Pada pagi hari di suatu musim dingin, seorang gadis kecil, Shin Joo
Yeon, berjalan menyusuri jalanan yang tertutup oleh tebalnya salju
menuju ke sebuah rumah sakit untuk melihat bayi, Joo Wan, yang baru
lahir. Joo Wan memanggil Joo Yeon dengan sebutan Shing Shing.
Joo Wan bernarasi "Hari saat aku lahir adalah hari saat salju pertama
turun. Shing Shing yang saat itu berumur 7 tahun, berjalan meninggalkan
jejak langkahnya di salju yang saat itu masih belum terinjak oleh
siapapun untuk menemuiku. Aku sudah mendengar semuanya dari Shing Shing.
Saat aku baru lahir, dia bilang aku seperti ubi"
Waktu pertama kali Joo Yeon melihat Joo Wan yang baru lahir, dia
langsung menghela napas prihatin karena bayi itu terlihat sangat jelek
seperti ubi.
"Bagaimana dia akan menjalani hidupnya nanti jika dia sejelek ini?" kata Joo Yeon kecil dengan prihatin. LOL XD
Joo Wan melanjutkan narasinya bahwa sejak ia bayi, ia tumbuh di rumah
Shing Shing karena ibunya Joo Yeon bekerja sebagai pengasuh Joo Wan.
Shing Shing pernah mengatakan padanya bahwa saat ia berumur setahun, dia
terlihat seperti ubi matang yang membuatnya terlihat lebih jelek.
Dan karena sering tidak tahan melihat kejelekan bayi Joo Wan, Shing
Shing sering sekali menutupi wajah bayi Joo Wan dengan topi. Tetapi
walaupun begitu, Joo Yeon kecil selalu menjaga bayi Joo Wan dengan baik.
Bahkan saat bayi Joo Wan (yang wajahnya setengah tertutup) tidur di
pangkuannya, Joo Yeon kecil langsung tersenyum melihatnya.
Dan mungkin karena sejak kecil wajahnya terlalu sering ditutup, bahkan
sampai dewasapun Joo Wan tetap melakukan kebiasaan menutup setengah
wajahnya saat ia tidur.
"Orang tua mengatakan bahwa kebiasaan saat kita berumur setahun akan
bertahan sampai kita berumur 80 tahun, sepertinya hal itu ada benarnya"
Di bandara, Joo Wan yang sudah tumbuh dewasa dan punya nama barat Allen
Joo, terbangun dari tidurnya. Dia baru saja kembali ke Korea setelah 17
tahun lamanya meninggalkan negara itu.
Setelah bangun, ia langsung mengedarkan pandangannya untuk melihat
berbagai macam wanita. Ada seorang wanita berkacamata yang terlihat
pintar, ada wanita berambut panjang yang terlihat lugu dan 2 pramugari
yang menunduk hormat pada Joo Wan dan semua itu membuat Joo Wan teringat
bahwa Shing Shing dulu juga pintar, lugu dan baik.
"Aku ingin tahu bagaimana Shing Shing sekarang?" kata hati Joo Wan
Joo Yeon dan 2 rekan kerjanya yaitu Lee Min Jung dan Jung Hee Jae sedang
berjalan keluar kantor untuk makan siang sambil membicarakan romantisme
antara Hee Jae dan pacarnya.
Hee Jae dengan penuh semangat menceritakan kemesraan yang ia dan sang
pacar lakukan kemarin malam di berbagai macam gang yang mereka anggap
sepi tetapi ternyata setiap kali mereka pindah gang untuk berciuman
selalu saja ada orang lewat dan acara kencan mereka selalu terganggu
seperti itu selama satu jam lamanya.
Di cafetaria tempat mereka makan siang, Joo Yeon mendapat telepon dari
ibunya yang memberitahunya bahwa si ubi sudah kembali ke Korea dan
sekarang bekerja sebagai seniman musik. Mendengar pekerjaan semacam itu
malah membuat Joo Yeon mengira bahwa Joo Wan tumbuh menjadi anak nakal.
Sementara itu di bandara, Joo Wan mengeluh pada seorang pria karena pria
itu terlambat menjemputnya padahal dia sudah menunggu selama 40 menit.
Pria itu beralasan bahwa ia terlambat karena sedang sibuk mencarikan
rumah sewaan untuk ditinggali oleh Joo Wan tetapi sebelum pria itu
sempat menyelesaikan perkataannya, Joo Wan langsung menaruh
barang-barangnya di mobil dan meminta kunci mobilnya.
Joo Wan dengan santainya masuk sendirian ke mobil dan menyalakannya lalu
menyuruh orang itu untuk tidak meneleponnya karena dia tidak akan
menjawabnya.
"Kirim saja jadwalku lewat sms, jangan menggangguku di malam hari. Jika
kau sampai melakukannya aku akan mengganti nomorku. Biarkan aku sendiri
kecuali jika benar-benar sedang sangat membutuhkanku"
"Tapi Allen, sore ini kau ada pemotretan dan..."
"Akan kutemukan jalannya sendiri nanti (menuju tempat pemotretan)" ujar Joo Wan sambil berlalu pergi meninggalkan pria itu.
Di kantor, Joo Yeon sedang menyiapkan materi kerja sambil curhat pada
Min Jung, mengeluhkan masalah ibunya yang menyuruhnya untuk mengizinkan
si ubi tinggal di rumahnya selama setahun.
"Kau pasti merasa tidak nyaman karena Lee Jung Ho (pacarnya Joo Yeon)" kata Min Jung
"Ah benar juga"
Setelah mendapat ide bagaimana cara menolak Joo Wan tinggal dirumahnya
dengan menggunakan alasan sang pacar, Joo Yeon langsung menelepon ibunya
untuk memberinya nomor telepon Joo Wan.
Joo Wan tiba di sebuah pantai lalu berteriak senang kepada laut karena
dia akhirnya kembali ke Korea. Joo Wan bernarasi bahwa ia sudah pernah
berjanji pada Shing Shing bahwa dia pasti akan kembali ke Korea dan
sekarang dia sudah memenuhi janjinya.
Saat ia sedang menikmati indahnya pantai, Joo Yeon mengiriminya pesan
menyuruh Joo Wan untuk meneleponnya. Joo Wan tersenyum melihat pesan itu
lalu melakukan perintah Joo Yeon dan meneleponnya. Setelah mengangkat
teleponnya Joo Yeon langsung bertanya dimana keberadaannya dengan
menggunakan bahasa tidak formal.
"Kenapa kau tiba-tiba bicara tidak formal padaku?" keluh Joo Wan
"Aku sudah bicara tidak formal padamu sejak saat kau lahir" ujar Joo Yeon
"Walaupun begitu bukankah sekarang ini kita orang asing? Apa kau bahkan ingat wajahku?"
"Aku tidak ingat kecuali bahwa kau jelek. Jadi kau dimana sekarang?"
Joo Wan melihat sekitarnya lalu memberitahu Joo Yeon bahwa sekarang ia
sedang berada di tempat dimana mereka dulu melihat burung camar bersama
"Apa kau ingat bahwa kita pernah pergi melihat jerapah saat hujan
salju?"
Joo Yeon langsung berhenti mendengar pertanyaan itu karena dia sama
sekali tidak mengerti apa maksud Joo Wan. Dan karena merasa sesi basa
basi mereka sudah kelamaan maka Joo Yeon memutuskan untuk menyatakan
maksudnya yang sebenarnya.
"Aku masih belum memutuskan apakah kau boleh tinggal di rumahku atau tidak. Ibuku memang bilang bahwa 'rumahku adalah rumahmu'. tetapi aku tidak suka dengan hal itu"
Joo Wan langsung bingung mendengarnya "Kenapa kau tidak suka?"
Joo Yeon beralasan bahwa dia punya pacar yang terkadang datang dan tidur
dikamarnya dan jika Joo Wan tinggal bersamanya maka saat pacar Joo Yeon
datang, Joo Wan pasti akan merasa sangat terganggu oleh suara-suara
aktivitas malam mereka.
"Kau pasti tidak mau mendengarnya setiap malam kan? Kurasa jika kau
tinggal di rumahku maka aku akan merasa tidak nyaman, pacarku juga pasti
tidak suka. Aku sungguh-sangat-teramat benci kalau kau datang ke
rumahku dan menggangguku"
Joo Wan hanya terdiam sedih mendengarkan ocehan Joo Yeon "Kenapa kau membenciku?"
"Pertama, karena kau jelek. Kedua... ibuku mendapat gaji dengan
membesarkanmu. Dengan uang itulah bagaimana kami bisa bertahan hidup.
Melihatmu hanya akan membuatku teringat saat-saat itu sampai membuatku
muak"
"Muak?"
"Kau lihat kan bagaimana bencinya aku? Kuharap kita tidak pernah bicara lagi" ujar Joo Yeon dengan ceria
Saat Joo Yeon hendak memutuskan hubungan teleponnya, Joo Wan cepat-cepat
menghentikannya "Aku merindukanmu. Aku merindukamu, Shing Shing"
Namun Joo Yeon sama sekali tidak terpengaruh oleh kata-kata Joo Wan
barusan dan langsung mematikan teleponnya dan kembali melanjutkan
pekerjaannya sementara Joo Wan termenung sedih di pantai.
Joo Yeon bekerja sebagai pemimpin tim pemasaran sebuah stasiun TV
fashion home shopping, salah satu anak buahnya adalah pacarnya yang
bernama Lee Jung Ho dan dia bekerja sebagai PD.
Joo Yeon mengumpulkan semua anak buahnya lalu mulai memberi mereka
pengarahan tentang apa saja yang harus mereka persiapkan dan lakukan
sebelum mereka on air. Semua orang langsung bersiap melakukan tugas
mereka masing-masing.
Para model mulai bergaya, kamerawan mulai menyiapkan kameranya, MC mulai
berlatih dengan skripnya, PD yang bekerja di ruang kendali mulai
menghitung mundur 5-4-3-2-1... PD menjentikkan jarinya dan lampu on
air-pun menyala sementara Joo Yeon, Min Jung dan Hee Jae duduk didepan
komputer untuk mengawasi berapa banyak mereka mendapat order.
Awalnya memang tidak ada yang merespon tapi setelah beberapa menit
akhirnya respon yang mereka dapat mulai naik dan hanya dalam waktu
semenit mereka berhasil mendapat 700 penelepon dan dengan segera hampir
semua baju yang mereka jual, sold out.
Kang Tae Yoon, sunbae sekaligus mentornya Joo Yeon, yang baru selesai
rapat melihat di TV bahwa Joo Yeon sekali lagi berhasil menjual habis
semua baju yang mereka jual.
"Hebat" puji Tae Yoon
Saat anak buahnya sibuk merencanakan untuk minum-minum demi merayakan
kesuksesan mereka menjual habis semua barang, Joo Yeon dengan tenangnya
berpaling pada mereka untuk tidak tersenyum terlebih dahulu karena
sebelum mereka bersenang-senang mereka harus pergi rapat dengan para
patner bisnis mereka untuk bernegoisasi tentang fashion musim
berikutnya.
Terutama di saat-saat seperti ini mereka harus membujuk para patner
bisnis mereka agar para patner bisnis mereka mau berinvestasi lebih.
"Kumpulkan dan tinjau respon para pelanggan dan cari tahu apa yang mereka inginkan" perintah Joo Yeon
Setelah pekerjaan mereka selesai, Joo Yeon datang ke ruang kerja Tae
Yoon lalu melompat ke kursi dengan kegirangan memamerkan kesuksesannya
menjual habis semua baju yang dijualnya selama 5 kali berturut-turut.
"Aku benar-benar punya tangan dewa! Apa yang harus kulakukan?! Semua
produk yang kujual berhasil terjual habis" teriak Joo Yeon kegirangan
sambil menari-nari diatas kursi.
Tae Yoon tersenyum melihat tingkah laku Joo Yeon "Apa kau harus datang kesini hanya untuk pamer?"
"Lalu aku harus kemana lagi? Semua orang bisa mati cemburu nanti (jika Joo Yeon pamer ke orang lain)"
"Lalu apa kau pikir aku akan memberimu selamat dengan tulus hati?" goda Tae Yoon
"Siapa yah yang mengajariku?" balas Joo Yeon "Kau pasti sangat bangga, sunbae Kang. Karena memiliki hoobae berbakat sepertiku"
Tae Yoon mengangguk dan tersenyum mendengar perkataan Joo Yeon barusan
"Baiklah, selamat Shin Joo Yeon karena telah berhasil menjual habis
selama 5 kali berturut-turut"
Joo Yeon lalu menggoda Tae Yoon agar Tae Yoon berhati-hati dengan
jabatannya saat ini karena Joo Yeon pasti akan naik jabatan dengan cepat
dan mungkin nantinya ia akan merebut jabatan Tae Yoon.
"Ini tantangan sunbae"
"Ah, kau bercanda lagi" Tae Yoon lalu cepat-cepat mengusir Joo Yeon
dengan menyuruhnya untuk pergi menemui pacarnya yang ia lihat tadi pergi
ke tangga.
Mendengar nama pacarnya, Joo Yeon langsung pergi secepat kilat namun
sedetik kemudian dia kembali lagi hanya untuk bertanya tentang
penampilannya.
"Tidak cantik sama sekali" ujar Tae Yoon
"Aku tahu kalau aku cantik" kata Joo Yeon
Saat melihat Jung Ho, Joo Yeon langsung berlari kearahnya lalu memeluk
dan menciumnya dengan penuh kebahagiaan namun raut wajah Jung Ho
terlihat sama sekali tidak bahagia.
"Sayang kenapa kau tidak menciumku? Aku akan sangat bahagia jika kau menciumku" kata Joo Yeon
Jung Ho tidak mengatakan apapun, tetapi ia langsung menuruti keinginan
Jo Yeon tersebut. Setelah itu Jung Ho mengajak Joo Yeon untuk makan
malam bersama karena dia ingin mengatakan sesuatu. err... kayaknya Jung
Ho mau membicarakan sesuatu yang tidak baik deh!!
Saat Joo Yeon menceritakan masalah ini pada rekan-rean kerjanya, salah
satu anak buahnya yang bernama Lee Woo Young langsung menduga bahwa
mungkin Jung Ho akan melamar Joo Yeon karena dia pernah melihat Jung Ho
sedang membeli sebuah kalung di toko perhiasan, kalung yang terkenal
dengan sebutan 'two-ring love'. Setelah mendengar nama kalung itu, Hee Jae langsung mencari infonya di internet.
"Menikah bukan berarti happy ending, menikah adalah tiket kereta menuju neraka" ujar Min Jung
"Bukan karena aku tidak bisa menikah tetapi karena aku belum mau menikah"
Setelah Hee Jae menemukan info tentang kalung itu, dia langsung terkejut
karena kalung itu harganya sangat mahal. Hee Jae lalu menunjukkan
gambar kalung itu pada semua orang dan saat melihatnya, Joo Yeon
langsung berbunga-bunga karena Jung Ho membeli kalung yang sangat
disukainya.
"Wah, kau sangat beruntung" ujar Min Jung pada Joo Yeon
"Apa kau yakin dia membelinya? Bukan cuma dilihat-lihat saja kan?" tanya Joo Yeon pada Woo Young
"Aku melihatnya membayar. Aku tidak menyapanya karena kulihat waktu itu dia terlihat sangat fokus ada kalungnya" ujar Woo Yung
"Tapi kenapa dia melamar dengan kalung? Bukankah seharusnya dengan cincin?" tanya Hee Jae kebingungan
Saat mendengar pertanyaan Hee Jae, Joo Yeon langsung mengangkat
tangannya untuk menunjukkan padanya cincin pasangan yang dulu pernah
diberikan oleh Jung Ho saat ia dan Jung Ho liburan ke Bali.
Di sebuah studio foto, Joo Wan sedang bergaya didepan kamera untuk
sebuah sesi pemotretan. Oh Se Ryoung, sang stylist, datang
menghampirinya untuk membenarkan dandanan Joo Wan.
"Apa maksudnya 'membuatku muak'?" tanya Joo Wan tiba-tiba
"Artinya kau sangat membencinya. Kenapa?" tanya Se Ryeong
Joo Wan memberitahunya bahwa ada orang yang mengatakan bahwa ia membuat
orang itu muak. Se Ryeong langsung kaget karena ada orang yang berani
bicara seperti itu pada Allen Joo yang hebat.
"Siapa dia?" tanya Se Ryeong
"Orang yang pernah kusuka... dulu"
"Cinta pertama?"
Joo Wan langsung tersenyum membenarkannya.
Malam harinya, Joo Yeon dan Jung Ho makan malam berdua di sebuah
restoran mewah. Joo Yeon makan dan memandangi Jung Ho dengan senyum
bahagia menantikan saat-saat lamaran tiba sementara Jung Ho hanya
tersenyum tipis pada Joo Yeon.
"Apa kau ingin mengatakan sesuatu padaku? Kau bilang ada yang ingin kau katakan padaku?"
Lalu tanpa basa basi Jung Ho berkata "Joo Yeon-ah, sebaiknya kita putus saja"
Joo Wan sedang memainkan piano di kamarnya saat ia teringat masa
kecilnya bersama Joo Yeon. Joo Wan bernarasi bahwa orang yang
mengajarinya tentang musik adalah Shing Shing. Joo Wan lalu duduk
didepan pianonya lalu memainkan lagu-lagu yang dulu pernah diajarkan
oleh Joo Yeon muda padanya saat ia kecil.
Saat mereka masih kecil, Joo Yeon memainkan sebuah lagu ceria dengan
pianonya lalu bertanya pada Joo Wan kecil tentang apa yang ia rasakan
dari lagu yang ia mainkan tadi.
"Seperti anak ayam yang berlarian di bawah matahari. Anak ayam yang suka bermain-main" kata Joo Wan kecil
"Itu namanya sukacita" kata Joo Yeon muda
Joo Yeon muda lalu memainkan sebuah lagu lain yang ia beri nama
kebahagiaan. Sebuah lagu yang nadanya masih diingat dengan sangat baik
oleh Joo Wan dewasa.
"Apa yang kau rasakan dengan lagu ini?" tanya Joo Yeon muda
"Seperti angin yang berhembus, angin yang terasa hangat. Aku merasa
berkeringat tetapi karena aku angin aku merasa lebih baik. Aku merasa
kehabisan napas jadi aku bernapas lewat mulutku dan angin itu berhembus
melewati mulutku" ujar Joo Wan
"Benar, itulah namanya kebahagiaan"
"Lalu bagaimana kalau sakit?"
Joo Yeon muda lalu memainkan lagu sedih untuk menggambarkan rasa sakit
lewat lagu. Sebuah lagu lain yang nadanya masih sangat diingat oleh Joo
Wan dewasa.
Sayangnya kali ini Joo Wan kecil tidak mengerti apa yang ia rasakan
tentang lagu itu, Joo Yeon muda lalu memainkan lagunya kembali tetapi
Joo Wan kecil tetap tidak mengerti. Joo Yeon muda lalu membantu Joo Wan
kecil untuk menjelaskan rasa sakit dari lagu tersebut dengan cara
mengingatkan Joo Wan kecil pada rasa sakit yang ia rasakan saat Joo Wan
kecil terjatuh dari sepeda.
"Itu kan sakit di tubuh" ujar Joo Wan kecil
"Ada kalanya hatimu terasa sakit juga. Rasa sakit di tubuh dan hati
memang berbeda tapi sulit menjelaskannya. Akan ada saatnya kau
mengetahuinya nanti"
"Hati itu dimana?" tanya Joo Wan kecil
Joo Yeon hanya menjawabnya dengan mengangkat bahunya sebagai tanda bahwa ia juga tidak tahu.
"Lalu bagaimana dengan kesedihan?" tanya Joo Wan kecil
Kembali ke restoran. Setelah mendengar kata putus dari Jung Ho, senyum
Joo Yeon seketika menghilang tetapi yang ia lakukan hanya memandangi
Jung Ho tanpa perasaan cukup lama sampai saat ada seorang pelayan yang
lewat dan Joo Yeon dengan riangnya memesan es krim pada si pelayan.
"Kita makan es krim dulu baru setelah itu putus" ujar Joo Yeon dengan tenangnya
"Apa kau tidak mau menanyakan alasannya (alasan kenapa mereka putus)?"
tanya Jung Ho yang kebingungan dengan sikap tenang Joo Yeon
Joo Yeon tertawa mendengar pertanyaan itu karena apapun alasan Jung Ho
untuk putus, Joo Yeon tidak pernah mau menahan pria yang ingin berpisah
dengannya, lagipula Joo Yeon sangat yakin bahwa sebelum Jung Ho
memutuskan untuk berpisah dengannya, Jung Ho pasti sudah memikirkannya
dengan baik.
"Jika aku menangkapmu, apa kau akan tertangkap (jika aku tidak mau putus, apa kau mau tetap disisiku)?" tanya Joo Yeon
"Hanya karena orang berusaha untuk menangkap, apa kau pikir mereka akan
benar-benar berhasil menangkapnya? Bahkan sekalipun mereka tahu bahwa
mereka tidak akan bisa menangkapnya tetapi mereka setidaknya berusaha
untuk menahannya. Bukan masalah kau menangkapnya atau tidak karena yang
paling penting adalah perasaan" ujar Jung Ho
"Bagiku, hal-hal semacam perasaan sama sekali tidak penting" ujar Joo Yeon dingin
Tepat saat itu pelayan datang membawakan es krim pesanan Joo Yeon dan
setelah pelayan pergi, Jung Ho tersenyum sinis pada Joo Yeon lalu
beranjak pergi meninggalkannya. Dan barulah setelah Jung Ho pergi, raut
kesedihan tampak di wajah Joo Yeon walaupun dia tidak menangis.
Joo Wan teringat pada perkataan Joo Yeon muda yang memberitahunya tentang kesedihan
"Kesedihan adalah... hmmm... saat kau putus hatimu terasa sakit. Rasa
sakit kau rasakan tumbuh semakin dalam di hatimu, itulah yang disebut
kesedihan" kata Joo Yeon muda
"Kenapa putus? kan bisa pacaran lagi?" tanya Joo Wan kecil
"Beberapa orang putus karena mereka saling tidak menyukai, tapi ada juga
yang melakukannya karena tidak bisa menemui orang lain bahkan sekalipun
mereka menginginkannya" kata Joo Yeon muda
Joo Wan bernarasi "Karena itulah, Shing Shing adalah wanita yang telah
membesarkanku. Wanita yang mengajariku memainkan piano. Orang yang
mengajariku tentang hati"
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam