Sinopsis Lost You Forever Episode 24 - Part 1

Jing masih saja diam, clueless tak tahu harus bagaimana. Benar-benar seperti anak remaja yang baru pertama kali pacaran dan tidak tahu bagaimana harus menghadapi pacarnya yang sedang ngambek. (Oh ya, dia memang belum pernah pacaran sebelumnya. Cuma langsung bertunangan sama Yi Ying, itu pun mereka tidak pernah bertemu sampai saat Yi Ying datang ke Kota Qingshui)

Xiao Yao sampai harus menyuruhnya untuk memungut kembali pil ikan ungu, baru Jing bergerak, mengambil dan menyodorkan pil ikan ungu itu kembali ke Xiao yao sembari meyakinkannya bahwa benda ini tidak akan rusak dengan mudah.

Xiao Yao menolak menerimanya, dia takut kalau benda itu hanya akan seperti arak plum hijau, saat sudah terbiasa meminumnya, tiba-tiba malah menghilang. Bahkan tidak ada penjelasan sedikit pun.

Panik, Jing buru-buru menjelaskan bahwa alasannya berhenti mengirim arak plum hijau itu karena ada orang terdekatnya (kemungkinan salah satu pelayan pribadinya) yang memiliki niat buruk. Dia belum tahu siapa dan tidak ingin melibatkan Xiao Yao sebelum dia mengetahui siapa pelakunya. Makanya dia berhenti mengirim arak plum hijau.

Dan juga... sebelum kan Xiao Yao pernah mengeluh bahwa dia selalu berusaha mengingatkan Xiao Yao (akan janji 15 tahun mereka), makanya dia berusaha menahan diri agar tidak membuat Xiao Yao kesal. (Pfft! Dia kan cuma menggoda, Bambang!)


Xiao Yao jelas kesal menyadari Jing sama sekali tidak mengerti maksudnya. Dia bahkan mau pergi saking kesalnya dan melarang Jing mengejarnya, dan Jing langsung membeku dengan patuh. (Pfft! Dia benar-benar memenuhi janjinya untuk patuh pada Xiao Yao. Tapi... dia pada dasarnya memang terlalu penurut sih, terlalu penurut itu tidak bagus)

Untungnya sedetik kemudian Xiao Yao akhirnya berhasil menahan emosinya dan urung pergi. Dia akhirnya memutuskan untuk menerima alasan Jing berhenti mengiriminya arak plum hijau dan tidak mengirim kabar, tapi kenapa Jing malah membawa Yi Ying kemari? Apa dia sungguh-sungguh mau membatalkan pernikahan?

Jing memberitahu Xiao Yao bahwa neneknya sudah setuju, tapi tidak bisa sekarang. Bagaimanapun, selama bertahun-tahun ini, Yi Ying sudah banyak membantu mengurus urusan rumah tangga Keluarga Tushan dan hubungannya dengan Nenek sangat dekat.

Nenek menyuruhnya ikut kemari hanya karena ingin mereka berhubungan sebagai kakak-adik. (Pfft! Polos sekali kamu, Tushan Jing. Kurasa Nenekmu hanya cari-cari alasan untuk mendekatkan kalian berdua. Kamu sangat pintar tapi kenapa sangat polos dan naif?)

Mempercayainya, Xiao Yao akhirnya mau menerima kembali Pil Ikan Ungu-nya dan memakainya sebagai kalung. Jing senang dan berterima kasih karena Xiao Yao mau kembali untuknya. Xiao Yao jujur mengaku kalau dia sebenarnya dia kembali bukan demi Jing, tapi demi Cang Xuan. Oh, itu tidak masalah bagi Jing, yang penting Xiao Yao kembali padanya.

"Kau tidak marah?" tanya Xiao Yao.

"Kau tidak perlu khawatir tentang masalah Cang Xuan. Karena aku sudah berjanji padamu, aku pasti akan melakukan yang terbaik."

Janji yang pernah Wen Xiao Liu tuntut darinya dulu, bahwa dia tidak akan melukai Cang Xuan apa pun yang terjadi. Xiao Yao tercengang, dia saja sudah lupa sama janji itu, tapi ternyata Jing malah masih mengingatnya dan menepatinya.

Jing mengaku bahwa dia datang ke Xiyan kali ini juga dengan mengundang seseorang, dan orang itu akan mengunjungi Cang Xuan malam ini. Siapakah?

Orang yang dia maksud ternyata adalah Feng Long dan adiknya, Xin Yue. Feng Long tidak terlalu lama berbasa-basi karena waktunya mepet, jadi dia langsung saja berterus terang mengutarakan rencananya untuk membantu Cang Xuan dengan memberinya sebuah ide.

Kota Xiyan sebagian besar sudah dikuasai para paman, pastinya akan terlalu sulit bagi Cang Xuan untuk berkembang di kota ini. Karena itulah, Feng Long menyarankan agar Cang Xuan melepaskan kota ini (Ah! Ini idenya Tushan Jing).

Feng Long lalu menyihir sebuah peta untuk menjelaskan maksudnya lebih jauh. Xiyan yang dulu dengan Xiyan yang sekarang sudah beda dan jauh lebih luas daripada sebelumnya. Dulu Xiyan hanya berada di sudut Dahuang, terpencil dan terlindungi oleh pegunungan dan sulitnya transportasi sehingga tidak mudah diserang musuh.

Namun sekarang daerah kekuasaan Xiyan juga mencakup seluruh Dataran Tengah sejak mereka berhasil menaklukkan Chenrong. Dataran Tengah adalah pusat dari seuruh Dahuang, di mana mereka bisa melihat keseluruhan Dahuang dari segala sisi.

Karena itulah, daripada bertahan di Kota Xiyan yang tidak akan menghasilkan apa pun untuknya, lebih baik Cang Xuan datang ke Dataran Tengah. Dengan menguasai Dataran Tengah, maka semuanya akan berada dalam genggaman Cang Xuan. Jika sudah hari dia ingin memimpin pasukan ke selatan, juga mudah.

Ini ide yang sangat bagus. Cang Xuan tanpa ragu langsung menyetujui ide ini dan kedua pria pun menyepakati hubungan kerja sama mereka. Cang Xuan berterima kasih setulus hati pada Feng Long, benar-benar merasa berhutang budi pada Feng Long atas ide bagus ini... tanpa tahu kalau ini sebenarnya adalah idenya Tushan Jing. Feng Long pun bersikap seolah semua ini adalah idenya sendiri.

Kenapa Jing tidak ikut pertemuan dan membiarkan Feng Long mengutarakan ide ini pada Cang Xuan seolah ini idenya Feng Long sendiri?... Karena biarpun Jing pintar dalam bisnis dan strategi, tapi Jing sama sekali tidak punya ambisi dalam dunia politik seperti kedua pria itu dan tidak peduli juga.

Satu-satunya yang Jing pedulikan dan Jing inginkan hanyalah bersama Xiao Yao setiap hari seperti saat mereka di Kota Qingshui. Malah sekarang ini dia sedang kencan bersama Xiao Yao di kamarnya Xiao Yao.

Di meja ada beberapa tinta warna-warni, tapi sebenarnya itu tinta beracun, dan Xiao Yao tiba-tba menyuruh Jing untuk membuat lukisan di dua saputangan untuknya dengan menggunakan tinta beracun itu.

Jing dengan senang hati menurutinya sambil melirik Xiao Yao dengan malu-malu. Yang satu dia gambar bunga teratai. Sedangkan yang satu lagi dia gambar bunga persik merah seperti yang dia lukis di botol arak plum hijau.

"Itu lagi, sepertinya kau takut aku akan lupa (dengan janji 15 tahun mereka)," protes Xiao Yao.

Lagi-lagi, Jing salah memahami protesnya Xiao Yao, mengira kalau Xiao Yao benar-benar tak senang, makanya Jing panik meyakinkan Xiao Yao kalau dia tidak bermaksud begitu. Padahal kan Xiao Yao juga tidak serius dan cuma menggodanya.

Jing sampai tidak sadar kalau tinta beracun itu merembes dari kuas ke jarinya, otomatis membuatnya keracunan. Efeknya lumayan cepat dan beberapa detik kemudian, Jing mendadak roboh menimpa Xiao Yao dengan bibir mereka tak sengaja bersentuhan.

Shock sesaat, Jing sontak panik ingin bangkit tapi tubuhnya susah bergerak karena efek racun dan akhirnya cuma bisa mengubur wajahnya di rambut Xiao Yao dengan malu. Geli, Xiao Yao langsung membalikkan posisi mereka, dia tahu kalau Jing tidak bermaksud kurang ajar, itu cuma karena dia keracunan saja.


Dia lalu menarik Jing duduk dan menyandarkan kepala Jing di bahunya sambil melarutkan obat penawar racun lalu menyuapkannya ke Jing. Jing bahagia sekali, dulu juga Xiao Yao merawatnya seperti ini sehingga dia berhasil bertahan hidup.

Tujuan Xiao Yao menyuruh Jing membuat lukisan dari tinta beracun ini adalah untuk membantu Jing membuat jebakan untuk pelayan pengkhianat di kediaman Jing. Siapa pun yang menggeledah barang-barang Jing, maka orang itulah pengkhianatnya.

Saat orang itu menyentuh tinta beracun ini, racunnya akan langsung memasuki tvbvhnya. Namun seperti biasanya, si hati lembut Jing tak ingin membvnvh siapapun pengkhianat itu dan khawatir kalau orang itu mati.

Memahami hati Jing, Xiao Yao meyakinkannya untuk tidak khawatir. Dia sudah menduga kalau Jing pasti akan meminta obat penawarnya, makanya dia juga sudah menyiapkannya.

"Hatimu sungguh terlalu lembut," komentar Xiao Yao.

"Jika tidak ada hati lembutmu, aku sudah lama berubah menjadi tulang."


Tersipu, Xiao Yao langsung mengalihkan perhatiannya ke rambutnya Jing. Rambut Jing sudah semakin bagus sekarang, dia jadi penasaran siapa yang sekarang mencuci rambut Jing. Jing Ye atau Lan Xiang?

"Bukan keduanya."

"Kau masih punya pelayan lain?"

Jing menyangkal, maksudnya, dia sekarang mencuci sendiri rambutnya, dia tidak terbiasa dengan orang lain. 


Sembari menyisir rambut Jing, Xiao Yao usul agar dia saja yang mencuci rambut Jing di masa depan nanti.

"Dicuci dengan daun pohon waru, petik di pagi hari dan rendam sepanjang hari, lalu cuci rambut pada sore hari, kemudian jemur di bawah sinar matahari sore, aromanya adalah wangi rumput dan sinar matahari. Jauh lebih wangi dari rambut yang dikeringkan dengan energi roh."

"Setelah kau datang ke Dataran Tengah, kita petik daun pohon waru bersama."

"Pergi ke Dataran Tengah?"

"Jika Cang Xuan pergi ke Dataran Tengah, kau akan pergi bersamanya, kan?" tanya Jing. 

Xiao Yao mengiyakannya, Jing pun senang. (Oww, jadi dia menyarankan ide pindah ke Dataran Tengah ini ternyata ada maksud lain, ya? Hehe!). 

Namun karena Jing sudah harus pulang besok, Xiao Yao mengingatkannya untuk selalu mengirim kabar padanya. Tak peduli dengan cara apa pun, pokoknya Jing harus mengiriminya kabar.

"Aku tidak suka menunggu," tegas Xiao Yao.

"Baik. Xiao Yao, aku tahu kau merindukanku. Kau akan marah karena aku tidak mengirimimu kabar. Aku sangat senang," ujar Jing. Xiao Yao tersipu malu mendengarnya.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments