Sinopsis New Life Begins Episode 38 - Part 2

Bahkan malam harinya, Ayah melarang Yin Zheng tidur sekamar dengan Li Wei dengan alasan tradisi Jichuan memang begitu. Tapi tidak masalah bagi Yin Zheng karena dia memang ingin ngobrol berdua dengan Ayah. 

Dia meyakinkan Ayah bahwa dia mengerti kekhawatiran Ayah yang pasti berpikir kalau dia cowok manja dan tidka bisa apa-apa hanya karena dia seorang Tuan Muda. Tapi dia meyakinkan Ayah bahwa dia bisa diandalkan dan pasti akan menjaga dan melindungi Li Wei dengan baik di Xinchuan.

Ayah ngotot menolak mempercayainya, jadi keesokan harinya, dia sengaja mengetes Yin Zheng dengan menyuruhnya melakukan berbagai pekerjaan rumah yang dia pikir tidak akan mungkin bisa dilakukan oleh seorang Tuan Muda seperti Yin Zheng.

Namun yang tak disangkanya, Yin Zheng malah melakukan segalanya dengan sempurna sampai Ayah kebingungan sendiri. Saat dia menyuruh Yin Zheng mengambil telur ayam di kandang ayam, Yin Zheng dengan penuh keberanian bertarung dengan mama-mama ayam hingga dia berhasil mendapatkan beberapa butir ayam. Ayah jadi kesal, jadi dia menolak mengakui keberhasilannya.

Saat dia menyuruh Yin Zheng mengapak kayu bakar, Yin Zheng langsung berhasil melakukannya hanya dengan satu kali percobaan padahal Ayah sendiri saja gagal. Hehe. Tidak terima, Ayah terus menerus menyuruh Yin Zheng mengapak kayu dan Yin Zheng tetap bisa mengapak semuanya dengan baik.

Hadeh! Ayah sampai frustasi karena tidak menemukan kelemahan Yin Zheng... hingga akhirnya dia asal mengkritik Yin Zheng dengan mengklaim bahwa mengapak kayu itu harus ada iramanya dan berhubung Yin Zheng tidak bisa mengapak sesuai irama yang baik dan benar, berarti Yin Zheng gagal. (Pfft! Gendang kali harus ada irama)

Berhubung Ayah tidak bisa menemukan kekurangan Yin Zheng dengan pekerjaan rumah, jadi sekarang Ayah ganti haluan menyuruh Yin Zheng untuk mencari bunga padoga di gunung serigala dengan alasan Li Wei suka makan camilan dari bunga pagoda. Dia berkata kalau Yin Zheng berhasil, maka itu artinya dia lulus ujian.

Sebenarnya Ayah cuma ingin menakut-nakutinya, soalnya gunung seringala itu berbahaya karena banyak serigala, dengan harapan Yin Zheng akan menyerah. Tapi Yin Zheng malah terlalu bersemangat untuk lulus ujian dan langsung melesat pergi sebelum ada yang bisa menghentikannya.

Namun bahkan sampai petang, Yin Zheng masih belum pulang. Jelas saja saat Ibu dan Li Wei pulang dan mengetahui masalah ini, Ibu langsung memarahi Ayah habis-habisan dan Li Wei cemas setengah mati.

Untungnya di tengah kepanikan mereka, Yin Zheng akhirnya pulang juga dengan dikawal dua orang pemburu dalam keadaan kaki terluka kena cakar serigala. Tadi saat dua pemburu tersebut mencari Yin Zheng, mereka malah bertemu dengan serigala. Yin Zheng-lah yang melindungi mereka sehingga kakinya terluka. 

Li Wei sampai menangis sedih karenanya. Tapi Yin Zheng seperti biasanya, meremehkan lukanya, malah merasa bersalah karena cuma berhasil menyelamatkan sedikit bunga pagoda.

Ayah jadi merasa bersalah pada Yin Zheng dan langsung membantunya mengobatinya. Ibu juga meminta maaf atas perbuatan Ayah pada Yin Zheng selama seharian ini. Ayah memang agak kelewatan dalam masalah melindungi putri tunggalnya.

Tapi Yin Zheng sama sekali tak mempermasalahkannya, malah membela Ayah. Ibu meyakinkan Yin Zheng bahwa Ayah sebenarnya sudah mengakui Yin Zheng kok di dalam hatinya, hanya saja, Ayah punya banyak kekhawatiran dalam hatinya.

Yin Zheng menawarkan sebuah solusi untuk menenangkan kekhawatiran Ayah. Dia ingin membangunkan rumah untuk mereka di Xinchuan agar mereka bisa berkunjung dan tinggal kapan saja dan bisa mengawasinya juga.

Tapi Ayah masih belum bisa tenang. Sekarang Yin Zheng menyukai Li Wei, makanya dia rela melakukan atau menyetujui apa pun. Tapi setiap 3 tahun sekali akan ada pemilihan wanita baru. Li Wei harus bagaimana nanti?


Ibu percaya dan yakin bahwa putri mereka pasti akan bisa membuat keputusan sendiri jikalau suatu hari akan ada perubahan dalam pernikahannya. Yin Zheng setuju, Li Wei benar-benar wanita yang berkemampuan dan mandiri. 

Li Wei bahkan berhasil mengembangkan bisnis restoran dan mendapatkan banyak uang dari situ. Malah, penghasilan Li Wei jauh lebih besar daripada gaji yang didapat para tuan muda dari pemerintah. Dengan kemampuannya, Li Wei tidak akan mudah ditindas. Jadi Ayah dan Ibu tidak perlu khawatir.

Ibu penasaran dengan masalah Li Wei berbisnis ini. Soalnya tradisi Xinchuan kan biasanya melarang wanita berbisnis. Li Wei bisa melakukan itu, pasti karena Yin Zheng banyak membantunya. Ibu penasaran apakah Yin Zheng tidak keberatan Li Wei berbisnis di luar?

"Li Wei adalah milik dirinya sendiri. Dia ingin berbisnis di luar, aku punya hak apa untuk melarangnya. Meskipun dia polos, tapi dia sangat berpendirian. Aku tahu kalian masih butuh waktu untuk mempercayaiku, tapi kalian bisa memercayai Li Wei. Dia tidak akan membiarkan dirinya ditindas."

Ayah dan Ibu benar-benar suka dan puas mendengar jawabannya. Apalagi kemudian Yin Zheng bersedia melakukan tradisi pernikahan ala Jichuan, mendaftarkan pernikahan mereka di kabupaten dan bersedia bersumpah bahwa dia tidak akan pernah mengambil istri lain di Kuil Yuelao yang terkenal sangat manjur. Siapa pun yang melanggar sumpah di sana, maka hidupnya akan sengsara seumur hidup.

Ayah begitu tercengang mendengar seorang tuan muda Xinchuan bersedia melakukan tradisi mereka. Tapi itu pula yang akhirnya membuat hatinya luluh hingga akhirnya dia menyetujuinya pernikahan mereka.

Keesokan paginya, Yin Zheng membawa Li Wei keluar pagi-pagi sekali dengan alasan jalan-jalan. Jichuan benar-benar daerah yang sederhana. Orang-orangnya juga santuy sekali, bahkan para pedagang masih tidur di kios masing-masing tapi dagangan mereka tetap buka. 

Jadi saat Yin Zheng dan Li Wei mau beli mantau untuk sarapan, mereka langsung mengambilnya dan meletakkan uangnya di kotak tanpa membangunkan pedagangnya. Yin Zheng jadi penasaran apakah Kuil Yuelao juga belum buka?

"Kuil Yuelao seharusnya sudah buka..." Li Wei akhirnya sadar ke mana sebenarnya arah tujuan mereka dan langsung tercengang, "kita mau ke Kuil Yuelao?"

"Ayah Mertua sudah setuju. Kubawa kau ke Kuil Yueloa untuk bersumpah."

Yin Zheng pun langsung menggandeng tangan Li Wei dan membawanya pergi ke Kuil Yuelao. Tapi sebelum mereka bersumpah, Yin Zheng memberitahu Li Wei bahwa dia sudah resmi diangkat sebagai penerus tahta, yang itu artinya kehidupan selanjutnya akan semakin sulit dilewati dan Li Wei harus menetap di Xinchuan selamanya. Jadi, sekarang ada kesempatan paling terakhir Li Wei untuk berpaling pergi. 

Namun bahkan sebelum dia selesai bicara, Li Wei dengan mantap menjawab, "aku bersedia. Aku bersedia tinggal di Xinchuan bersamamu. Bersedia menjadi istrimu. Bersamamu selamanya. Aku bersedia."

Li Wei bahkan langsung berlutut di hadapan Dewa Yuelao dan mengucap sumpah akan selalu membahagiakan Yin Zheng dan menemani Yin Zheng sampai mereka menua bersama. Jika dia melanggar sumpah, maka semua keinginannya tidak akan terkabul.

Yin Zheng pun langsung berlutut di hadapan Dewa Yuelao dan bersumpah akan selalu memberi Li Wei makan enak sampai dia gemuk, bersumpah akan memberikan apa pun yang Li Wei inginkan, dan bersumpah akan berusaha untuk selamanya mencintai Li Wei dan menjadi seseorang pantas dicintai oleh Li Wei.

Jika dia melanggar sumpah, maka dia rela disambar petir sampai tubuhnya hancur. Tapi Li Wei sontak panik menghentikannya. Soalnya Dewa Yuelao itu manjur banget. Pokoknya Yin Zheng dilarang mengucap kata-kata buruk semacam itu.

Usai bersumpah, sekarang saatnya menulis harapan di jimat yang nantinya akan digantung di pohon keramat. Masalahnya, tidak ada kuas dan tinta, bagaimana bisa menulisnya? Oh jangan khawatir. Li Wei membawa kuas dan tinta di dalam kantong-kantong bajunya yang kayak kantong Doraemon itu. 

Yin Zheng sampai heran, ada apa lagi yang Li Wei sembunyikan di dalam bajunya. Lain kali Yin Zheng ingin mengeceknya. Pfft!

Saat tengah menggantung jimat, tak sengaja Yin Zheng menemukan jimat harapan lamanya Li Wei yang jelas ditulis sebelum dia berangkat ke Xinchuan dulu. Dalam jimat itu, Li Wei berharap gagal seleksi dan bertemu dengan orang yang mencintainya dengan tulus.

Hmm, harapannya memang terkabul sih, setengahnya doang. Hehe. Tak lama kemudian, mereka sudah selesai menggantungkan jimat harapan mereka dan berjalan pulang bersama. Dalam jimatnya, Yin Zheng mendoakan semoga segalanya lancar, panjang umur, sejahtera dan dunia damai.

Bersambung ke episode 39

Post a Comment

0 Comments