membohonginya, dan ujung-ujungnya malah mencurigai Cai Wei sebagai dalang pembunuhan dan langsung memerintahkan para anak buahnya untuk menangkap Cai Wei.
Hakim ini dan semua anak buahnya jelas-jelas korup, dia ngotot menuduh Cai Wei sebagai pembunuh Keluarga Li dan memaksa Cai Wei untuk mengakuinya, menolak mendengarkan apa pun yang dia katakan. Mereka bahkan menyangkal pernah memanggil Cai Wei untuk mengambil mayat.
Dia sama sekali tidak peduli dan tidak ingin diadakan penyelidikan, pokoknya dia maunya kasus ini segera ditutup dengan kesimpulan bahwa Cai Wei adalah pembunuhnya. Cai Wei bahkan dipaksa untuk tanda tangan dan cap jempol untuk mengakui bahwa dirinya adalah pembunuh.
Semakin Cai Wei melawan, siksaan padanya pun semakin parah. Saat dia sudah semakin lemah, si Hakim korup itu langsung menggunakan darahnya Cai Wei untuk cap jempolnya Cai Wei di surat pengakuan itu.
Untungnya saat itu juga, Pan Yue mendadak muncul dan langsung menendang si Hakim korup, bahkan hampir saja menghabisi nyawanya dengan pedangnya, tapi Pan Yue masih berbaik hati dan hanya mengancam saja. Cai Wei samar-samar melihatnya, tapi dia sudah terlalu lemah dan akhirnya pingsan.
Saat Cai Wei bangun tak lama kemudian, dia mendapati dirinya berada di kamarnya Pan Yue dan menemukan lukisan dirinya di meja, tapi tanpa bekas luka, jelas itu karena Pan Yue tidak tahu apa yang terjadi pada Cai Wei.
Pan Yue muncul saat itu dan bertanya apakah Cai Wei mengenalinya. Jelas Cari Wei masih ingat, tapi entah kenapa sekarang Cai Wei pura-pura tidak mengenalnya dan mengklaim bahwa Pan Yue salah mengenali orang.
Pan Yue jelas tak percaya, apalagi setelah melihat liontin gioknya Cai Wei yang dulunya milik Cai Wei, tapi berhubung Cai Wei ngotot mengklaim kalau liontin ini dia pungut di pinggir jalan, Pan Yue akhirnya menyerah dan memutuskan untuk mengikuti permainannya, pura-pura mengklaim bahwa berhubung pemiliknya sudah membuangnya, jadi ya sudah, barang itu sudah tidak berguna lagi.
Eh, Cai Wei malah langsung melempar liontin giok itu ke kolam. Dia bahkan memberikan beberapa koin sebagai ganti biaya pengobatannya, lalu pamit pergi.
Namun Cai Wei masih belum mau menyerah terhadap kasus ini, tetap bertekad untuk mencari keadilan untuk Keluarga Li. Maka malam harinya, dia menyelinap kembali ke rumah Keluarga Li untuk mengotopsi mayat mereka.
Dia menemukan jejak racun di mulut salah satu korban, tapi dia tidak tahu jenis racun apa yang bisa membuat orang-orang ini menjadi begitu menderita hingga bunuh diri.
Dia langsung berusaha mencari sumber racunnya, tapi tidak menemukannya di semua makanan yang terakhir di makan para korban. Jadi dari mana sumber racunnya?
Tak lama kemudian, Cai Wei melihat seseorang datang. Cai Wei pun langsung menyembunyikan diri di kolong kasur... dan langsung ketahuan oleh Pan Yue yang menyapanya akrab...
"Kau masih sama seperti waktu kecil. Begitu ada masalah, suka sembunyi di bagian bawah." (Pfft!)
Pan Yue memang tahu kalau Cai Wei ada di sini karena anak buahnya diam-diam mengawasinya. Sengaja dia menggoda Cai Wei, pura-pura mencurigainya sebagai tersangka karena sikapnya yang mencurigakan dan menuduhnya datang ke sini untuk menghilangkan barang bukti.
Cai Wei sontak panik menjelaskan kalau dia datang untuk menyelidiki kasus ini dan memulihkan reputasinya. Dia tidak tahu ini akan berguna atau tidak, tapi dia akan tetap melakukannya.
Heyang saat ini memang hanya memiliki hakim jahat itu, tapi siapa tahu, suatu hari ini Heyang akan memiliki seorang hakim daerah yang adil yang akan menguak hal-hal tercela dan menegakkan keadilan di dunia.
Baiklah, Pan Yue pun menyatakan akan membantu Cai Wei dan meyakinkan Cai Wei kalau bantuannya akan sangat berguna. Dia adalah pejabat kerajaan yang sudah seharusnya bertanggung jawab kepada rakyat, dan bisa melindungi Cai Wei jika sewaktu-waktu si hakim jahat itu menuduh Cai Wei lagi sehingga Cai Wei akan tetap bisa melanjutkan penyelidikan.
Baiklah, Cai Wei pun memberitahukan analisis awalnya. Para korban mati karena karacunan dan sekarang dia mau membedah korban untuk mencari sumber racun. Pan Yue awalnya santai-santai berdiri di sana menatap Cai Wei dengan penuh cinta.
Tapi begitu pisau bedah mulai membelah perut korban, Pan Yue mendadak ngeri sendiri dan lama-lama mual. Cai Wei menemukan bekas daging sapi di lambung korban. Padahal di meja makan tidak ada daging sapi, berarti kemungkinan makanan inilah sumber racunnya.
Cai Wei dengan antusias menunjukkan daging sapi itu ke Pan Yue, tapi Pan Yue tidak tahan baunya dan langsung lari keluar untuk muntah (Wkwkwk). Dia kembali semenit kemudian, masih agak canggung tapi berusaha untuk tetap tenang dan memuji analisisnya Cai Wei.
Mendadak ada bunyi ketukan cepat yang entah dari mana sumbernya. Hantukah? Cai Wei yang sehari-harinya mengurus mayat, jelas tak percaya, mana mungkin ada hantu di dunia ini. Ini pasti ulah seseorang yang menggunakan cara misterius.
Pan Yue menyimpulkan bahwa hanya orang yang ahli dalam ilmu menyembunyikan tubuh yang bisa membuat cara misterius seperti ini. Sepertinya sumber suaranya dari langit-langit kamar.
Pan Yue pun langsung menebaskan pedangnya ke balok kayu di langit-langit kamar dan benda itu pun langsung terjatuh, sebuah kandang hamster yang dirancang sedemikian rupa sehingga jika kincir mainan digerakkan oleh si hamster, maka gendang kecil di depannya akan berbunyi untuk membuat ilusi suara hantu.
Mendadak mereka dikepung sekumpulan pembunuh dan diserang dengan pulunan anak panah, untungnya Pan Yue cekatan menangkis semuanya dan melindungi Cai Wei, lalu membawanya terbang melarikan diri dari sana.
Baru setelah mereka cukup jauh dan aman, Cai Wei baru sadar kalau dia menggenggam erat tangan Pan Yue yang sontak saja membuatnya canggung dan langsung melepaskannya. Pan Yue tidak tahu siapa para penjahat tadi, tapi dia menemukan sebuah lambang bertuliskan 'Gedung Yinyu' di salah satu penjahat yang dia bunuh. Hmm, mencurigakan, mencurigakan. Hakim Daerah bilang bahwa Ketua Balai Utama Sun meminta untuk menyelidiki kebenarannya.
Namun sekarang jelas bahwa pihak internal mereka tidak ingin ada penyelidikan lanjutan. Mereka sudah menyinggung anggota Gedung Yinyu, masalahnya jadi semakin besar sekarang.
Pan Yue mengoreksi. Yang berada dalam masalah sebenarnya hanya Cai Wei dan bukan Pan Yue, yang ingin mereka bunuh hanya Cai Wei. Sebaiknya Cai Wei segera ambil barang-barangnya lalu melarikan diri. Cai Wei ngotot menolak, dia tidak bisa kabur begitu saja dengan tuduhan sebagai pembunuh.
"Namun, pihak lawan adalah Gedung Yinyu. Takutnya sebelum kau menemukan pelaku sebenarnya, nyawamu yang melayang terlebih dulu."
"Bukankah Tuan pernah bilang, sebagai pejabat di kerajaan, anda sudah seharusnya bertanggung jawab kepada rakyat? Anda sebagai Menteri Pengawas yang terhormat, pasti tidak akan mengabaikan ketidakadilan dalam sebuah kasus."
Pan Yue mengingatkan bahwa menyelidiki kasus bukanlah tanggung jawabnya sebagai seorang Menteri Pengawas, tapi dia bisa melindungi Cai Wei asalkan Cai Wei mau menyetujui dua syaratnya. Syarat pertama, Pan Yue menuntutnya untuk mencari kembali liontin giok yang Cai Wei buang ke kolam.
Jadilah malam itu juga, Cai Wei harus bersusah payah mengobok-obok kolam keruh itu. Pan Yue duduk santai menunggu di pinggir kolam, berusaha membujuknya untuk mencari lagi besok pagi saja, tapi Cai Wei menolak, bertekad untuk menemukannya malam ini juga.
"Sikap keras kepala ini, malah sama persis seperti waktu kecil," gumam Pan Yue.
Setelah beberapa lama, Cai Wei akhirnya berhasil juga menemukan liontin giok itu. Tapi Pan Yue bahkan tidak mengambilnya karena giok itu kan memang miliknya Cai Wei. Pan Yue juga menolak memberitahukan syarat keduanya sekarang dan langsung mengajaknya untuk menyelidiki kasus kembali. Dia hanya akan memberitahu kalau mereka sudah menangkap pelakunya.
Pagi harinya, A Ze (pengawalnya Pan Yue) melapor bahwa Gedung Yinyu mendirikan aula duka di Kediaman Li dan penjagaannya sangat ketat.
Pan Yue punya ide. Tak lama kemudian, dia membawa Cai Wei naik kereta kuda terbuka bersamanya menuju ke Kediaman Li, tapi memutar melewati area jalan yang paling ramai untuk menarik perhatian banyak orang agar orang-orang membuntuti mereka.
Idenya berhasil, para wanita langsung heboh mengikuti mereka sambil kasak-kusuk iri karena Cai Wei si buruk rupa bisa duduk satu kereta bersama si tampan Pan Yue.
"Sudah kubilang sejak awal, Tuan Pan tidak seharusnya duduk bersama dengan orang sepertiku."
"Orang sepertimu... adalah orang yang seperti apa? Cantik, jelek, terhormat, rendahan, seharusnya selalu mempertimbangkan hati, bukan penampilan. Kau malah melupakan kalimat yang kau ucapkan sendiri," ujar Pan Yue mengingatkan Cai Wei akan kata-kata yang pernah Cai Wei kecil ucapkan padanya dulu.
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam