Episode 9: Perubahan Tak Terduga, Situasi Di Luar Dugaan.
Tak lama setelah itu, Sang Zhi mendapatkan voice note dari kakaknya yang menyuruhnya untuk mentraktir Jia Xu makan malam kapan-kapan sembari mengingatkannya akan jasa-jasa Jia Xu padanya selama ini.
Selama ini Jia Xu sangat menjaga Sang Zhi, selalu menanyakan kabar Sang Zhi, dan tak pernah luput mengirim hadiah pada momen-momen spesialnya. Jadi Sang Zhi tidak boleh bersikap tidak tahu diri dan melupakan semua kebaikan Jia Xu terhadapnya selama ini.
Voice note kakaknya inilah yang akhirnya membuat Sang Zhi mulai menyadari ketidakadilan sikapnya terhadap Jia Xu, menyadari kalau Jia Xu sebenarnya tidak salah apa-apa terhadapnya, jadi tidak seharusnya dia bersikap sedingin ini pada Jia Xu.
Akhirnya setelah beberapa saat menggalau, Sang Zhi pun mengirim pesan ke Jia Xu, dan mengundangnya untuk makan malam bersama kapan saja Jia Xu ada waktu kosong sebagai ungkapan terima kasihnya. Namun karena hubungan mereka yang sekarang canggung, jadi Sang Zhi sengaja mengganti kata 'kau' menjadi 'anda'.
Jelas saja saat Jia Xu membaca pesan itu, dia jadi geli dan langsung menelepon Sang Zhi. Dia setuju dan menerima undangan makan malamnya, sekaligus nanti dia akan mengantarkan Sang Zhi untuk memperbaiki HP-nya.
HP-nya Sang Zhi rusak, kan? Kalau tidak, kenapa Sang Zhi memanggilnya sebagai 'anda'? Bahkan dulu saja Sang Zhi tidak pernah begitu hormat padanya, kenapa sekarang mendadak pakai kata 'anda'?
"Oh, aku mengerti. Apakah kata 'anda' ini artinya, anda ada dalam hatiku?" goda Jia Xu. Wkwkwk!
Canggung mendengar gombalannya, Sang Zhi buru-buru beralasan bahwa ini adalah ajaran ayahnya. Ayahnya mengajarkan bahwa untuk memanggil orang yang lebih tua lima tahun darinya, harus pakai kata 'anda'.
Jia Xu kan lima tahun lebih tua darinya, biarpun suaranya terdengar masih muda, tapi usia tidak bisa bohong. Jia Xu sudah tidak muda lagi. (Pfft! Masa umur 24 tahun sudah tua?).
Selain itu... Sang Zhi dengan canggung menjelaskan alasannya tidak membalas semua pesan-pesannya Jia Xu dulu itu bukan karena dia sengaja, tapi karena ponselnya disita sama orang tuanya dan dia juga harus tinggal di sekolah untuk belajar.
"Aku tahu. Kakakmu sudah bilang padaku."
Sang Zhi kaget, "Kau tahu? Kalau begitu kenapa kau masih bertanya padaku?... Ya sudah, itu saja. Aku tutup. Bye!"
Di kampus, Sang Zhi cs dikejutkan oleh pemandangan sepasang kekasih baru yang baru jadian, Ning Wei sama temannya Jiang Ming. (Wuih, cepat sekali) Mereka mesra banget, bahkan pakai acara memakai baju couple pink-pink.
Mungkin karena terinspirasi oleh keberhasilan temannya yang secepat inilah, Jiang Ming pun langsung berusaha mengajak Sang Zhi nonton bersamanya. Tapi berhubung dia mengundang Sang Zhi di hadapan teman-temannya, jelas saja mereka langsung heboh menggodainya dan memaksa ikut.
Tapi jadwalnya hari Minggu, Sang Zhi tidak bisa karena itu jadwal janjiannya dengan Jia Xu. Tapi teman-temannya semuanya heboh membujuknya untuk ikut saja. Sang Zhi jadi galau. Kalau begitu, dia berencana akan memenuhi janji makan dengan Jia Xu dulu, kalau semisal suasana di antara mereka nantinya canggung, maka dia bisa menggunakan alasan nonton ini untuk segera pergi.
Jia Xu mendapatkan kiriman paket, namun begitu mengetahui pengirimnya ternyata Jiang Ying, dia langsung melemparnya ke dalam gudang tanpa dibuka sama sekali. Jiang Ying sering mengiriminya berbagai paket, tapi semuanya menumpuk di gudang dan sama sekali tak pernah dibuka.
Keesokan harinya, Jia Xu mengirim uang kompensasi yang jumlahnya cukup besar pada Jiang Ying (Oh? Kompensasi dan bukan hutang?). Itu adalah kompensasi terakhirnya pada Jiang Ying, maka dengan ini, Jia Xu menyatakan dengan tegas bahwa sekarang mereka sudah tidak ada hubungan dan tidak usah berhubungan lagi.
Hmm, sayangnya Jiang Ying sudah terlalu terobsesi padanya sehingga dia terus menerus meneleponnya seperti orang gila, menolak putus hubungan dengan Jia Xu. Namun Jia Xu benar-benar sudah tidak tahan lagi dengannya dan mengabaikan teleponnya.
Lagipula dia sedang sangat sibuk hari ini. Bahkan makan pun tidak sempat saking sibuknya. Namun gara-gara sering telat makan inilah, Jia Xu tiba-tiba sakit perut cukup parah di tengah rapat. Dia masih bisa menahannya sampai rapat usai, tapi semakin lama sakit perutnya semakin menghebat.
Sang Zhi sudah menunggu malam harinya, tapi saat menelepon Jia Xu, dia malah mendengar suara Jia Xu agak aneh. Jelas saja dia jadi khawatir menyadari Jia Xu sedang sakit biarpun Jia Xu terus berusaha menyangkal dan meremehkan penyakitnya.
Namun dari suaranya saja Sang Zhi tahu betul kalau Jia Xu tidak baik-baik saja, Jia Xu harus ke rumah sakit. Makanya dia langsung memaksa Jia Xu untuk memberitahunya alamat kantornya. Dan begitu mendapatkan alamatnya, Sang Zhi langsung naik taksi ke sana.
Begitu tiba, Sang Zhi sontak lari ke dalam gedung itu, tapi ternyata Jia Xu sudah menunggunya di lobi dalam keadaan pucat pasi sambil menahan sakit perutnya yang hebat, tapi tetap saja dia bersikeras meremehkan penyakitnya.
Sang Zhi begitu panik melihat keadaannya dan langsung memapahnya untuk keluar mencari taksi dan mengantarkannya ke rumah sakit. Namun agak susah mencari taksi, beberapa kali taksi yang lewat mengabaikan mereka, membuat Sang Zhi jadi semakin panik.
Saat dia berniat mau memanggil taksi online sambil berjalan kembali ke Jia Xu, kebetulan Jia Xu juga berjalan ke arahnya sehingga mereka tak sengaja bertubrukan dengan bibir Jia Xu tak sengaja nempel ke kening Sang Zhi. Pfft! Jelas saja keduanya jadi canggung dan buru-buru saling menjauh. Syukurlah saat itu juga akhirnya mendapatkan taksi.
Dokter mendiagnosis Jia Xu kena usus buntu akut, dan ternyata kondisinya ini sudah lama ditahan. Untungnya dia cepat dibawa ke rumah sakit sebelum benar-benar parah. Karena itulah dia harus segera operasi malam ini juga.
Sang Zhi benar-benar cemas, malah Jia Xu yang harus terus menerus meyakinkannya bahwa dia baik-baik saja. Dia bahkan berusaha menyuruh Sang Zhi untuk kembali ke asrama sekarang juga, tapi Sang Zhi ngotot menolak dan bersikeras untuk menunggunya.
Selama menunggu Jia Xu, Mamanya Sang Zhi menelepon untuk menanyakan keberadaannya. Sang Zhi jujur mengakui kalau sekarang dia sedang berada di rumah sakit, menunggu Jia Xu yang sedang dioperasi.
Mendengar itu, Mama Sang seketika prihatin dan memberitahu Sang Zhi bahwa Jia Xu sudah tidak punya keluarga. Dari cerita mamanya inilah, Sang Zhi akhirnya mengetahui bahwa ternyata pada tahun awal kuliah dulu, saat Jia Xu bahkan belum berumur 20 tahun, Jia Xu pernah meminjam sejumlah uang yang jumlahnya cukup banyak pada mereka untuk biaya pengobatan ibunya.
Namun sayangnya, pada akhirnya ibunya Jia Xu meninggal dunia. Mereka sangat memahami dan prihatin dengan keadaan Jia Xu, makanya mereka tidak pernah menuntut hutangnya untuk dibayar cepat, tapi Jia Xu sendiri yang bersikeras untuk membayar uang muka hutangnya pasca pemakaman ibunya, dan melunasi semuanya hanya dalam waktu setengah tahun. Dia sudah tidak punya keluarga, sekarang malah sakit parah, dia benar-benar memprihatinkan (tidak ada yang mengetahui tentang ayahnya kah?).
Tak lama kemudian, operasinya Jia Xu akhirnya selesai, tapi dia masih bersikeras menyuruh Sang Zhi untuk balik ke asrama sekarang juga karena sekarang sudah larut malam. Dia bahkan menolak dijenguk setiap hari karena tak enak harus merepotkan Sang Zhi terus. Sang Zhi awalnya masih agak ragu untuk pergi, tapi karena Jia Xu terus mendesaknya, dia akhirnya pergi juga.
Namun dia pergi dengan muka datar seperti lagi kesal, Jia Xu jadi bingung, mengira kalau Sang Zhi mungkin marah padanya gara-gara k3cvp4n kening yang tak disengaja tadi. Namun yang tak disangkanya, Sang Zhi tiba-tiba kembali beberapa saat kemudian.
Dia ternyata cuma pergi ke swalayan terdekat untuk membeli roti dan susu untuk makan malamnya dan memberitahu Jia Xu bahwa dia sudah memutuskan untuk menemani dan menjaga Jia Xu. Lagipula, seandainya situasi mereka terbalik juga Jia Xu pasti akan melakukan hal yang sama untuknya.
Baiklah, Jia Xu akhirnya setuju. Dia ingin memesankan Sang Zhi makan malam yang lebih layak daripada cuma roti dan susu, tapi Sang Zhi ngotot menolaknya dengan alasan kalau dia tidak begitu lapar. Dia menegaskan sekali lagi kalau dia sudah bukan anak kecil, kalau dia lapar, dia akan mencari makan sendiri.
Jadilah Sang Zhi memakan rotinya dan susunya dengan lahap sampai pipinya menggembung kayak ikan buntal, dan baru menyadari semenit kemudian kalau Jia Xu sedang memperhatikannya dengan senyum geli seperti sedang menertawainya.
Jia Xu sebenarnya gemas melihat pipinya menggembung imut kayak ikan buntal, tapi Sang Zhi salah paham mengira di mukanya ada sesuatu, makanya dia langsung mengakhiri makannya dan bergegas ke toilet untuk mengecek keadaan dirinya.
Dia jadi ingat kalau Jia Xu belum boleh turun dari ranjang malam ini dan tidak bisa mandi, makanya kemudian dia berinisiatif membawakannya handuk basah. Jia Xu ingin menyeka dirinya sendiri, tapi Sang Zhi tidak setuju, takut jahitan operasinya terbuka kalau Jia Xu banyak bergerak.
Maka jadilah Sang Zhi yang membantunya membasuh wajahnya. Jia Xu santai saja menutup matanya, tidak sadar kalau kedekatan mereka membuat Sang Zhi jadi semakin terpesona padanya. Namun tiba-tiba Jia Xu membuka mata, pandangan mereka bertemu dan waktu seketika membeku.
Bersambung ke episode 10
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam