Keesokan harinya dalam perjalanan ke kuil, Fah awalnya masih normal-normal saja menikmati pemandangan alam di sekitar jalan sambil ngobrol dengan Poom, tentang kesamaan mereka yang bosan dengan pemandangan ibu kota dan betapa menyenangkannya bisa pergi liburan ke luar kota. Fah iri sama Poom yang punya mobil, jadi dia bisa pergi ke mana pun dia inginkan.
"Begini saja. Kalau kau ingin pergi ke suatu tempat, katakan saja padaku. Aku akan membawamu ke sana," ujar Poom.
Ucapannya sontak membuat Fah teringat saran Tangmo semalam, makanya sekarang dia mendadak sok kecentilan bak playgirl yang sedang berusaha menggoda cowok. Poom sampai jadi bingung sendiri melihat perubahan gayanya, aneh banget. Pfft! Fah jadi malu sendiri karenanya.
Pada saat yang bersamaan, Petch sedang makan bersama Ploy dan Chavit. Dari obrolan mereka inilah, Chavit dan Petch baru tahu kalau Lisa sekarang sudah jadian sama Saruch. Lah? Bisa-bisanya Lisa malah tidak memberitahu Chavit, kakaknya sendiri. Kedua pria agak cemas mendengarnya.
Biarpun sekarang Saruch bekerja sebagai arsiteknya Petch, tapi dalam masalah beginian, Petch agak kurang yakin dan kurang bisa mempercayai Saruch.
Karena itulah dia menyarankan mereka untuk selalu mengawasi Lisa dan Saruch. Dia juga menyarankan Chavit untuk tidak selalu memarahi Lisa. Jika tidak, maka Lisa tidak akan berani memberitahu mereka apa-apa seperti ini.
Biarpun sekarang hari Sabtu, tapi si Pak Bos Petch malah tetap rajin bekerja. Dia mau memeriksa kondominium, memastikan segalanya baik dan memastikan para penghuninya hidup nyaman di sana dan semua kebutuhan mereka terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Wow! Benar-benar Bos real estate yang baik.
Tak lama kemudian, Poom dan Fah tiba di kuil Ayuttahaya, dan lagi-lagi, topik obrolan mereka kebanyakan tentang Petch. (Wkwkwk! Ini kencan macam apa?) Poom bercerita bahwa dia dan para sepupunya memiliki karir mereka masing-masing dan tidak ada satu pun yang bergabung dengan bisnis keluarga.
Petch-lah yang pada akhirnya mengalah dan meninggalkan karir militernya demi mengambil alih bisnis keluarga. Dia harus membuktikannya pada keluarga mereka bahwa dia bisa menjalankan bisnis keluarga mereka sebaik ayahnya. Menurut Fah, Petch sudah berhasil menguasainya dengan baik sekarang.
Poom setuju, berkat pengorbanan Petch-lah, dia dan para sepupu yang lain jadi bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan. Petch benar-benar hebat, dia mewarisi semangat ayahnya yang tidak mementingkan diri sendiri.
Obrolan mereka dengan cepat berganti topik membahas Lakorn dan dari sinilah mereka menyadari mereka memiliki kesamaan lain, sama-sama hobi nonton Lakorn dan yang lagi mereka tonton sekarang ini juga sama.
Fah semangat banget membahas masalah beginian. Poom pun senang melihatnya menjadi dirinya sendiri seperti ini. Dia lebih imut seperti ini.
Poom ingin mengambil fotonya Fah. Awalnya Fah agak canggung, tapi akhirnya dia nyaman untuk berpose beberapa kali kayak model.
Tapi lama-lama Fah jadi merasa bersalah dan langsung curhat ke Tangmo. Tidak seharusnya dia mengundang Poom ke kuil, rasanya sungguh tidak bermoral menggoda Poom di tempat suci.
Oh, kalau begitu, Tangmo pun menyarankannya untuk melakukan taktik lain yang tidak terlalu mencolok. Misalnya buat daun nyangkut di rambutnya agar Poom mengambil daun itu dari rambutnya. Romantis, kan?
Maka Fah langsung saja mencari daun kering, menempelkannya di rambutnya, lalu berusaha menarik perhatian Poom ke rambutnya. Eeeh, Poom malah cuma ngasih tahu Fah tentang daun di rambutnya tanpa repot-repot mengambilkannya. Wkwkwk! Rencana gagal total. Lagian nempelin daunnya kayak nempelin kembang kamboja di rambut aja. Kan aneh kelihatannya.
Fah jadi malu dan buru-buru menghubungi Tangmo lagi untuk minta ide baru. (Hadeh! Idenya Tangmo nggak ada yang benar). Tang menyuruhnya untuk pura-pura tersandung dengan dramatis, itu kan adegan romansa klasik.
Oke! Fah pun langsung beraksi menerjang ke depan, berharap ditangkap dengan gaya romantis sama Poom, eh malah ditangkap dalam posisi awkward yang ada romantis-romantisnya sama sekali. Wkwkwk! Tambah malu! Poom benar-benar bingung dengan keanehannya, dan langsung mengajak Fah untuk makan udang bakar bersama saja sekarang.
Fah pantang menyerah dan lagi mencari ide baru dari Tangmo lagi. Kali ini Tangmo menyuruhnya untuk meninggalkan sebutir nasi di sudut bibirnya supaya Poom mengambilkannya untuknya dan menyentuh wajahnya dengan lembut. Uuuuh, romantis.
Kali ini akhirnya berhasil, tapi itu pun karena tak sengaja nasinya nempel sendiri di sudut bibirnya dan Poom langsung mengulurkan tangannya untuk membantunya mengambil nasi itu dari sudut bibirnya.
Fah mendadak ingin menelepon Tangmo lagi, tapi baru sadar sedetik kemudian kalau mereka saat ini sedang berada di atas kapal di tengah sungai. Yang itu artinya, tidak ada telepon umum di sini. Pfft!
Poom langsung saja menawarkan ponselnya untuk Fah. Lagipula, daripada Fah menyia-nyiakan waktu dengan bolak-balik ke telepon umum, mending pakai ponselnya saja. Fah jadi malu, terima kasih tapi tidak usah. Dia minta maaf.
Poom tahu loh kalau yang dilakukan Fah sedari tadi tuh disengaja, baru kali ini Fah benar-benar tidak sengaja, makanya Poom melakukan itu untuknya. Pfft! Fah malu.
Karena itulah, dia harap Fah menjadi dirinya sendiri saja dan santai. Tidak usah banyak berakting seperti sebelum-sebelumnya. Anggap saja dia sebagai teman.
Dia mengajak Fah keluar bukan untuk merayunya, cuma untuk mengajaknya main saja. Dia mungkin tidak akan mendekati Fah sekarang, tapi bukan berarti dia tidak akan melakukannya di masa depan.
Usai melakukan urusan pekerjaannya, Petch mencari Fah ke toko makanan Bibinya, tapi diberitahu oleh Bibi bahwa Fah pergi ke Ayuttahaya. Tapi Bibi tidak enak untuk bilang kalau Fah pergi dengan cowok. Makanya dia cuma bilang kalau Fah pergi bersama temannya. Bibi berterima kasih atas kebaikan Petch pada Fah dan berharap Petch tidak akan menyulitkan Fah biarpun Fah melakukan kesalahan apa pun.
Fah sekarang jadi lebih santai dan lebih lepas saat ngobrolin tentang Lakorn dan para aktor kesukaannya.
Setibanya di rumah Fah, Poom tiba-tiba ingin bertemu dengan Ibunya Fah, dia mau menyapa Ibunya Fah, soalnya kan hari ini dia mengajak Fah keluar seharian.
Awalnya cuma Bibi yang menyambutnya, tapi kemudian Rumpa turun tepat saat Poom memperkenalkan nama lengkapnya, dan seketika pula Rumpa tercengang karena melihat Poom terasa seperti melihat Ronnaphee masa muda.
Dia berusaha sok ramah pada Poom, tapi dia terlalu antusias dan terkesan mendesak agar mereka segera menjadi lebih dekat, benar-benar terkesan seperti seorang ibu yang rela menjual anaknya ke pria asing demi mendapatkan apa pun yang dia inginkan.
Poom dengan ramah memujinya sangat cantik seperti seorang aktris, tapi tidak sadar bahwa kata-katanya itu justru memicu emosi Rumpa. Dia tidak terima dirinya dirinya disama-samakan dengan aktris karena di matanya, aktris itu sama seperti cewek penghibur murahan. Cemas, Bibi pun buru-buru mengusir Poom sebelum terjadi apa-apa sembari meminta maaf padanya.
Baru keesokan harinya Petch tahu dari Jak bahwa kemarin Poom pergi ke Ayuttahaya bersama dengan Fah dan jelas saja itu langsung membuatnya jadi gelisah dan sedih. Perubahan mood-nya terlihat jelas banget sampai-sampai Nenek Orn pun menyadarinya, tapi tentu saja Petch tidak mengatakan alasannya yang sebenarnya.
Percakapan Nenek Buyut dan para cicitnya dengan cepat beralih ke masalah perjodohan antara keluarga Jutathep dengan Dhevaprom yang pada akhirnya sampai ke Rumpa. Nenek Orn masih keukeuh ingin menemukan Rumpa walaupun para cicitnya sebenarnya khawatir, takut Rumpa akan menyakiti Nenek Orn kalau mereka bertemu.
Namun karena Nenek Orn sudah bertekad, Petch akhirnya meminta Jak untuk bekerja sama dengannya untuk mencari dan menemukan Rumpa. Jak setuju, tapi dia harus pergi sekarang karena ditelepon tunangannya.
Jadilah Petch berduaan saja dengan Poom sekarang, maka dia langsung saja menanyakan tentang kencannya dengan Fah ke Ayuttahaya. Poom membenarkan, apakah Petch marah karena dia membawa pegawainya pergi bersamanya?... Petch menyangkal, ngapain dia harus marah kalau Fah sendiri yang mau pergi sama dia (Bo'ong).
Poom berpendapat kalau menurutnya Fah itu aneh. Awalnya Fah tidak banyak bicara, sepertinya menahan diri. Namun Fah sendiri yang mengundangnya mengunjungi kuil.
"Apa kau pernah bertemu ibunya?" tanya Poom.
Petch sontak jadi semakin sedih menyadari Poom sudah bertemu dengan Ibunya Fah padahal dia saja belum pernah. Tapi kenapa Poom menanyakannya? Apa ada yang salah?
"Bibinya Fah bilang bahwa ibunya sedang tidak sehat. Dia tampak kacau saat aku bertemu dengannya. Kata-katanya tidak masuk akal. Saat aku hendak pergi, dia menangis dan mengamuk sehingga Fah harus menenangkannya. Bibinya terpaksa memintaku pergi."
"Mungkin dia tidak ingin kau tahu kalau dia sakit."
"Jika Fah tidak memberitahuku kalau ibunya lahir di Chiang Mai, aku mungkin akan mengira kalau dia adalah Nona Rumpa. Dia sangat mirip dengannya."
Sekarang Poom jadi semakin ingin mengenal Fah dengan lebih mendalam... kalau Petch tidak keberatan. Aww! Kasihan Petch, jelas dia tidak senang, tapi dia juga bukan apa-apanya Fah saat ini. Jadi dia tidak punya hak untuk menghentikan Poom untuk mendekati Fah.
"Tapi Fah sangat menghormatimu loh. Sepanjang perjalanan, selain acara TV, dia hanya membicarakanmu," ujar Poom dan sontak saja ucapannya itu langsung membuat Petch refleks tersenyum. Hehe.
"Jadi, kau tertarik padanya?" tanya Petch
"Iya. Aku tertarik padanya."
"Kau menyukainya?"
Kalau itu, Poom tidak menjawabnya secara spesifik, pokoknya untuk saat ini, dia ingin mengenal Fah lebih jauh... kalau Petch tidak keberatan. Petch tidak menjawab dan langsung pergi. Pfft!
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam