Sinopsis Drama Cina Hidden Love Episode 11

Episode: Getaran Hati, Jika Ini Dinamakan Cinta.


Teringat akan kenangan saat Jia Xu mendapatkan boneka beruang kutub itu untuknya, Sang Zhi pun langsung main mesin capit dan berusaha mendapatkan boneka beruang kutub itu.

Jiang Ming yang memperhatikan target yang dia inginkan, langsung berinisiatif mendapatkan boneka itu untuknya. Dia main di mesin capit sebelah, sedangkan Sang Zhi juga masih berusaha mendapatkan boneka itu dengan usahanya sendiri.

Tepat saat akhirnya Jiang Ming mendapatkan boneka itu, kebetulan Sang Zhi juga berhasil mendapatkannya dengan usahanya sendiri. Pfft! Tidak jadi dikasihkan ke Sang Zhi deh. Tapi tidak apa-apa, kalau begitu, dia akan menyimpannya sendiri, jadi dia dan Sang Zhi memiliki boneka yang sama.

Jiang Ming sebenarnya masih ingin lanjut makan bersama, tapi Sang Zhi mengingatkan bahwa sekarang sudah larut malam, mending balik ke asrama saja sebelum gerbang ditutup.


Baru juga tiba di kampus, mereka langsung bertemu ketiga temannya Sang Zhi yang kebetulan juga baru balik. Ning Wei langsung memberitahu Sang Zhi bahwa mereka bertiga sudah sepakat untuk merayakan tahun baru di alun-alun pusat. Dia bahkan mengajak Jiang Ming juga.

Jiang Ming jelas antusias, namun keesokan harinya, dia malah kecewa karena ternyata Sang Zhi tidak ikut (karena alun-alun pusat pastinya sangat ramai pada malam tahun baru dan Sang Zhi tidak suka dengan keramaian).

Malam harinya, Sang Zhi baru saja kembali dari beli makan saat Jia Xu meneleponnya untuk mengajaknya makan bersama para rekan kerjanya. Kantornya mengadakan acara makan bersama dan boleh basa keluarga, makanya dia ingin mengajak Sang Zhi.

"Siapa yang keluargamu?" gerutu Sang Zhi dalam hati.

Dia langsung menolak karena seperti biasanya, dia tidak suka keramaian. Memahaminya, Jia Xu langsung berinisiatif ganti mengajaknya makan berdua saja. Saat Sang Zhi masih saja bersikeras menolaknya, Jia Xu langsung memancingnya dengan mengingatkan bahwa dia masih punya hutang traktiran padanya. 

Sang Zhi masih saja mau mendebatnya lagi, tapi kali ini Jia Xu tidak peduli. Tanpa memberi Sang Zhi kesempatan bicara, dia memerintahkan Sang Zhi untuk bersiap-siap, dia akan memesan tempat di restoran dan akan segera tiba di kampusnya Sang Zhi.

Tidak bisa menghindar lagi, Sang Zhi akhirnya mau juga keluar dan makan bersamanya. Jia Xu penasaran kenapa Sang Zhi tidak ikut main bersama teman-temannya, apa mereka tidak akrab?

Sang Zhi menyangkal, hubungannya dengan teman-temannya baik kok. Hanya saja malam ini mereka main ke alun-alun pusat yang sangat ramai untuk ikut hitung mundur tahun baru. Lagipula cuaca Yihe sangat dingin, makanya Sang Zhi tidak mau keluar.

"Tapi kau langsung datang begitu kuundang," heran Jia Xu.

Pfft! Canggung, Sang Zhi dengan penuh gengsi menegaskan bahwa ini hanya karena dia punya satu hutang traktiran pada Jia Xu. Kalau dia tidak datang, takutnya Jia Xu akan mengira kalau dia kabur dari hutangnya.

"Ucapanku itu hanya candaan saja."

Ah, ngomong-ngomong tentang candaan, Jia Xu setulus hati meminta maaf atas candaan yang dia ucapkan waktu di rumah sakit kemarin, dia akui kalau dia salah, tidak seharusnya dia menjadikan Sang Zhi sebagai bahan candaan. Sebagai ungkapan maafnya, Jia Xu pun menyatakan bahwa kali ini dialah yang mentraktir Sang Zhi.

Canggung karena tiba-tiba mendapatkan permintaan maaf darinya, Sang Zhi meyakinkannya untuk tidak perlu meminta maaf, lagipula itu bukan masalah besar dan sudah berlalu juga, dan kenapa pula Jia Xu yang mentraktirnya? Bukankah seharusnya hari ini dia yang mentraktir, dia kan masih punya hutang traktiran pada Jia Xu.

"Apa maksud kata-katamu ini? Maksudmu setelah makan bersama hari ini, kita tidak perlu bertemu lagi? Aiyooo... kau tidak mengasihaniku yang sendirian ini, bahkan tidak mau menemani gege makan."

"Jia Xu Ge, cepat makan saja. Hari ini kau bawel sekali."

"Aku susah payah mengajak Sang Zhi kecil makan bersama, aku hanya ingin banyak ngobrol saja."

Tepat saat itu juga, Jiang Ying kebetulan datang bersama seorang temannya dan sontak cemburu dan emosi melihat Jia Xu makan bersama wanita lain. Dia bahkan langsung menggila menyiram Jia Xu dan melabrak Jia Xu seolah Jia Xu selingkuh darinya padahal mereka bahkan tidak pernah ada hubungan spesial semacam itu.

Jia Xu diam saja, membiarkan Jiang Ying menggila. Namun Sang Zhi yang kaget dan tidak terima melihat mas crush-nya dibuli, sontak balas menyiram Jiang Ying dan menyatakan sikap akan membela Jia Xu tak peduli apa pun masalah di antara Jia Xu dan Jiang Ying.

Jiang Ying jadi semakin menggila mau menyerang Sang Zhi, tapi untungnya kali ini Jia Xu sigap bertindak melindungi Sang Zhi dari kegilaan Jiang Ying yang ngotot mengingatkan Jia Xu bahwa Jia Xu punya hutang padanya seumur hidup.

Satpam bergegas menyeret Jiang Ying keluar dari sana dan Sang Zhi pun cepat-cepat menyeret Jia Xu keluar dari restoran itu lalu membantu menyeka cipratan air di wajah Jia Xu pakai syal sebelum kemudian membantu mengikatkan syal itu ke leher Jia Xu selayaknya istri membantu suaminya berpakaian. Setelahnya, dia langsung menanyakan siapa sebenarnya wanita tadi itu.

"Orang yang tidak ada hubungan... lebih tepatnya, dia mantan kreditur ayahku."

Saat inilah Sang Zhi baru ingat kalau dia pernah berpapasan dengan wanita itu saat dia mengambil barang-barangnya Jia Xu waktu Jia Xu dirawat di rumah sakit kemarin. Cuma berpapasan, wanita itu tidak melakukan apa pun padanya.

Kalau begitu, berarti, wanita itu sering mengejar Jia Xu. Sang Zhi jadi khawatir mengingat kegilaan wanita itu tadi, apakah dia selalu begitu setiap kali menemui Jia Xu? Kalau dia mantan kreditur ayahnya Jia Xu, maka itu artinya mereka sudah tidak ada hubungan sekarang. Jadi Jia Xu tidak boleh membiarkan wanita itu menindasnya.

Sang Zhi baru sadar kalau di pipinya Jia Xu ada memar. Sang Zhi pun langsung membantunya mengoles salep, dan Jia Xu tampak jelas terpana olehnya. Dia benar-benar terharu atas pembelaan Sang Zhi untuknya tadi, karena itulah, dia setulus hati berterima kasih pada Sang Zhi.

Tepat saat itu juga, tiba-tiba turun hujan salju. Sang Zhi langsung berputar-putar menatap salju, tanpa sadar kalau Jia Xu semakin terpesona padanya. Akhirnya, dia mulai jatuh cinta juga pada Sang Zhi.

Karena ini salju pertama, Sang Zhi pun berdoa pada salju, diam-diam mendoakan kebaikan Jia Xu, semoga dia dijauhkan dari segala hal yang tidak menyenangkan... "aku harap semoga akan ada orang yang menemaninya, kuharap... akulah orang itu."

Saat dia membuka mata, dia mendapati Jia Xu tengah memperhatikannya, tapi jelas dia tidak berpikir macam-macam tentang itu dan santai saja mengajaknya untuk berdoa juga pada salju pertama tahun ini. Jia Xu memberitahunya bahwa Yihe jarang turun hujan salju. Terakhir kali hujan salju adalah waktu Jia Xu kelas satu SMA.

"Berarti aku sangat beruntung," ujar Sang Zhi.

"Aku juga sangat beruntung... karena bisa melihat hujan salju bersama Sang Zhi hari ini," ujar Jia Xu. (Oww, apakah dia sudah mulai menunjukkan perasaannya pada Sang Zhi?)

Kabarnya permohonan yang dilakukan pada hujan salju pertama itu mujarab, maka Jia Xu pun menutup mata dan berdoa juga... mendoakan kebaikan dan kebahagiaan Sang Zhi dan dirinya.

"Kau berdoa apa?" tanya Sang Zhi.

"Tidak akan mujarab kalau dibocorkan. Kau berdoa apa?"

"Tidak akan mujarab kalau dibocorkan," balas Sang Zhi yang otomatis membuat keduanya tertawa.

Namun saat Jia Xu pulang, dia malah mendapati Jiang Ying sudah menunggunya, dan dari sinilah masalah dan hubungan mereka mulai jelas. Hutang seumur hidup yang dimaksud Jiang Ying ternyata adalah ayahnya Jia Xu menabrak ayahnya Jiang Ying hingga tewas, dan Jia Xu sebagai anak dipaksa untuk bertanggung jawab atas kesalahan ayahnya.

Masalah ini terjadi sejak mereka remaja. Karena apa yang diperbuat ayahnya inilah, sejak remaja Jia Xu sudah harus bekerja sangat keras untuk membayar kompensasi pada Jiang Ying sesuai jumlah yang ditetapkan pengadilan. Sejak remaja pula, dia sudah mendapatkan banyak prasangka buruk dengan dicap sebagai anak pembvnvh.

Sekarang semua kompensasi sudah dia bayar lunas, dan ayahnya juga sudah menebus kesalahannya dengan cara yang sepantasnya. Makanya Jia Xu menegaskan bahwa dia sudah tidak punya hutang lagi pada Jiang Ying. 

Jiang Ying sontak tambah heboh mengingatkan Jia Xu bahwa dulu ibunya Jia Xu pernah berjanji bahwa mereka akan merawatnya. Ingatan akan janji ibunya inilah yang membuat Jia Xu jadi sangat frustasi.

Ya, ibunya dulu memang pernah berjanji bahwa mereka akan bertanggung jawab terhadap hidup Jiang Ying dan membayar kompensasi sampai lunas. Namun sekarang setelah sekian tahun menghadapi kegilaan Jiang Ying, dia benar-benar merasa tidak sanggup untuk memenuhi janji ibunya itu. 

Hanya foto Sang Zhi satu-satunya yang bisa menghibur hatinya saat ini, wanita yang bagaikan cahaya dalam hidupnya yang suram. Tepat saat itu juga, kembang api mel3d4k indah di langit malam. Jia Xu lalu naik ke balkon untuk melihat kembang api itu. 

Tepat saat itu juga, dia mendapatkan chat dari Sang Zhi yang mengucapkan selamat tahun baru untuknya dan mendoakan kebahagiaannya dan mengaku kalau dia juga sedang melihat kembang api.

Jia Xu seketika senang menyadari mereka sedang menatap langit yang sama. Suatu perasaan yang membuatnya ingin sekali menjadi lebih dekat dengan Sang Zhi. 


Dia bahkan ingin mengubah nama kontak Sang Zhi menjadi Zhi Zhi (nama panggilan akrab Sang Zhi di keluarganya). Namun saat itu pula, senyumnya seketika menghiang saat tiba-tiba teringat Jiang Ying yang terus mengingatkannya akan hutang nyawa yang dilakukan ayahnya terhadap ayahnya Jiang Ying.

Ditambah dengan sikap Sang Zhi yang selama ini selalu mengungkit-ungkit perbedaan umur mereka... yang pastinya membuat Jia Xu salah paham mengira kalau Sang Zhi hanya menganggapnya sebagai gege

Semua itu membuat Jia Xu jadi merasa rendah diri dan tidak pantas bersanding dengan Sang Zhi, karena itulah, dia akhirnya urung ganti nama kontak Sang Zhi di HP-nya.

Di tengah kegalauannya memikirkan Sang Zhi, Jia Xu tiba-tiba mendapati chat Qian Fei yang dengan riang gembira mengumumkan bahwa dia akan menikah, lalu sedetik kemudian Qian Fei meneleponnya dan dengan antusias bercerita tentang bagaimana dia melamar calonnya.

Setelah itu dia juga menanyakan apakah Jia Xu sudah memiliki orang yang dia sukai. Pertanyaan itu sontak membuatnya terdiam dan teringat pada Sang Zhi. Diamnya Jia Xu membuat Qian Fei yakin banget kalau Jia Xu pasti sudah punya seseorang yang dia sukai. Spill dong, siapa orangnya?

Namun Jia Xu ngotot menyangkal, berusaha menekan perasaan dan pemikirannya jauh-jauh dan langsung mematikan teleponnya.

Gara-gara masalah Jiang Ying, Sang Zhi membelikan lubang pengintip elektronik. Hari ini barangnya datang, dan Sang Zhi pun langsung mengirim chat ke Jia Xu bahwa dia akan datang ke kantornya Jia Xu.

Namun dia tidak tahu bahwa saat itu kantornya Jia Xu sedang heboh gara-gara Jiang Ying yang berusaha keras menerobos masuk tapi untungnya dihalangi sekuat tenaga oleh satpam. Makanya Jia Xu jadi panik banget waktu membaca chat-nya Sang Zhi, takut kedua wanita itu bertemu lagi, takut Jiang Ying akan menyakiti Sang Zhi, apalagi dia melihat Sang Zhi sudah dekat.

Jia Xu bergegas turun ke lobi, tapi ternyata Jiang Ying masih di sana. Untungnya Jiang Ying tidak melihatnya berkat halangan para satpam. Jia Xu buru-buru balik lewat pintu samping dan untungnya berhasil mencegat Sang Zhi di sana dan langsung menariknya ke belakang gedung.

Saking panik dan takutnya, Jia Xu tanpa pikir meminta Sang Zhi untuk tidak langsung menemuinya di rumah atau di kantor sebelum memberitahunya. Namun dia tidak menjelaskan maksud dan alasannya sehingga dia tidak sadar bahwa kata-katanya itu membuat Sang Zhi jadi salah paham, mengira kalau Jia Xu tidak suka dia mendatangi Jia Xu.

Sang Zhi jadi sakit hati sehingga dia langsung to the point menyerahkan lubang pengintip eletronik itu lalu bergegas pergi dengan tertunduk sedih, dan sayangnya Jia Xu masih saja belum sadar kalau dia sudah membuat Sang Zhi salah paham dengan ucapannya.


Pulang malam harinya, Jia Xu langsung memasang benda itu di pintunya, benda pemberian Sang Zhi yang bisa sangat berguna untuk melindunginya dari Jiang Ying. 

Bersambung ke episode 12

Post a Comment

0 Comments