Nam bersahabat dekat dengan Nan sejak mereka masih kecil. Keluarga mereka pun dekat. Namun suatu hari, terjadi musibah pada keluarganya Nam.
Kedua orang tuanya dibunuh oleh seseorang misterius, dan itu terjadi tepat saat Nan sekeluarga menginap bersama mereka untuk merayakan ultahnya Nam. Nam dan Nan bahkan hampir terbunuh juga, tapi entah bagaimana mereka akhirnya bisa selamat.
Sejak saat itu, Nam pun tinggal dan diasuh oleh keluarganya Nan, dia dan Nan pun tumbuh bersama selayaknya kakak-adik.
Saat mereka remaja, Nan melihat orang misterius itu muncul lagi dan berniat membunuh Nam. Sontak saja Nan pasang badan melindungi Nam, dan perlindungan Nan inilah yang entah mengapa membuat si pembunuh membatalkan niatnya dan akhirnya pergi.
Hmm, apakah mungkin kedua orang tua Nan dibunuh karena dendam? Nam masih kecil dan tidak tahu apa-apa, kenapa pula dia mau dibunuh juga? Dan kenapa si pembunuh mendadak membatalkan niatnya saat Nan muncul? Kayaknya yang pertama dulu Nam bisa selamat juga karena perlindungan Nan.
Gara-gara kejadian ini, Nan ngotot mau membawa Nam belajar ke luar negeri dengannya, jelas dengan maksud untuk melindunginya. Ayahnya Nan ngotot tidak setuju, tapi Nan tidak mau kalah dan mereka jadi bertengkar hebat karenanya.
Namun karena Nam sendiri juga lebih memilih untuk pergi ke mana pun Nan pergi, akhirnya Nan dan Nam pun pergi melanjutkan studi ke luar negeri bersama.
Beberapa tahun kemudian, Nan pulang sendirian ke Thailand sehingga Nam harus melanjutkan studinya seorang diri di New York selama empat tahun. Namun hubungan mereka tidak pernah berubah. Sekarang Nam sudah lulus dan sedang bersiap untuk kembali ke Thailand. Nan rutin menghubunginya, antusias menunggu kepulangannya.
Kenangan buruk semasa kecil Nam masih tetap menghantuinya dalam mimpi, tapi syukurlah selama ini dia tumbuh bersama orang baik yang membuatnya tetap menjadi pribadi yang ceria dan baik hati. Nan-lah yang dulu memberinya sebuah dreamcatcher untuk menenangkannya setiap kali dia bermimpi buruk.
Hari ini, temannya yang bernama Korn mengajaknya keluar makan di sebuah cafe. Namun gara-gara dia tidak lihat jalan, Nam hampir saja terjatuh. Untungnya ada seorang pria tampan yang menangkapnya.
Nam jadi tersipu malu, dan si tampan pun tampak terpesona padanya. Tapi Korn sontak menjauhkan mereka dengan kesal dan memperingatkan si tampan untuk menjauhi 'pacarnya'.
Dia memang tidak melihat kejadiannya bagaimana, makanya dia berasumsi buruk terhadap si tampan. Apalagi dia memang naksir Nam, tapi Nam secara jelas dan tegas menolak. Pokoknya hubungan mereka di mata Nam hanyalah teman biasa.
Nam yang tidak enak hati pada si tampan, sontak menegur Korn dalam bahasa Thailand dan meminta maaf pada si tampan sebelum kemudian menyeret Korn pergi.
Begitu tiba di Thailand, Nam dijemput oleh Asistennya Nan karena Nan masih sibuk rapat di kantor. Tempat pertama yang Nam kunjungi adalah makam kedua orang tuanya.
Saat itulah, Nan mendadak muncul dan mereka pun memberikan penghormatan pada kedua almarhum bersama. Nan pun dengan serius meyakinkan kedua almarhum bahwa dia pasti akan menjaga Nam dengan baik dan tidak akan ada seorang pun yang akan menyakitinya.
Mendengar itu, Nam sontak mencubit Nan sambil protes. Apanya yang menjaga? Faktanya Nan malah meninggalkannya di Amerika sendirian selama 4 tahun. Gimana kalau misalnya dibalik, dia yang meninggalkan Nan sendirian, Nan pasti akan marah juga kan?
Nan menyangkal, "aku tidak akan marah. Jika tidak ada pengacau di sekitar, aku akan baik-baik saja."
Nam jelas tambah kesal, mengira Nan menyebutnya sebagai pengacau dan pembuat onar. (Hmm, menurutku yang dia maksud adalah si pembunuh, apakah mungkin dia tahu kalau pembunuhnya tidak akan mengejar sampai ke Amerika?)
Alih-alih membawanya ke rumah keluarganya, Nan justru membawa Nam untuk tinggal bersamanya di kondominiumnya. Hmm, sepertinya sekarang hanya Nam yang menganggap hubungan mereka sebagai kakak-adik. Sedangkan Nan, dia tampak jelas memandang Nam secara berbeda.
Mungkin Asistennya Nan mengetahui hal itu, makanya dia langsung saja memberitahu Nam tentang usaha keras Nan dalam menata dan membongkar-pasang setiap detil kamarnya Nam dengan sangat seksama agar sesuai seleranya Nam.
Namun sikapnya agak aneh saat Nam menyatakan ingin bertemu Paman Pong dan Bibi Lin (kedua ortu Nan). Nan malah berkata bahwa dia akan menyuruh asistennya untuk mengantarkan Nam.
Lah kenapa bukan dia sendiri yang mengantarkan Nam? Nan mengklaim kalau dia sangat sibuk, tapi Nam jelas tidak percaya.
Dia yakin pasti terjadi sesuatu di dalam keluarga mereka dan langsung ngotot mendesak Nan untuk mengatakan yang sebenarnya. Bahkan saat Nan ngeyel, Nam langsung saja menggelandotinya sampai Nan akhirnya menyerah.
Nam akhirnya mengaku kalau dia memang bertengkar hebat dengan ayahnya, makanya dia pindah ke kondominium ini. Namun dia menolak mengatakan detil ceritanya.
Nam penasaran banget, makanya dia menelepon Bibi Lin untuk mencari tahu. Tapi Bibi Lin sendiri ternyata juga tidak mengetahui detil pertengkaran ayah dan anak tersebut. Pokoknya mereka bertengkar hebat setelah Nan pulang ke Thailand, dan Nan belum pulang ke rumah sejak saat itu.
Si tampan yang ditemui Nan di Amerika, ternyata juga orang Thailand dan merupakan seorang petinggi AD Design, sebuah perusahaan desain konstruksi bangunan. Namanya Fahkram, biasanya dipanggil Fah dan dia digadang-gadang akan menjadi pewaris AD Group.
Pastinya karena ketampanannya, dia ditaksir banyak cewek, termasuk asistennya sendiri, tapi dia bukan playboy dan menjaga harga dirinya sebagai pria dengan baik, menolak cinta si asisten dengan senyum manis dan ramahnya.
Namun yang tak disangka Pak James, Fah malah menandatangani surat pengunduran dirinya dan melemparkan bukti-bukti kesalahannya yang ternyata seorang pengkhianat yang menjual rahasia perusahaan pada perusahaan saingan mereka.
Pak James jelas kesal bukan main karenanya, apalagi para pegawai lainnya mengolok-oloknya secara halus dan menolak ajakannya untuk ikut mengundurkan diri dengannya.
Lebih lucunya lagi, di depan muka Pak James saat itu juga, Fah langsung menunjuk salah satu pegawai bernama Tiara, seorang bencong, untuk menggantikan posisinya sebagai Kepala Arsitek, dan semua pegawai sontak bersorak gembira untuk Tiara.
Pak James jadi tambah sakit hati, tidak terima posisinya digantikan oleh seorang bencong dan langsung menyindir Tiara. Sontak saja Tiara balik ke kodratnya, melabrak Pak James selayaknya cowok melawan cowok sampai membuat Pak James ketakutan dan akhirnya pergi.
Terhadap pegawai lain yang lebih baik, Fah pun bersikap baik banget, dia bahkan memberikan kartu kreditnya pada para pegawainya agar mereka menggunakan uangnya untuk merayakan promosinya Tiara.
Saat Ayah dan Paman mendengar masalah ini, mereka langsung memanggil Fah dan terang-terangan tidak menyetujui perbuatan Fah ini. Bagaimanapun, perusahaan ini masihlah berada di bawah naungan AD Group milik Paman, makanya Paman tidak setuju jika Fah sembarangan membuat keputusan tanpa sepengetahuannya.
Namun setelah Fah memperlihatkan segala bukti kejahatan Pak James, Paman dan Ayahnya Fah akhirnya mengalah. Ayah dan Paman ingin menempatkan arsitek lain di AD Design, tapi Fah langsung menolaknya.
Dia ingin mencari arsitek baru sendiri, seseorang yang bisa cocok dengan tim. Paman menyetujuinya, tapi sekali lagi dia memperingatkan Fah untuk tidak lagi sembarangan membuat keputusan tanpa sepengetahuan mereka. Mereka memang memberi Fah wewenang manajemen penuh di AD Design, tapi bukan berarti dia bisa berbuat seenak udel.
Di tengah kebingungannya memikirkan masalah Nan dan ayahnya, Nam mendadak dihubungi Korn yang mengajaknya keluar. Nam langsung setuju, mereka pun pergi bersama tanpa menyadari Nan baru saja pulang dan melihat mereka dengan kesal dan cemburu.
Korn mengajaknya ke sebuah diskotik. Ada seorang bartender cantik di sana yang langsung saja membuat Korn naksir padanya. Pfft! Gampang sekali hatinya berpaling. Korn bahkan langsung merayunya, tapi si bartender jelas bukan jenis cewek yang mudah dirayu dan sama sekali tidak terkesan padanya.
Kebetulan, Fah juga mendatangi tempat yang sama dan tak sengaja melihat Nam yang lagi asyik nge-dance dan tentu saja dia masih ingat Nam. Sedangkan Temannya Fah mengenali Korn, dia ternyata adalah anak seorang menteri.
Tak lama kemudian, Nam memapah Korn yang sudah teler ke parkiran. Namun di sana, mereka malah tak sengaja menyaksikan si bartender cantik dihadang dua orang preman yang ternyata rentenir dan mereka datang untuk menagih hutangnya.
Errr, lebih tepatnya sih, ibunya yang punya hutang tapi si Bartender yang kena getahnya gara-gara si ibu malah kabur dan seenaknya menjadikan si Bartender sebagai penjamin tanpa persetujuannya.
Para preman itu bahkan pakai cara kekerasan. Sontak saja Korn langsung maju melawan mereka, tapi jelas cepat kalah gara-gara dia lagi mabuk. Nam sontak ikutan maju melawan mereka sebisanya, dan untungnya Fah muncul saat itu juga melindungi Nam dan melawan kedua preman.
Namun tiba-tiba lebih banyak preman yang datang. Fah sontak menarik Nam kabur bersamanya, dan si Bartender pun langsung menarik Korn kabur ke arah lain.
Untungnya di saat genting, Nan akhirnya muncul dan melawan para preman itu bersama Fah dan sukses mengalahkan mereka dengan cepat. Kedua pria sama-sama mengkhawatirkan Nam dan sontak saja keduanya jadi penasaran dan cemburu pada satu sama lain, sedangkan Nam sama sekali tidak memperhatikan semua ini.
Dua preman lainnya berhasil mengejar Korn dan Bartender. Korn sok jago banget, padahal tidak berdaya melawan mereka. Malah Bartender yang akhirnya menyelamatkannya. Dan untungnya mereka cepat terselamatkan berkat kecerdikan Bartender yang mengklaim bahwa dia sudah memanggil polisi dan saat mereka mendengar suara orang-orang mendekat, Korn langsung saja mengklaim kalau mereka polisi.
Para preman itu jadi ketakutan dan akhirnya mereka pun pergi dengan membawa sedikit uang yang Bartender miliki.Padahal orang-orang yang datang itu cuma Nam cs. Sudah aman, Bartender pun pergi.
Nan kesal banget sama Korn yang sudah mengajak Nam ke sini dan hampir membahayakan nyawa Nam. Dia mungkin sudah menghajarnya kalau saja Nam tidak memeganginya. Dia ahkan bersedia mengalah mengantarkan Korn pulang hanya karena Nam yang meminta.
Si Bartender benar-benar frustasi gara-gara ibunya. Saat dia meneleponnya, si Ibu sama sekali tidak merasa bersalah, malah seenaknya menuntut Bartender untuk berbakti padanya seumur hidup hanya karena dia yang melahirkannya, padahal si Ibu bahkan tidak pernah mengurusnya setelah melahirkannya. Ayahnya-lah yang membesarkannya, tapi entah ada di mana sang ayah sekarang.
Begitu sampai rumah, Nan langsung mengomeli Nam, bahkan menyuruhnya untuk berhenti berteman dengan Korn. Namun dia juga cepat luluh oleh bujuk rayu Nam yang imut. Namun malam itu, tiba-tiba saja kenangan buruk masa lalunya muncul kembali, dia memang tidak pernah tahu wajah si pembunuh, tapi dia ingat bahwa orang itu memiliki tato matahari di lengannya.
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam