Episode 5: Diam-diam, Nama Yang Terukir Di Dalam Hatiku.
Tidak ada siapa-siapa di kamar kakaknya. Ow, sepertinya si guru belum datang nih. Sang Zhi senang sekali dan langsung turun sambil menyuruh kakaknya, yang sepertinya sedang memasak di dapur, untuk membuatkannya mie, pakai toping satu telur dan dua sosis.
Dia santai saja berbaring di sofa sambil pura-pura mengeluhkan si guru les baru yang belum datang padahal sudah siang. Jelas tuh orang tidak profesional, jadi bagaimana jika tidak usah mencari guru les baru saja?
Hmm, tapi aneh, kenapa tidak ada jawaban dari dapur? Apa Sang Yan tidak dengar? Dia mencoba menawarkan uang asalkan Sang Yan mau membujuk papa dan mama mereka untuk tidak mencari guru les lagi.
Namun tepat saat itu juga, Sang Yan tiba-tiba baru turun dari kamarnya. Lah? Terus siapa yang lagi masak di dapur?... OMG! Jia Xu! Duh, malunya! Sang Zhi sontak menyembunyikan diri di balik sofa.
Parahnya lagi, Sang Yan baru memberitahu bahwa guru les barunya ternyata Jia Xu. Dia bahkan sudah datang sejak pagi, tapi Sang Zhi yang ketiduran sampai kesiangan.
Tapi Jia Xu santai saja menghadapi semua keluhan Sang Zhi tentang masalah guru lesnya tadi, dia bahkan sudah berbaik hati memasakkan mie sesuai pesanan Sang Zhi, pakai satu telur dan dua sosis, dan tidak mengatakan apa pun selama makan, malah Sang Zhi sendiri yang salting.
Namun tentu saja, fakta kalau mas crush yang jadi gurunya membuat Sang Zhi seketika berubah pikiran, tidak jadi kabur, malah sekarang dia jadi semangat untuk belajar. Tapi saat dia sudah semangat untuk belajar, gurunya malah lagi asyik main game sama kakaknya. Gimana sih?
Jia Xu dengan sabar menjelaskan agar dia menunggu mereka selesai main, baru nanti belajar. Sang Zhi pun langsung menurut dengan patuh. Biar Sang Zhi tidak mengganggu mereka terus, dia memberikan CV-nya pada Sang Zhi untuk dia baca biar Sang Zhi mengetahui kalau dia sangat profesional. Jadi Sang Zhi tidak boleh menggantinya dengan guru les lain.
Sang Zhi senang banget karena berkat CV itu, dia akhirnya bisa mengetahui ketiga huruf (Mandarin) dari nama Duan Jia Xu. Mumpung kedua pria terlalu fokus pada game mereka, Sang Zhi memanfaatkan kesempatan ini untuk memotreti mas crush yang tampan menawan secara diam-diam.
Awalnya tidak ketahuan, tapi dia keasyikan sampai tidak sadar kalau kedua pria sudah selesai main. Jia Xu yang memergokinya, santai saja pasang pose untuknya, membuat Sang Zhi seketika mengakhiri kegiatannya dengan canggung.
Sang Yan sama sekali tidak kepikiran kalau adiknya naksir temannya, malah mengira kalau Sang Zhi memotret mereka untuk mengadukan mereka ke papa dan mama. Sang Zhi menyangkal dan dengan canggung dan beralasan kalau dia cuma mau menunjukkan wajah kakaknya pada temannya. Ada temannya yang bilang kalau kakaknya sangat tampan... makanya dia memotret Jia Xu Ge yang tampan. Pfft!
Sang Yan langsung kesal mau menaboknya, tapi Sang Zhi langsung bergegas kabur, naik ke kamarnya Sang Yan, dan Jia Xu pun dengan cepat mencegah Sang Yan mengejar Sang Zhi. Namun Sang Yan sendiri juga tidak bisa marah terlalu lama pada adiknya yang imut itu.
Sekarang karena sudah mengetahui penulisan nama Jia Xu, Sang Zhi pun mengubah nama kontak Jia Xu dari yang awalnya Duan XX (karena sebelumnya dia tidak mengetahui penulisan nama Mandarin Jia Xu yang benar), sekarang menjadi Jia Xu Ge (Kak Jia Xu).
Tak lama kemudian, Jia Xu akhirnya datang menemui Sang Zhi di kamarnya Sang Yan dengan membawa buku-buku. Waktunya belajar. Tapi... dia masih penasaran dengan hasil jepretan Sang Zhi tadi.
Sang Zhi jelas tidak mau, malu... makanya dia langsung bergegas mengalihkan topik dan mengajak Jia Xu untuk mulai belajar sekarang juga. Dia sangat ingin belajar hari ini. Pfft! Mendadak sekali semangat belajarnya bangkit.
Memang beda sekali saat belajar bersama kakak dengan belajar bersama mas crush. Sang Zhi dengan patuh mendengarkan ajaran mas crush.
Masalahnya, jawaban-jawaban Sang Zhi dalam ujian fisikanya benar-benar hancur, banyak yang salah dan cuma dijawab asal-asalan.
Jelas Sang Zhi tidak menyimak ajaran guru fisika selama pelajaran. Jia Xu tidak senang. Dulu kan dia sudah pernah menasehati Sang Zhi untuk menyimak pelajaran dengan baik.
"Itu kan sudah sangat lama," santai Sang Zhi.
"Jadi maksudmu aku harus mengingatkanmu setiap hari?"
"Apa boleh?" tanya Sang Zhi antusias.
Hadeh! Jia Xu pusing. Dia langsung memerintahkan Sang Zhi untuk membuka buku fisikanya dan mulai mengajarinya hal-hal yang kurang atau sama sekali tidak dia pahami. Ditambah dengan cara mengajarnya yang memang lebih menyenangkan dibandingkan cara ajar Sang Yan, Sang Zhi jadi semakin semangat belajar.
Bahkan sekarang Sang Zhi merasa les cuma 3 hari dalam seminggu itu terlalu sedikit, maunya belajar setiap hari bersama mas crush. Sayangnya tidak bisa karena Jia Xu harus magang 4 hari dalam seminggu, sisa 3 harinya dia kasihkan khusus untuk Sang Zhi.
Sambil belajar, Sang Zhi sekalian tanya-tanya tentang Jia Xu. Tentang kenapa dia lebih memilih kuliah di Nanwu padahal Universitas Yihe juga tak kalah bagus.
Pertanyaan itu kontan membuat Jia Xu tampak murung, tapi dengan cepat dia beralasan kalau dia cuma ingin menjelajah tempat lain, dia tidak mau terus menetap di Yihe.
Kenapa dia memilih Nanwu? Karena Nanwu memiliki industri game yang berkembang paling pesat, dan impian Jia Xu adalah bekerja di industri game.
Keesokan harinya, Sang Zhi memperhatikan Jia Xu kurang tidur karena lembur sampai larut malam. Prihatin, Sang Zhi pun usul agar dia mengerjakan soal dulu saja biar Jia Xu bisa tidur sebentar.
Jia Xu setuju dan akhirnya dia tertidur di sofa. Namun nyatanya, Sang Zhi bahkan tidak belajar, malah diam-diam menggambar wajah tampan Jia Xu yang sedang tidur nyenyak, dijadikan gambar kartun yang imut.
Saking asyiknya menggambar, dia sampai tidak sadar saat Jia Xu bangun tak lama kemudian. Jelas saja begitu menyadari kalau Sang Zhi ternyata tidak belajar, Jia Xu langsung menoyor kepalanya, tapi Jia Xu tidak terlalu memperhatikan apa yang Sang Zhi gambar dan lebih fokus memeriksa soal jawaban Sang Zhi.
Tapi ternyata jawaban Sang Zhi masih banyak yang salah, Jia Xu jadi merasa gagal sebagai guru. Sontak saja ucapannya itu membuat Sang Zhi panik tak ingin Jia Xu berhenti jadi gurunya, makanya dia buru-buru meyakinkan Jia Xu bahwa masalah utamanya adalah pada dirinya sendiri yang memang tidak berminat pada fisika. Jia Xu sama sekali tidak salah, cara ajarnya sangat bagus kok.
Mendengar itu, Jia Xu punya ide bagus untuk menarik minat Sang Zhi terhadap fisika. Yaitu, mengajak Sang Zhi, dan Sang Yan pastinya, ke museum sains. Bahkan dia sendiri yang berinisiatif memberi uang pada Sang Yan untuk membeli tiket masuk untuk 3 orang.
Tapi dasar Sang Yan, dia malah cuma membeli 2 tiket masuk karena tidak mau ikutan, tapi juga menolak mengembalikan uang sisanya Jia Xu, malah menggunakan itu untuk pergi sendiri main game di warnet.
