Sinopsis Dhevaprom: Dujupsorn Episode 5 - Part 3

Petch langsung pergi begitu menurunkan Fah. Namun tiba-tiba saja muncul dua orang preman yang dengan galaknya mengaku kalau mereka datang untuk menagih hutang Ibunya Fah. Hah? Buat apa?

Mereka jahat banget sampai-sampai mereka mau memukul Fah, tapi untungnya Petch mendadak muncul melindungi Fah dan menghajar para preman itu. Dia berhasil mengalahkan mereka dengan mudah dan mengancam akan melaporkan mereka ke polisi. 

Kedua preman itu akhirnya pergi. Fah cemas banget, takut Petch terluka hingga Petch langsung menggenggam tangannya untuk menenangkannya. Namun saat itulah Fah melihat tangan Petch ternyata terluka. 

Fah pun mengobatinya sambil meminta maaf karena menyeret Petch dalam masalah ini. Namun Petch justru bersyukur karena tiba di sana tepat waktu tadi. Jika tidak, sudah pasti Fah akan berada dalam bahaya besar. 

Bibi menyesal, ini salahnya karena membiarkan Ibunya Fah keluar sendirian tanpa memberitahu Fah. Fah sendiri juga menyesal karena tidak menjaga ibunya dengan baik, tapi dia sungguh tidak mengerti, untuk apa ibunya meminjam uang sebanyak itu dari rentenir?

Petch menyarankan Fah untuk bertanya langsung saja pada ibunya, dan tidak perlu mengkhawatirkan masalah rentenir tadi. Bagaimanapun, mereka rentenir ilegal, jadi mereka memiliki kerentanan.

Para tetua kemudian meninggalkan muda-mudi itu berduaan. Fah mendadak jadi canggung. Fah sebenarnya ingin berterima kasih sekaligus meminta maaf sekali lagi, tapi rasanya dia sudah terlalu sering mengucapkan kedua kata ini, takutnya Petch malah akan jadi kesal mendengarnya.

"Itu kata-kata yang bagus, mengapa aku harus merasa kesal? Tapi aku hanya akan menerima ucapan terima kasihmu. Kau tidak melakukan kesalahan apa pun."

"Tapi aku memang salah, anda terluka karena aku."

"Ini bukan salahmu, dan lagi, ini cuma luka kecil. Aku baik-baik saja. Malah, aku justru senang karena aku bisa membantumu."

Namun Fah masih saja gelisah dan sedih. Petch dengan sabar dan manisnya meyakinkan Fah untuk mengungkapkannya saja, jangan terus memendam semua perasaannya sendiri... "Aku di sini untukmu."

Fah sontak berlinang air mata dan Petch pun langsung menyekanya. Namun Fah canggung dan langsung menghentikannya.

"Tangan anda sangat cantik," ujar Fah, "saya tahu anda sangat baik."

"Tanganku seperti tangan ayahku. Kata ayahku, kedua tanganku adalah tangan yang melindungi keluarga kami."

Petch dengan manisnya menggunakan tangannya yang dibalut perban untuk mengusap kepala Fah, dan akhirnya berhasil membuatnya tersenyum kembali.

Hari ini Nenek Orn berkumpul bersama Ayah-Ibunya Petch dan Ayah-Ibunya Chavit. Walaupun sekarang hubungan mereka semua baik-baik saja, tapi Nenek Orn masih merasa sangat bersalah atas sikap arogannya pada mereka di masa lalu. 

Namun mereka semua dengan manisnya meyakinkan Nenek Orn bahwa sekarang mereka sudah memahami kenapa dulu Nenek Orn melakukan semua itu, mereka mengerti bahwa Nenek Orn sebenarnya hanya bermaksud baik pada mereka.

Percakapan mereka dengan cepat beralih ke anak-anak mereka. Ibunya Petch masih terus mengharapkan Petch akan menikah dengan Lisa, Nenek Orn pun setuju untuk berbesanan kembali dengan keluarga Dhevaprom. Dulu cucu-cucunya gagal berjodoh dengan Dhevaprom, tapi sekarang cicit-cicitnya malah berjodoh dengan Dhevaprom. Nenek Orn senang.

Namun begitu berduaan dengan Ked, Nenek Orn langsung menanyakan masalah Rumpa. Sayangnya sampai saat ini Ked masih belum bisa menemukan jejak Rumpa mengingat surat-surat yang dikirim Rumpa pada ayah mereka berasal dari provinsi lain. Jadi sulit melacak keberadaan pastinya.

Namun Ked meyakinkan Nenek untuk tidak khawatir karena Petch dan ayahnya sudah berjanji untuk mencarinya dan membawanya pulang kembali ke mereka. Mereka harus percaya pada Petch. Siapa tahu, saat Rumpa pulang nanti, dia mungkin akan datang dengan membawa seorang anak pada Nenek Orn.

"Itu bagus sekali. Aku akan memberikan banyak cinta kepada anaknya," ujar Nenek Orn penuh harap.

Menuruti saran Petch, Fah akhirnya masuk ke kamar ibunya, dan mendapati Rumpa membeli banyak sekali baju-baju baru, berbagai macam aksesoris, kosmetik, dan berbagai macam barang-barang mahal dan tidak penting lainnya. 

Ternyata dia berhutang untuk membeli semua itu. Astaga! Padahal dia bahkan jarang keluar kamar dan tidak memerlukan semua itu.

Dan tentu saja, karena pikirannya kurang waras, makanya dia tidak merasa bersalah sama sekali. Malah begitu Fah mengonfrontasinya, dia langsung ngamuk-ngamuk menuduh Fah tidak mencintainya dan cuma menganggapnya sebagai beban.

Dia beralasan kalau dia membeli semua ini untuk pergi ke dokter, Fah sendiri kan yang menginginkannya pergi ke dokter. Dia sebenarnya ogah ke psikiater, tapi dia melakukan ini untuk Fah. Dia harus punya pakaian yang bagus dan memadupadankannya dengan aksesoris yang cocok. Malu kalau dia pakai pakaian yang lusuh (Ke dokter, Bu, bukan ke kondangan!).

Ujung-ujungnya dia mengancam akan mati lagi dan lagi-lagi mengamuk tentang penderitaan hidupnya yang sangat amat menderita, mengklaim bahwa penderitaan hidup Fah tidak ada apa-apanya dibandingkan penderitaan hidupnya yang disebabkan oleh keluarga Jutathep. 

Dia tahu kalau Fah menyukai Anaknya Tarathorn, tapi dia memperingatkan Fah untuk tidak bermimpi kejauhan karena Petch akan sama seperti keluarganya yang lain yang pasti akan membuang Fah. Dia yang berasal dari keluarga bangsawan saja bisa disingkirkan oleh Jutathep, apalagi Fah. Fah tidak akan punya kesempatan dengan pria dari keluarga itu!

Di kantor, Fah dan yang lain langsung teler begitu keluar dari ruang rapat karena rapat barusan lamaaaaaaa sekali. Tapi Bos mereka malah tidak ada capek-capeknya, habis dari satu rapat, langsung lompat ke rapat lainnya. Wuih! Keren!

Tepat saat itu, Fah mendapat pesan dari seseorang yang meminta untuk bertemu dengannya. Ternyata orang itu adalah Poom yang sedang menunggunya di lobi, dengan manisnya dia menyemangati Fah yang baru selesai dari rapat panjangnya sambil mengkritiki sepupunya yang workaholic itu. Namun Fah sama sekali tidak keberatan, dia justru senang bekerja bersama Petch.

Dia lalu mengajak Fah makan siang bersamanya. Berhubung keduanya sama-sama kelaparan untuk jalan jauh, jadi Poom mengajaknya makan di warung pinggir jalan di dekat kantor. Namun isi percakapan mereka justru kebanyakan tentang Petch alih-alih saling mengenal satu sama lain. (Eih, gimana sih Fah, katanya mau ngerayu Poom, kok malah ngomongin Petch melulu. Hehe)

Kebetulan saat itu juga, Kanlaya juga mau makan di sini bersama Meena dan Looksorn. Pastinya begitu melihat mereka, si rempong Kanlaya langsung menyela mereka dan berusaha menjilat Poom.

Poom dengan sopan tapi nyelekit tepat sasaran memberi isyarat ke Kanlaya untuk tidak usil dan bahwa dia ingin makan berduaan saja dengan temannya, Fah adalah temannya.

Baru setelah mereka selesai makan tak lama kemudian, Poom mulai serius merayu Fah. Poom adalah seorang pilot dan mengaku bahwa sebentar lagi dia akan kembali ke Korat (Pangkalan AU Kerajaan Thailand). Tapi sebelum dia pergi, dia ingin menghabiskan waktu bersama Fah.

Fah jadi canggung mendengarnya, "apa anda selalu genit seperti ini?"

"Fah! Aku suka kau berterus terang. Sebenarnya, jika bukan karenamu, aku tidak akan menghabiskan banyak waktu berkendara antara Bangkok dan Korat. Tapi sekarang aku telah bertemu denganmu dan ada sesuatu yang membuatku ingin mengenalmu lebih baik."

Kebetulan, besok hari Sabtu. Apa Fah ingin pergi ke suatu tempat atau ingin melakukan sesuatu? Fah langsung usul mengajaknya ke kuil saja.

"Wow, kau adalah orang pertama yang mengundangku ke kuil untuk perjalanan pertama kita. Menurutku, ibuku dan nenek buyutku akan sangat menyukaimu."

"Aku hanya ingin berbuat baik, tapi jika kau tidak mau..."

"Ini kesempatan bagus bagiku untuk berbuat kebaikan. Kalau begitu, bisakah kita pergi ke sembilan kuil?" 

"Itu bagus sekali."

Akhirnya, rencana Fah ada perkembangan juga walaupun sebenarnya dia galau juga dan gugup pastinya. Makanya malam harinya dia langsung menelepon Tangmo untuk curhat sekaligus minta pendapat tentang masalah ini karena dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Tangmo punya ide, bagaimana kalau dia mencoba menjadi wanita jalang cantik? Hmm, sepertinya itu ide bagus. Terus, dia harus bagaimana?

Bersambung ke episode 16

Post a Comment

0 Comments