Sinopsis Dhevaprom: Dujupsorn Episode 1

Note: Drama ini merupakan bagian dari series dan ini bukan series bagian pertama, tapi aku nggak nonton bagian series yang lain, jadi harap maklum kalau aku rada nggak nyambung dengan hubungan antar karakter.😅✌

Pada Mei tahun 1992, terjadi kerusuhan di Bangkok yang menyebabkan banyak orang terluka (Ini sejarah asli antara warga sipil dan militer yang terkenal sebagai Black May 1992). 

Di sinilah, seorang mahasiswi cantik bertemu dengan seorang tentara muda yang walaupun mukanya coreng-moreng tapi tetap kelihatan gantengnya. Hehe.

Namun untungnya walaupun dia tentara, tapi si ganteng membantu si cantik mengamankan beberapa orang yang terluka ke rumahnya si cantik yang berada di sekitar lokasi. Mereka berdua langsung tertarik pada satu sama lain.

Apalagi saat si ganteng mengkabedon si cantik dalam usahanya mengamankan si cantik dari tentara lainnya. Si cantik seketika terpesona padanya sehingga dia nyeletuk, "kau seperti Kobori dalam film Saat Matahari Terbenam di Chaophraya."

Si ganteng refleks tersenyum mendengar itu dan langsung flirting memanggil si cantik sebagai Angsumalin, pemeran utama wanita di film tersebut. Si cantik jadi tersipu malu karenanya.

Si cantik pun memperkenalkan namanya adalah Dujupsorn. Sedangkan si ganteng memperkenalkan namanya adalah Asira... Jutathep.

Namun begitu mendengar nama keluarga si tentara ganteng, entah mengapa senyum Dujupsorn menghilang seketika. Hmm, dia mengenal nama Jutathep kah?

Sudah aman sekarang, mereka pun berpisah. Namun Asira ternyata bukan orang sembarangan. Dia adalah keturunan bangsawan yang tinggal di sebuah istana besar.

Lompat ke tahun 1994, sekarang Asira sudah ganti profesi mewarisi bisnis keluarganya di bidang bisnis real estate.

Hari ini ada wawancara kerja di perusahaannya untuk merekrut pegawai PR. Kandidat pertama yang diwawancara adalah seorang cewek centil bernama Meena yang sok-sokan pakai bahasa Inggris patah-patah dan kepedean banget kalau dia bakalan mendapatkan pekerjaan ini karena dia mengenal dan dibantu oleh orang dalam. 

Tapi waktu Asira menanyakan pendapatnya tentang pembangunan kondominium di sebuah area yang memang sudah ditarget oleh Asira, si centil Meena malah seenaknya meremehkan area tersebut karena dia hanya memandang sisi negatif area tersebut. Bahkan si orang dalam sampai kecewa mendengar jawabannya yang sembarangan. 

Kandidat terakhir adalah Dujupsorn Trinathy yang masih Asira ingat sampai sekarang. Hmm, tapi Dujupsorn sepertinya tidak mengingatnya.

Saat dia ditanya tentang pembangunan kondominium di area yang sama, Dujupsorn mampu memberikan jawaban yang bijak dan memuaskan karena dia bisa melihat potensi masa depan area tersebut karena banyak ekspatriat Jepang yang tinggal di sana.

Asira sangat puas mendengar jawaban pintarnya, dan semakin terpesona padanya... hingga tiba-tiba saja Asira bertanya, "apa kau sudah punya pacar?" (Pfft! Alamak! Flirting di tengah wawancara kerja. Untung dia bos)

Semua orang jelas kaget mendengar pertanyaannya yang nggak nyambung. Agak kaget awalnya, Dujupsorn dengan cepat menguasai diri dan menyangkal, selama ini dia hanya fokus pada studinya. 

Dia harus lulus tepat waktu karena beasiswanya, makanya dia belum punya waktu untuk cinta. Dia baru akan memikirkan masalah cinta ketika sikonnya sudah lebih nyaman nantinya.

"Menurutmu, kapan hal itu terjadi?" tanya Asira. (Pfft! Nggak sabaran amat, Bang)

"Ketika aku siap. Itu berarti, setelah memiliki pekerjaan yang baik dan penghasilan yang memungkinkan aku menafkahi keluargaku tanpa membebaniku. Aku akan membuka diri ketika itu terjadi."

Oke! Kalau begitu, Asira pun memutuskan untuk mempekerjakan Dujupsorn saat itu juga. Pfft! Dia bahkan menolak melakukan prosedur berdiskusi dulu dengan yang lain. 

Buat apa juga? Lagipula, dia juga yang bakalan membuat keputusan akhir, jadi tidak perlu buang-buang waktu untuk berdiskusi. Dujupsorn bisa mulai bekerja lusa. Dia bahkan menyebut Dujupsorn sebagai Fah (nama panggilan Dujupsorn) dan memintanya untuk tetap tinggal, sementara yang lain dia usir.

Setelah semua orang pergi, baru Asira bertanya, "apakah kau mengingatku?"

Dujupsorn tersipu malu, "apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Wah, sayang sekali. Bagaimana bisa kau melupakan Kobori-mu?"

Ah! Dujupsorn akhirnya sadar siapa dia. Harap maklum, waktu itu kan wajah Asira coreng-moreng, makanya Dujupsorn tidak mengenalinya sekarang.

Asira lalu mengajaknya ngopi bersama di cafe di bawah gedung sambil saling mengenal satu sama lain. Asira tahu dari CV-nya bahwa Dujupsorn melanjutkan studinya di Australia pasca kejadian waktu itu, dan dari situ pula Asira mengetahui nama panggilan Dujupsorn, Fah.

Tapi Fah bersikap terlalu formal padanya, Asira tak senang dan bersikeras menyuruh Dujupsorn untuk memanggilnya dengan nama panggilannya, Petch.

 Fah agak canggung, tapi akhirnya dia menurutinya juga dan memanggilnya, "Khun Petch."

Petch senang, "bagus sekali, Khun Nangfah (Malaikat)."

 
Pfft! Manis sekali kata-katanya, Fah jadi tersipu malu. Fah buru-buru mengalihkan topik menanyakan tentang Petch, apakah sekarang dia sudah keluar dari militer? Bukankah dia suka menjadi tentara?

Petch membenarkan. Dia sudah mengabdi pada negara, jadi sekarang saat dia mengabdi pada keluarganya. Dia memang suka menjadi tentara, tapi dia juga punya urusan keluarga yang harus dia urus.

Keluarganya sudah membiarkannya melakukan apa pun yang dia inginkan selama bertahun-tahun, jadi sudah waktunya dia kembali dan membantu keluarganya. Kenapa Fah berpikir kalau dia suka menjadi tentara?

"Karena kau masih bertingkah seperti itu. Contohnya saat kau memutuskan untuk mempekerjakanku."

Tapi Fah tidak bermaksud buruk. Maksudnya tuh, dia merasa Petch adalah orang yang lugas, jelas, dan tidak menerima perintah orang lain.

Petch lega, dia sudah khawatir saja tadi, mengira Fah berpikiran buruk tentangnya. Sebenarnya dia tidak seperti itu juga sih, tergantung siapa yang memberinya perintah. 

"Aku hanya mendengarkan mereka yang ingin aku dengarkan," ucap Petch sambil menatap Fah dengan penuh arti yang jelas saja membuat Fah jadi tersipu malu.

Tapi mendadak Fah baru ingat kalau dia ada urusan lain malam ini dan langsung buru-buru pamit. Sebelum dia pergi, Petch memberikan kartu nama beserta nomor ponselnya di sana.

Fah berterima kasih atas traktiran Petch, dia ingin balas mentraktir Petch juga lain kali. Oww, tentu saja Petch setuju.

Ternyata jadwal malamnya Fah adalah nonton acara syuting seorang selebriti idolanya bersama seorang temannya yang bernama Tang, dan sontak saja mereka berdua jejeritan heboh bersama para fans yang lain.

Tang benar-benar seorang sahabat yang baik. Dari obrolan mereka, sepertinya kondisi Ibunya Fah tidak baik, sepertinya bukan masalah fisik, melainkan masalah mental.  Bahkan salah satu tujuannya bekerja di Bangkok adalah karena dia ingin membawa ibunya ke dokter. Tang-lah yang selama ini selalu menyemangati Fah.

Ploy, Adiknya Petch, kemarin melihat Petch ngopi bersama Fah di cafe dan tampak jelas dia tidak senang dengan itu karena Ploy justru berharap Petch akan bersama dengan temannya yang bernama Lisa. Dia tidak mengerti kenapa Petch tidak mau sama Lisa.

Namun Petch menegaskan bahwa dia hanya menganggap Lisa seperti adik sendiri dan dia tidak bisa memaksakan perasaannya. Lagipula, daripada menjodokannya dengan Lisa, mending Ploy jadian saja sama Chavit, saudaranya Lisa. Ploy ogah, siapa juga yang suka sama playboy yang bisanya cuma main sepanjang hari kayak Chavit.

Siang itu, Ploy merekomendasikan Saruch pada Petch, seorang seniornya yang bekerja sebagai seorang arsitek untuk bergabung ke dalam tim proyek pembangunan kondominiumnya Petch. 

Malam harinya, para pria Jutathep berkumpul karena mengkhawatirkan Nenek Orn yang mendadak sakit entah karena apa. 

Ayahnya Petch dan saudara-saudaranya curiga bahwa ini berhubungan dengan seorang wanita bernama Rumpa yang pernah bermasalah dengan keluarga mereka di masa lalu dan diusir oleh Nenek Orn dengan kata-kata yang kejam.

Mereka yakin bahwa Nenek Orn selalu merasa bersalah pada Rumpa selama bertahun-tahun. Apalagi beberapa waktu yang lalu setelah Nenek menerima surat dari Rumpa.

Mereka sudah berusaha mencarinya selama ini, tapi belum ketemu juga. Tapi di sisi lain, mereka juga khawatir jika harus mempertemukan Rumpa dengan Nenek Orn lagi, khawatir kalau Rumpa mungkin tidak akan memaafkan Nenek Orn. Entah apakah jika mereka bertemu, akan membuat keadaan Nenek Orn menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk.

Di sisi lain, Petch juga ingin mencarikan dan membawakan Rumpa ke Nenek Orn jika itu bisa membuat keadaan Nenek menjadi lebih baik. 

Nenek Orn yang mendengar itu, langsung meminta Petch untuk melakukannya. Nenek Orn akui bahwa dia selalu mengkhawatirkan Rumpa. Entah di mana dia sekarang, entah dengan siapa dia sekarang.

Belakangan ini Nenek Orn sering memimpikannya. Nenek ingin meminta maaf padanya sebelum dia mati. Jika tidak, takutnya Nenek tidak akan bisa mati dengan tenang. Tidak masalah jika Rumpa tidak mau memaafkannya, yang penting Nenek memaafkannya. Setidaknya, itu akan meringankan sebagian penderitaannya. 

Memang, kejadian itu sudah puluhan tahun yang lalu. Dulu Nenek pernah berpikir bahwa Rumpa akan terbebas dari rasa sakitnya dengan berlalunya waktu.  Namun surat yang pernah diterima Nenek beberapa waktu yang lalu itu membuat Nenek yakin bahwa Rumpa masihlah menyimpan dendam sampai sekarang. Nenek mengasihaninya. Bagaimanapun, dialah yang menjaga Rumpa sejak Rumpa masih kecil. Mendengar itu, Petch pun berjanji akan mencari dan membawakan Rumpa pada Nenek Orn.

Malam itu, Petch merindukan Fah. Makanya dia langsung menghubungi nomor telepon rumahnya Fah. Saking kagetnya, Fah sampai hampir menjatuhkan teleponnya saat mendengar bahwa Petch-lah yang menelepon.

Pastinya Petch cuma berbasa-basi menanyakan apakah Fah sudah menyiapkan segala persiapan untuk hari pertama kerjanya besok.

"Ya ampun, Khun Petch. Apakah kau harus menelepon dan memeriksanya sendiri? Perusahaanmu pasti memperhatikan karyawannya dengan baik."

"Aku hanya melakukan ini untuk mereka yang ingin aku jaga."

Pfft! Manis sekali kata-katanya. Bahkan ART-nya yang kebetulan lewat dan mendengarnya saja jadi tersipu malu, apalagi Fah yang lagi dirayu terang-terangan. Hehe.

Namun tepat saat itu juga, tiba-tiba saja Petch mendengar suara jeritan dari seberang yang sontak saja membuat Petch khawatir terjadi sesuatu pada Fah. Fah menyangkal dengan canggung lalu buru-buru menutup teleponnya, ada yang harus dia urus sekarang.

Jeritan itu ternyata berasal dari Ibunya Fah yang sedang marah luar biasa karena sebuah foto keluarga... foto keluarga Jutathep. (OMG! Ibunya Fah adalah Rumpa?)

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

0 Comments