Sinopsis New Life Begins Episode 39 - Part 2

Yang jadi masalah sekarang, biarpun Nyonya He menyukai idenya, tapi Bibi Yan sulit sekali dibujuk karena masih memegang teguh ajaran dan prinsip kuno tentang wanita. Tapi tentu saja Li Wei takkan pernah menyerah begitu saja.

Hari itu juga, dia langsung mengerahkan semua teman-temannya untuk bicara dan membujuk Bibi Yan sembari menyuapnya dengan makanan restoran mereka. Awalnya memang sulit, Shangguan Jing, Hao Jia dan Hai Tang bahkan sampai harus memaksa dan mengancam Bibi Yan untuk memakan semua makanan ini.

Sebenarnya mereka tidak benar-benar ingin menyiksa Bibi Yan sih, mereka cuma berniat menunjukkan pada Bibi Yan bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang suka dipaksa. Termasuk dipaksa untuk makan, orang hanya bisa menikmati makanan jika mereka makan sesuai kemauan mereka sendiri.

Karena itulah, Li Wei dengan sopan meminta Bibi Yan untuk membantu mereka mencicipi dan menilai makanan restoran mereka ini. Apakah Bibi Yan bersedia? Bibi Yan masih bermuka masam, tapi akhirnya, dia mau juga mulai mencicipi makanan-makanan itu, dan tampak jelas dari ekspresinya kalau dia menyukai makanan-makanan itu, terutama saus-saus buatan Li Wei.

Mereka meminta maaf atas sikap mereka yang menakut-nakuti Bibi Yan tadi sebelum kemudian mulai membahas tentang masa lalu Bibi Yan yang ternyata dulu pernah membiarkan seorang pelayan istana keluar dari istana.

Yang jadi masalah dulu, gadis tersebut berakhir tragis karena tidak pernah mempelajari aturan wanita dengan benar. Akibatnya, dia tidak disayang oleh keluarga suaminya hingga pada akhirnya dia meninggal dunia karena sakit kurang dari setahun.

Karena itulah Bibi Yan mendidik para wanita di Sekolah Inner Garden dengan keras demi mempersiapkan mereka untuk menghadapi kerasnya rintangan kehidupan yang akan mereka hadapi di masa depan. Aww, ternyata Bibi Yan tidak seburuk itu. 

Tapi, Hao Jia penasaran, apakah Bibi Yan sungguh-sungguh setuju dengan semua aturan wanita? Hao Jia rasa tidak, iya kan? Dulu Hao Jia sangat menuruti aturan demi mendapatkan keuntungan? Tapi apa? Terus menerus mengalah justru membuatnya tidak mendapatkan keuntungan apa pun.

"Kebahagiaan sesungguhnya hanya bisa dibuat oleh diri kita sendiri. Pelajari lebih banyak kemampuan, maka tidak perlu bergantung pada orang lain."

Hai Tang meyakinkan Bibi Yan bahwa kedudukan Bibi Yan tidak akan pernah berubah terlepas dari apa pun perubahan yang terjadi pada Sekolah Inner Garden. Li Wei mengerti kekhawatiran Bibi Yan, terkadang menaati aturan bisa mendatangkan lebih banyak keuntungan. 

Tapi, sekarang zaman sudah berubah, segalanya sudah tidak sama seperti dulu... "kami bersedia mengikuti perubahan, kami tidak takut dengan perubahan. Apakah Bibi bersedia memberi kami kesempatan?"


Bibi tidak langsung bilang iya, tapi dia menjawab pertanyaan Li Wei dengan kembali memakan makanannya dan terus terang memuji saus-saus buatannya Li Wei. Senang, Li Wei janji akan membawakan lebih banyak lain kali. Yang lain pun langsung bergantian memberikan berbagai lauk untuk Bibi Yan.
 
Sudah tengah malam saat akhirnya Li Wei pulang. Dia membawa snack untuk Yin Zheng, tapi ternyata Yin Zheng sudah tidur. Errr... lebih tepatnya sih, pura-pura tidur. Saat Li Wei naik ke kasur, Yin Zheng mendadak menangkapnya. 

"Kenapa kau pulang lebih malam dariku? Lancar, tidak?"

"Tidak bisa bersikap keras pada Bibi Yan, ada sedikit masalah, tapi sudah berhasil diselesaikan."

"Istriku memang hebat."

Li Wei menyuruhnya cepat tidur biar besok tidak kesiangan. Tapi biarpun sekarang sudah tengah malam dan mungkin dirinya sendiri capek, Yin Zheng tidak akan melewatkan momen berduaan mereka dan langsung membawa Li Wei ke dalam selimut bersamanya.
 


Tak lama setelah itu, Yin Zheng dan Li Wei tetap saja tidak ada yang mau tidur. Sekarang ini Yin Zheng sangat sibuk luar biasa sehingga mereka jarang bisa bertemu, Li Wei sangat merindukan suaminya.

Dia punya ide. Bagaimana kalau Yin Zheng membuat jadwal harian? Buat jadwal yang sangat detil sampai ke setiap menitnya. Orang-orang yang ingin bertemu Yin Zheng harus membuat janji dulu, kapan dan berapa lama waktu pertemuannya, harus diatur dengan sedetil-detilnya.

Atur juga jadwal makan agar Yin Zheng tidak akan melewatkan jam makan. Dengan begitu, Li Wei juga bisa mengetahui kapan waktu kosongnya Yin Zheng sehingga dia akan bisa meluangkan waktu untuk bertemu Yin Zheng biarpun cuma 15 menit.

"15 menit? Itu tidak cukup," ujar Yin Zheng penuh arti. Pfft!


Li Wei kan jadi malu, mau tidur saja. Menurut Yin Zheng, seharusnya Li Wei juga membuat jadwal terperinci soalnya Li Wei sendiri sangat sibuk sekarang, biar dia juga mengetahui jadwalnya Li Wei. Li Wei setuju. Baiklah, tidur!
 
 
Tuan Besar sudah pulang dari inspeksi ke seluruh negeri dan sangat puas dengan kinerja Yin Zheng selama Yin Zheng menggantikan posisinya. Inovasi-inovasi yang dibawa Yin Zheng, terutama yang terkait tentang wanita, sukses menyebar ke wilayah-wilayah lain, bahkan bisa dibilang, wilayah lain lebih sukses mengembangkan ide-idenya Yin Zheng.

Yin Zheng meyakinkan bahwa asalkan Tuan Besar memberi izin dan mengeluarkan titah, Yin Zheng akan berusaha membuat Xinchuan menjadi lebih maju dan lebih sukses daripada wilayah-wilayah lain.
Tuan Besar setuju dan menyerahkan masalah ini sepenuhnya pada Yin Zheng.
 
Yang itu artinya, Yin Zheng bisa terus menjadi regent (pemangku raja). Tuan Besar akan membiarkan Yin Zheng latihan memerintah negara dengan menjadi regent karena Tuan Besar berniat untuk pensiun dan turun tahta. Tercengang sesaat, Yin Zheng cepat-cepat menguasai diri dan dengan mantap menerima titah tersebut.
 
Yin Jun yang sedari tadi bersama mereka, turut senang untuk Yin Zheng. Dia benar-benar sudah berubah sekarang dan setulus hati meminta maaf pada Yin Zheng atas apa yang dia lakukan pada Yin Zheng di Canghe. 

Terkait peredaran mata uang baru, dia tahu bahwa Yin Zheng pasti ada maksud pribadi dalam proyek ini, tapi setelah ikut inspeksi bersama Tuan Besar ke seluruh negeri, dia akui bahwa Yin Zheng lebih banyak melakukannya demi kebaikan masyarakat luas.

Yin Jun akui bahwa dia kagum pada Yin Zheng. Yin Zheng punya banyak pilihan untuk bisa mencapai posisinya yang sekarang ini, namun Yin Zheng lebih memilih jalan yang paling sulit.
 
 
Yin Zheng sendiri sudah tidak ada dendam padanya. Yin Jun sebenarnya diperintahkan Tuan Besar untuk kembali bekerja di Kementerian Ritus, tapi Yin Zheng sekarang ingin memindahkannya ke Departemen Urusan Sembilan Wilayah.

Yin Zheng mengakui bahwa Yin Jun ahli dalam hal menjalin relasi, dan itu adalah kemampuan yang paling dibutuhkan Departemen Urusan Sembilan Wilayah. Yin Zheng percaya bahwa Yin Jun akan bisa mendapatkan pencapaian besar di Departemen Urusan Sembilan Wilayah.

Tercengang mendengar Yin Zheng bersedia mempercayainya setelah apa yang dia lakukan pada Yin Zheng, Yin Jun pun bersedia menerima pemindahan itu. Akhirnya, hubungan kedua saudara itu pun mulai membaik sekarang.
 
 
Yin Zheng sedang sibuk membaca dokumennya saat dia menyadari ada satu dokumen yang paling beda, karena itu sebenarnya surat dari sang istri tercinta yang mengingatkannya untuk tidak lupa makan sesibuk apa pun dia dan mengundangnya untuk jalan-jalan santai menikmati musim semi dua hari lagi yang merupakan jam kosongnya Yin Zheng. 

Yin Zheng lalu membalas pesannya, menyetujui undangan Li Wei. Dia mengirimkan surat balasannya dengan disertai memberikan sepiring lauk kesukaannya untuk Li Wei.
 


Li Wei sendiri sedang sibuk mengurus daftar para pelayan istana baru. Sesuai aturan lama, Bibi menulis nama para pelayan baru yang paling cantik di bagian paling terakhir karena biasanya para istri tuan muda tidak suka sama pelayan yang cantik, takut suaminya terpikat.

Tapi tentu saja Li Wei tidak akan mempermasalahkan hal itu, dia menolak menilai pelayan baru hanya dari fisik karena menurutnya, karakter dan kemampuan adalah yang paling penting. Masalah pelayan yang cantik, Li Wei percaya pada suaminya.
 
 
Tepat saat itu juga, Su Shen datang mengantarkan pesan balasan Yin Zheng dan lauk pemberiannya. Itu sontak membuat dua pelayan langsung bergosip mengagumi hubungan romantis tuan dan nyonya mereka. Li Wei juga membalasnya dengan mengirimkan lauk lain yang juga kesukaan Yin Zheng. 
 

 
Yin Zheng berniat mau membalas pakai surat lagi, tapi cuma dua kata, dan itu sontak membuat Su Shen protes meminta Yin Zheng untuk menulis agak banyakan dikit, soalnya dia capek bolak-balik. (Pfft! Kasihan Su Shen)

Yin Zheng akhirnya memutuskan urung membalas surat dan hanya menyuruh Su Shen untuk menyiapkan kereta kuda dua hari lagi, dia akan membawa Li Wei ke suatu tempat. Ke mana? Rahasia dong.
 

Dua hari kemudian, Yin Zheng akhirnya membawa Li Wei ke sebuah gunung yang pemandangannya cukup indah. Yin Zheng memberitahu bahwa di sinilah mereka berdua akan dikubur. Hah? Li Wei sampai kaget mendengarnya. Apa Yin Zheng sakit? Tapi dia tidak demam kok. Masalah mati, itu kan baru akan terjadi bertahun-tahun mendatang.

Yin Zheng menjelaskan maksudnya, "aku ingin hidup bersamamu, mati bersamamu, tidak terpisah sampai rambut kita memutih."
 
 
"Ini namanya bukan tidak terpisah sampai rambut memutih, melainkan tidak terpisah sampai jadi tulang belulang. Tuan Muda Keenam memang beda dari yang lain. Romantismemu juga beda dari orang lain."

"Kau belum bilang kau bersedia atau tidak."

"Hmmm... bersedia. Bersedia bersama denganmu selamanya."

Bersambung ke episode 40

Post a Comment

0 Comments