Jadilah Sang Zhi dan Jia Xu masuk berdua saja. Sang Zhi senang sekali, apalagi ini pertama kalinya dia ke tempat ini, dia juga bisa belajar sambil bermain bersama mas crush.
Jia Xu dengan sabar menasehati Sang Zhi untuk menyeimbangkan sekolah dengan hobinya. Belajar yang serius. Karena siapa tahu, suatu hari nanti impian dan keinginan Sang Zhi hanya bisa dicapai melalui belajar.
Ngomong-ngomong tentang itu, Sang Zhi penasaran dengan Jia Xu. Dulu saat Jia Xu seumurannya, Jia Xu pasti akan yang suka memberontak. Soalnya kan Jia Xu suka main game.
"Suka main game artinya suka memberontak?" Jia Xu tidak terima dengan tuduhannya. Malah sebaliknya, dulu kalau bisa main game satu jam seminggu saja, dia sudah sangat senang, "waktu itu, aku bermain game untuk kabur dari hal negatif di dunia nyata. Beristirahat dulu."
Aww, hidupnya sepertinya sulit. Walaupun dia bicara sambil tersenyum, tapi tampak jelas ada raut kesedihan di wajahnya. Game adalah hiburan dan pembawa kebahagiaan dalam hidupnya, karena itulah dia sangat menyukai game dan bekerja keras untuk meniti karir di industri yang disukainya tersebut, ingin membuat game-nya sendiri dan menyebarkan kebahagiaan yang sama pada banyak orang lain.
Mendengar semua itu, Sang Zhi jadi semakin kagum padanya dan berjanji bahwa dia akan belajar dengan giat dan serius agar dia juga bisa menemukan impiannya sendiri.
"Tapi Gege juga harus semangat. Karena aku merasa kalau kau akan segera bisa mewujudkan impianmu."
"Kau percaya padaku? Kalau begitu, kita berjuang bersama dan giat bersama."
"Oke."
Mereka pun menyepakatinya dengan berjanji jari kelingking. Tak lama kemudian saat Jia Xu kembali dari membeli minuman untuk mereka berdua, dia mendapati Sang Zhi sednag menggambar. Entah apa yang dia gambar, tapi langsung dia sembunyikan begitu Jia Xu muncul.
Menyadari kalau Sang Zhi sangat suka melukis, Jia Xu mendukung hobinya tersebut. Menggambar itu butuh imajinasi yang tinggi. Selain itu, Jia Xu selalu merasa bahwa pelukis itu adalah orang yang penuh kebaikan terhadap dunia, mereka merekam hal-hal yang indah di dunia ini melalui lukisan mereka.
Namun Sang Zhi lebih tertarik membahas masalah lain, lalu tiba-tiba saja dia meminta Jia Xu untuk tidak pacaran. Hah? Jia Xu jelas bingung apa maksudnya dan kenapa dia tidak boleh pacaran.
Canggung, Sang Zhi dengan cepat beralasan bahwa dia meminta Jia Xu untuk tidak pacaran karena pacaran bisa saja menghambat Jia Xu untuk meraih impiannya. Selain itu... kalau Jia Xu punya pacar, Jia Xu mungkin tidak akan sebaik ini padanya lagi.
"Sekarang kau tahu kalau aku sangat baik padamu? Kenapa juga kau berpikir terlalu jauh. Siapa tahu setelah dua tahun tidak bertemu denganku, kau malah akan melupakanku. Begini saja, kelak aku akan mencari pacar yang bersikap lembut dan baik padamu. Dengan begitu, akan bertambah satu orang yang baik padamu."
Hadeh! Kan bukan itu yang Sang Zhi inginkan. Namun karena dia juga tidak bisa berterus terang tentang perasaannya, jadi terpaksa dia mengiyakannya. Tapi...jika nanti Jia Xu sudah menemukan pacar, Sang Zhi memintanya untuk memperlihatkan pacarnya itu terlebih dulu padanya. Geli, Jia Xu setuju untuk memperlihatkan pacarnya pada Sang Zhi kalau dia sudah punya pacar nanti. Oke, sepakat.
Sudah waktunya pulang, merekapun bergegas beranjak bangkit untuk menemui Sang Yan yang sudah menunggu di depan. Tepat saat itu juga, Jia Xu mendapatkan panggilan kerja dari rekannya yang meminta revisi laporan.
Karena dadakan dan mendesak, Jia Xu akhirnya tidak bisa ikut pulang bersama mereka dan langsung mengerjakan laporannya di sini sekarang juga.
Namun setibanya di rumah, Sang Zhi mendadak panik karena tak menemukan buku gambarnya, baru ingat kalau tadi dia menaruhnya sembarangan saat menyembunyikannya dari Jia Xu dan lupa mengambilnya saat pulang.
Sang Yan santai saja, sama sekali tidak merasa itu benda penting untuk dicari kembali malam-malam begini. Tapi bagi Sang Zhi itu benda penting. Dia langsung menelepon pihak museum dan mengonfirmasi bahwa buku gambarnya benar ketinggalan di museum... dan mereka menitipkannya ke Jia Xu.
Waduh! Sang Zhi jadi tambah galau, takut Jia Xu mengintip buku gambarnya itu. Kalau Jia Xu sampai melihatnya, sudah pasti Jia Xu akan tahu kalau dia naksir Jia Xu karena buku gambar itu dipenuhi oleh gambar-gambar kartun tentang segala kenangannya bersama Jia Xu. Dia harus bagaimana kalau sampai ketahuan Jia Xu?
Keesokan paginya, Sang Yan menyerahkan buku gambar itu ke Sang Zhi. Jia Xu tadi mampir sebentar hanya untuk menyerahkan buku gambar ini. Masalah apakah Jia Xu melihat isinya atau tidak, dia tidak tahu.
Hadeh! Sang Zhi jadi tambah panik, meyakini kalau sikap Jia Xu yang tidak menyerahkan buku gambar ini langsung padanya, pasti karena Jia Xu sudah melihat isi buku gambar ini. Harus bagaimana?... Ah! Sang Zhi mendadak mendapat ide.
Malam harinya, Sang Yan tiba-tiba kembali ke asrama, soalnya dia lagi sumpek di rumah. Rumah lagi kacau... gara-gara adiknya ternyata sudah punya pacar. HAH? Orang tua mereka jelas tidak setuju, makanya Sang Zhi sekarang sedang dimarahi habis-habisan.
Apalagi pacarnya Sang Zhi tuh pacar online yang nggak jelas orangnya. Sang Yan tidak peduli dengan orang lain, tapi jelas dia tidak akan membiarkan adiknya pacaran terlalu dini, apalagi sama orang yang nggak jelas identitasnya. Pokoknya dia harus membuat mereka putus!
Tidak ada yang tahu kalau Sang Zhi sebenarnya cuma mengarang cerita saja saking paniknya mengira kalau Jia Xu sudah mengetahui perasaannya padanya, menggunakan cara ini sebagai cara agar Jia Xu tidak lagi mengira kalau orang yang dia gambar adalah dirinya.
Hmm, tapi sepertinya Sang Zhi cuma salah paham. Jelas sekali dari reaksi kagetnya saat mendengar Sang Zhi punya pacar. Jia Xu tidak pernah mengintip isi buku gambarnya Sang Zhi.
Karena kekacauan di rumah keluarga Sang, Jia Xu baru datang beberapa hari kemudian dan langsung menginterogasi Sang Zhi yang sedang menyembunyikan wajahnya dari Jia Xu saking malunya.
Pastinya yang dia tanya adalah masalah seputar pacar oline-nya itu. Heran dia, Sang Zhi melarangnya pacaran, lah dia sendiri malah pacaran. Orang mana pacar online-nya itu? Mereka kenalan di mana? Berapa umurnya?
Sang Zhi agak bingung bagaimana menjawabnya awalnya, namun kemudian Sang Zhi mulai menjawab berdasarkan ciri-cirinya Jia Xu, tapi dia menjawabnya dengan agak misterius biar tidak dicurigai, bahwa pacar online-nya itu berasal dari Yihe dan hampir lulus kuliah.
Beuh! Jia Xu jelas langsung tidak setuju mendengar Sang Zhi, yang notabene masih di bawah umur, pacaran sama 'orang tua'. (Pfft! Mas crush nggak sadar kalau dia sedang menghina dirinya sendiri). Dia langsung menuntut Sang Zhi untuk memberikan nomor HP orang itu, dia juga berasal dari Yihe, jadi dia mau bicara sama orang itu.
Tapi tentu saja Sang Zhi tidak bisa memberikannya. Jia Xu dengan sabar menasehati Sang Zhi untuk tidak pacaran saat masih SMA, dia masih kecil, masalah ini mungkin saja bisa melukainya. Nanti kalau dia sudah kuliah, sudah dewasa, dia bebas melakukan apa pun, tidak akan ada yang melarang.
"Tapi aku tidak bisa menahan godaan," debat Sang Zhi. Pfft!
Bersambung ke episode 6
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam