Episode 8: Bertemu Kembali, Ucapkan Selamat Tinggal Terlebih Dulu.
Sang Zhi mengira dia bakal diomeli lagi oleh orang tuanya, tapi setibanya di rumah, Ayah dan Ibu Sang santai-santai saja, pura-pura tak terjadi apa-apa dan bersikap seolah Sang Zhi cuma baru pulang dari sekolah seperti biasa.
Tapi begitu Sang Zhi masuk kamar, semua orang langsung rapat mendiskusikan masalah ini. Sang Yan meminta kedua orang tuanya untuk tidak perlu membahas masalah ini lagi dan meyakinkan mereka kalau Sang Zhi sudah tahu kalau dia salah.
Dia juga sudah memarahi Sang Zhi sepanjang jalan, jadi tidak perlu dimarahi lebih banyak lagi. Lagipula, Jia Xu bilang kalau si pacar daring itu menolak Sang Zhi. Ditambah dengan sifat Sang Zhi yang sangat menjaga harga diri, Sang Yan yakin banget kalau mereka beneran sudah putus.
Sang Zhi itu, kalau sudah tidak menginginkan sesuatu, dia pasti akan membuangnya jauh-jauh. Namun tetap saja, buat jaga-jaga, mereka harus mengawasi aktivitas Sang Zhi di internet dengan ketat dan menyita HP-nya.
Walaupun sedih, tapi Sang Zhi memang benar-benar bertekad untuk melupakan Jia Xu. Karena itulah, dia dengan berat hati memasukkan semua boneka dan barang-barang pemberian Jia Xu ke dalam kardus dan mengucap selamat tinggal.
Akan tetapi, syukurlah terlepas dari patah hatinya, Sang Zhi tidak kehilangan semangat untuk mencapai impiannya. Dia berusaha melupakan cintanya dengan mengerahkan segenap kekuatannya untuk rajin belajar... hingga setahun kemudian, dia akhirnya berhasil mewujudkan impiannya masuk ke Universitas Yihe. Namun tujuannya sekarang murni untuk belajar dan bukan lagi mengejar mas crush.
Dia juga memiliki 3 teman baru yang sekamar asrama dengannya, dan syukurlah sekarang dia benar-benar memiliki teman-teman yang baik dan mereka saling memanggil satu sama lain dengan mengulang nama mereka. Seperti Sang Zhi yang dipanggil Sang Sang atau Wang Ruo Lan yang dipangil Wang Wang.
Hari ini, Sang Zhi tengah bersepeda dan kebetulan bertemu dengan ketiga teman sekamarnya. Kebetulan tadi Wang Wang tak sengaja kesempret sepeda sehingga buku-bukunya terjatuh. Seorang mahasiswa Fakultas Olahraga bernama Jiang Ming kebetulan ada di sana saat kejadian itu terjadi dan dia dengan gentleman-nya membantu Wang Wang memungut dan membawakan buku-bukunya. Tampak jelas begitu bertemu Sang Zhi, Jiang Ming langsung naksir.
Kebetulan hari ini adalah ultahnya Ning Wei dan dia langsung mengundang semua orang untuk pesta nanti malam, bahkan Jiang Ming yang baru mereka kenal saja dia undang juga, dia bahkan dengan senang hati meminta Jiang Ming untuk mengundang teman-temannya juga.
Perayaan ultah Ning Wei malam itu sangat ramai karena Jiang Ming juga mengundang banyak teman-temannya. Mereka merayakannya di KTV, namun yang tidak Sang Zhi sadar, sebenarnya Jia Xu juga kebetulan sedang ada di sana. Mereka bahkan berpapasan, sayangnya keduanya tidak saling melihat satu sama lain.
Jia Xu juga sedang bersama rekan-rekan kerjanya, dan kita kembali bertemu dengan wanita yang dulu bersamanya ke bandara, tapi... dari sini jelas bahwa dia bukan pacarnya Jia Xu, melainkan atasannya di kantor bernama Jiang Si Yun.
Si Yun bahkan yang paling antusias memperkenalkan Jia Xu pada teman cantiknya, berniat menjodohkan mereka, tapi Jia Xu benar-benar kaku dan menarik batas dengan tetap bersopan santun namun tanpa sedikit pun memperlihatkan ketertarikan pada wanita cantik itu.
Jiang Ming berusaha mendekati Sang Zhi dengan menanyakan segala hal tentang Sang Zhi, dan Sang Zhi santai saja menjawab semuanya tapi jelas dia sama sekali tidak kepikiran tentang alasan Jiang Ming menanyakan semua itu.
Biarpun sekarang Sang Zhi sudah bisa lebih menikmati pesta dibanding dulu, namun seperti sebelumnya, dia tetap tidak betah lama-lama di acara beginian. Namun alih-alih merusak suasana dengan pamit pulang duluan, dia cuma pamit keluar sebentar untuk menghirup udara segar.
Dia langsung saja mengambil jaketnya, namun begitu sampai tangga di luar, dia baru sadar ada benda yang bukan miliknya terjatuh dari saku jasnya, dan benda itu ternyata rokok yang entah siapa menaruhnya di situ, dan tepat saat dia hendak memungutnya, tiba-tiba saja terdengar suara akrab menyapanya...
"Sang Zhi," sapa Jia Xu yang juga kebetulan sedang menghirup udara segar di sana.
Sang Zhi begitu terkejut bertemu dengannya lagi sehingga dia cuma terdiam kaku di sana. Dia baru sadar untuk bergerak saat Jia Xu tiba-tiba memungut rokok itu duluan, mengira kalau itu miliknya, dan jelas dia tidak senang kalau Sang Zhi merokok.
Sang Zhi menyangkal, itu bukan rokoknya, tapi dia akui kalau tadi dia minum sedikit. Sang Zhi sekarang tidak seramah dulu, tidak lagi tersenyum seperti dulu pada Jia Xu. Bahkan dari keluhan Jia Xu, ternyata selama setahun ini Sang Zhi tidak pernah sekalipun membalas pesan-pesannya. Bahkan setelah beberapa lama tinggal di Yihe juga Sang Zhi tidak pernah sekalipun menghubunginya.
Sang Zhi dengan canggung beralasan kalau dia sibuk kuliah sama kerja paruh waktu, makanya tidak ada waktu menemui Jia Xu. Namun Jia Xu tak percaya. Dulu semasa dia kuliah, dia juga sibuk kuliah dan kerja paruh waktu di sana-sini, tapi masih bisa menyempatkan waktu untuk membantu Sang Zhi.
"Dasar tidak tahu balas budi. Anak kecil yang tidak punya hati nurani."
Sang Zhi beralasan kalau dia sangat sibuk karena dia melakukan semua ini di tahun pertamanya yang memang penuh dengan berbagai macam kesibukan, tidak seperti Jia Xu yang dulu sangat sibuk di tahun keempat. Selain itu... Sang Zhi mengingatkan bahwa sekarang dia sudah tumbuh dewasa, bukan anak kecil lagi.
"Bisa tumbuh sebesar apa pun, kau tetaplah anak kecil," geli Jia Xu yang jelas saja membuat Sang Zhi kecewa menyadari Jia Xu hanya menganggapnya anak kecil biarpun dia sudah mencapai umur dewasa secara legal.
Bingung dengan dinginnya sikap Sang Zhi, Jia Xu akhirnya tidak membahas masalah itu lagi dan ganti haluan menanyakan kenapa Sang Zhi belum pulang padahal sekarang sudah hampir jam 10 malam.
Sang Zhi berkata kalau dia akan pulang sekarang, tapi dia dengan tegas menolak diantarkan pulang oleh Jia Xu, beralasan kalau dia akan pulang bersama teman-temannya. Jia Xu kecewa, tapi baiklah.
Canggung, Sang Zhi pun berbalik pergi, tapi Jia Xu tiba-tiba memanggilnya kembali hanya untuk memujinya, "sudah lama tidak bertemu, kau bahkan sudah bisa dandan sekarang. Memang benar terlihat berbeda dari sebelumnya."
Sang Zhi cuma mengiyakannya saja dengan singkat lalu bergegas masuk kembali. Namun ternyata teman-temannya masih akan lama, Sang Zhi khawatir kalau ibunya sebentar lagi menelepon, jadi dia pamit duluan.
Berbeda dari teman-temannya yang dulu yang mempermasalahkan kepergiannya yang lebih cepat, teman-temannya yang sekarang lebih pengertian, malah mereka yang mendorongnya untuk pulang duluan agar Ibunya Sang Zhi tidak mengkhawatirkannya.
Sang Zhi pun keluar sambil menggerutui Jia Xu yang kayak orang tua karena masih menganggapnya anak kecil... dan ternyata didengar oleh Jia Xu yang menunggunya sedari tadi. Pfft! Sang Zhi jadi canggung dan berbohong bahwa bukan Jia Xu yang dia maksud.
"Lalu siapa yang membuatmu mengumpat seperti ini?" tuntut Jia Xu.
"Jia Xu Ge, kau tidak perlu kepo."
Sang Zhi ingin segera menghindarinya, tapi Jia Xu tiba-tiba mengonfrontasi kebohongannya yang tadi bilang mau pulang bersama teman-temannya, tapi ternyata dia mau pulang sendirian sekarang. Jia Xu jelas tidak akan membiarkannya pulang sendirian malam-malam begini, jadi dia memaksa mengantarkan Sang Zhi pulang ke asrama.
Mereka lebih banyak diam sepanjang perjalanan hingga akhirnya Sang Zhi mau juga mulai berbincang dengannya dengan menanyakan rumahnya Jia Xu. Yang tidak disangkanya, ternyata rumahnya Jia Xu berada di area yang berlawanan arah dengan kampusnya, yang itu artinya, Jia Xu bakalan harus putar arah cukup jauh kalau pulang nanti. Sang Zhi jadi tidak enak.
Menyadari sikap dingin Sang Zhi agak mereda, Jia Xu akhirnya menanyakan apa sebenarnya salahnya dia pada Sang Zhi sehingga Sang Zhi bersikap seperti ini terhadapnya. Canggung, Sang Zhi beralasan kalau dia hanya tidak suka Jia Xu memanggilnya sebagai anak kecil.
Jia Xu bingung, "aku kan memang lebih tua lima tahun darimu. Saat kau menikah nanti, bukankah orang tuamu juga akan tetap memandangmu sebagai anak kecil?"
"Jadi maksudnya kau ingin menjadi ayahku?" debat Sang Zhi. Wkwkwk!
Canggung menyadari kekasaran ucapannya, Sang Zhi buru-buru menjelaskan bahwa maksudnya dia sekarang sudah dewasa, kan aneh kalau Jia Xu masih saja menganggapnya anak kecil. Berusaha mencairkan kecanggungan, Sang Zhi cepat-cepat beralih topik menanyakan apa pekerjaannya Jia Xu.
Jia Xu mengaku kalau dia bekerja sebagai developer game, tapi dengan cepat dia mengalihkan topik kembali ke Sang Zhi karena ada sesuatu yang membuatnya penasaran. Dia dengar dari Sang Yan bahwa Sang Yan tidak setuju dengan universitas pilihan Sang Zhi karena Sang Zhi masuk Universitas Yihe demi mengejar pacar online tuanya itu. Pfft!
Sang Zhi menyangkal dengan canggung, dia dan orang tua itu sudah tidak kontak lagi sekarang. Masalah dia memilih Universitas Yihe adalah karena dia ingin masuk ke Jurusan Media Digital terbaik, dan itu adanya di Universitas Yihe, dan berhubung nilainya memenuhi syarat, makanya dia memilih Universitas Yihe.
Alasan kenapa Sang Yan marah adalah karena dia tidak memberitahu Sang Yan sebelumnya tentang universitas pilihannya. Dia cuma memberitahu kedua orang tuanya dan mereka setuju dan mendukungnya.
Dia pikir kalau Sang Yan tidak akan peduli, makanya dia tidak bilang-bilang. Namun setelah Sang Yan tahu kalau dia mendaftar di Universitas Yihe, Sang Yan tiba-tiba mendatanginya dan memulai pertengkaran. Tentu saja Sang Zhi melawannya. Selain itu... Sang Zhi sekali menegaskan bahwa dia SUDAH DEWASA, dia tahu apa yang dia lakukan.
"Ya, Sang Zhi sudah tumbuh besar," geli Jia Xu.
"Tapi kau masih menganggapku sebagai anak kecil," batin Sang Zhi sedih.
Tak lama kemudian, mereka pun tiba di asramanya Sang Zhi. Berhubung Sang Zhi sendirian tanpa keluarganya di kota ini, Jia Xu meyakinkannya untuk mencarinya saja kalau Sang Zhi dalam kesulitan apa pun. Sang Zhi juga boleh mencarinya hanya untuk sekedar makan malam bersama kalau dia ada waktu luang.
Sang Zhi mengiyakannya saja dengan canggung. Jia Xu benar-benar masih sangat perhatian padanya. Jia Xu bahkan membelikannya madu untuk meredakan efek alkohol yang dia minum tadi.
"Oh ya, gege sendirian di sini. Jadi waktu mendengar kau akan datang kuliah di sini, gege senang sekali," aku Jia Xu.
Sang Zhi agak heran dan bingung mendengar ucapannya tapi tidak berani menanyakannya langsung. Jadi dia cuma bisa bertanya-tanya dalam hati dengan kebingungan. Kenapa Jia Xu bilang kalau dia sendirian di sini? Bukankah ini kampung halamannya, tempat keluarganya berada? Bukankah dia juga sudah punya pacar?
Tak lama setelah Jia Xu pergi, dia mengirim chat ke Sang Zhi, memberitahunya untuk tidak pulang sendirian malam-malam, harus cari orang yang dia percaya untuk menemaninya pulang, dan akhirnya, setelah sekian lama, Sang Zhi pun mau membalas pesannya, dan melihat pesan-pesannya Jia Xu yang setahun ini dia abaikan.
Ning Wei ternyata sangat perhatian dengan segala detil, terutama dengan sikap para cowok yang datang ke pesta kemarin. Dia tahu kalau salah satu temannya Jiang Ming selalu menatapnya dengan senyum bodoh (naksir dia), dan menyadari betul kalau Jiang Ming juga naksir sama Sang Zhi.
Makanya sekarang dia langsung menggoda Sang Zhi, apalagi dia tahu kalau kemarin Jiang Ming mengirim pesan ke Sang Zhi saking khawatirnya Sang Zhi pulang sendirian. Sang Zhi malah baru tahu kalau Jiang Ming mengirim pesan padanya, pesan yang hampir mirip dengan pesannya Jia Xu kemarin.
Ning Wei dan yang lain sontak kepo ingin mengetahui pemikiran Sang Zhi terhadap Jiang Ming, dan membujuk Sang Zhi untuk bercerita. Namun yang tidak mereka sangka, mereka malah mendengar curhatan Sang Zhi tentang pria lain.
Sang Zhi tidak secara langsung berterus terang kalau ini cerita tentangnya, malah mengklaim bahwa ini kisah tentang temannya. Jelas teman-temannya tidak cukup bodoh untuk mempercayainya, tapi baiklah, mereka pura-pura saja mempercayainya. Ayo cerita.
Jadi begini, Sang Zhi bercerita bahwa temannya ini sejak kecil menyukai teman gege-nya. Kemudian teman gege-nya ini pacaran sama orang lain, jadi temannya Sang Zhi ini menyerah. Namun baru-baru ini mereka bertemu lagi, dan temannya Sang Zhi ini tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Teman gege-nya ini sudah lulus kuliah dua tahun yang lalu, dan bekerja sebagai developer game. Yu Xin yang juga hobi main game dan mengambil jurusan yang sama, langsung tahu game apa yang dikembangkan oleh si temannya gege itu, soalnya tuh game populer banget. Ini game terbaik saat ini, dan ternyata teman gege-nya Sang Zhi yang membuat game ini? Wah! Yu Xin kagum.
"Aduh, bukan itu intinya sekarang!" protes Ning Wei, "yang penting adalah apakah sekarang orang itu masih punya pacar?"
"Mungkin... tidak," jawab Sang Zhi ragu.
"Err, temanmu ini... apakah masih menyukainya?" tanya Wang Wang.
"Bukan benar-benar suka sih," jawab Sang Zhi rada gengsi.
Kalau begitu, menurut Yu Xin gampang saja sih. Kalau dia suka, ya kejar saja. kalau tidak suka, ya jadi teman biasa saja. Apa yang perlu dipusingkan kalau tidak benar-benar suka. Wang Wang setuju, apa sih yang sebenarnya dipusingkan oleh temannya Sang Zhi itu.
"Dia bingung... apakah gege itu hanya menganggapnya sebagai meimei."
"Temanmu ini, dia umur berapa mulai menyukai si gege itu?"
"Sejak dia SMA."
"Kalau begitu wajar saja. Kau masih kecil waktu itu. Kalau sejak waktu itu dia sudah menyukaimu, berarti dia bermasalah," ujar Yu Xin.
Ning Wei dan yang lain jadi penasaran banget sama si gege itu, dia orang yang seperti apa. Ceritain dong. Sang Zhi dengan senang hati memberitahu mereka ciri-ciri si gege: Tampan, cerdas, kepribadiannya menarik. Pokoknya... dia sangat menawan.
Mendengar itu, Yu Xin dengan santainya mematahkan semangat Sang Zhi dengan menduga bahwa tuh cowok sudah pasti punya cewek. Cowok dengan kualitas seperti itu, tidak mungkin tidak punya pacar. Jelas saja Sang Zhi jadi sebal dan langsung mengakhiri sesi gosip ini.
Bersambung ke episode 9
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam