Sinopsis New Life Begins Episode 37 - Part 1

Masalah ini membuat Yin Jun ingin menyerah saja dan mengusulkan agar mereka sekeluarga hidup tenang. Tapi An Xi Yuan terlalu haus kekuasaan dan tidak mau tahu, dan terus mendesak Yin Jun untuk tidak menyerah begitu saja.

Yin Zheng baru pulang dan mendapati ibu dan adiknya datang mengunjunginya. Yin Zheng pun langsung menyuruh Su Shen untuk mengambilkan sup perut kambing untuk mereka, membuat Nyonya He keheranan, sejak kapan Yin Zheng suka makan sup perut kambing. 

Nyonya He dengar dari Bibi bahwa biasanya tidak ada yang bisa membuat Yin Zheng makan dengan baik. Eh... Semua orang mendadak sadar kalau ternyata Nyonya He perhatian juga pada Yin Zheng sampai tanya-tanya pada para Bibi tentang tumbuh kembang Yin Zheng sejak kecil. 

Yin Zheng mengaku bahwa dia bisa makan segala macam makanan itu berkat Li Wei. Li Wei memberitahu Nyonya He bahwa dia hanya bisa membuat Yin Zheng makan dengan cara menipunya seperti bagaimana biasanya orang dewasa menipu anak kecil untuk memakan makanan yang tidak mereka sukai. Contohnya perut kambing, dia harus menipu Yin Zheng dengan membohonginya bahwa itu jamur.

"Beruntungnya dia bisa memilikimu."

"Nyonya He jangan berkata begini, sayalah yang beruntung memilikinya."

"Kau masih memanggilku 'Nyonya'?"

Li Wei jadi malu, tapi akhirnya dia mengubah panggilannya, "Ibu."

Malam harinya, Li Wei mengundang Yin Zheng tidur di kamarnya. Tapi saat Li Wei sedang menata kasur dengan antusias, Yin Zheng malah gugup dan canggung sampai dia ingin kembali ke kamarnya sendiri. Pfft!

Tidak boleh! Li Wei mengklaim bahwa sejak insiden sakitnya Yin Zheng di Canghe, dia hanya bisa tidur tenang jika melihat Yin Zheng, jadi Yin Zheng harus tidur di sini bersamanya malam ini. Kasur sudah rapi, Li Wei dengan senyum ceria mengundangnya naik ke kasur.

Keduanya pun berbaring dengan canggung, tapi lucunya, Yin Zheng berbaring kaku banget kayak balok kayu. Bahkan Li Wei yang akhirnya harus mengambil inisiatif, baru Yin Zheng bergerak. Li Wei geser mendekat, Yin Zheng langsung ikutan geser mendekat. 

Saat Li Wei mendadak berguling ke arahnya, Yin Zheng mendadak menarik tali bajunya. (Wkwkwk! Si abang nggak sabaran) Padahal Li Wei ternyata cuma mau mematikan lilin. Hehe. 

Duh malunya, maka Yin Zheng pun langsung merangkul dan menarik Li Wei berbaring di atas dadanya, tidak perlu matiin lilin. Memecahkan kecanggungan, Li Wei mengaku bahwa saat Yin Zheng sakit di Canghe, dia berpikir bahwa jika Yin Zheng mati dalam penjagaannya, maka berdasarkan hukum Xinchuan, dia pasti akan dihukum mati. 

Saat itu dia jadi berpikir apakah dia langsung bunuh diri saja menyusul Yin Zheng atau menunggu hukuman mati. Memikirkan itu membuatnya jadi tidak takut lagi pada kematian, yang penting dia bisa selalu berada di sisi Yin Zheng.

Tapi pembicaraan tentang kematian ini membuat Yin Zheng tiba-tiba jadi teringat bagaimana dulu saat pertama kali mereka menikah, Li Wei justru sangat mengharapkan kematiannya dan ingin jadi janda.

"Kalau aku benar-benar mati, maka mungkin impianmu akan menjadi kenya..."

Li Wei sontak menutup mulut Yin Zheng dengan c1uman, menghentikan kata-kata buruk yang hendak dia ucapkan dan melarangnya untuk mengucap kata-kata buruk itu. Tapi si cerdik Yin Zheng malah tambah sengaja terus mengucapnya biar Li Wei terus menerus menc1umnya.

Yin Zheng sontak mendorong Li Wei. Dengan agak gugup, Yin Zheng penasaran dengan bajunya Li Wei yang biasanya punya banyak kantong, apa bajunya yang ini juga ada banyak kantongnya?

Li Wei dengan malu-malu menggelengkan kepalanya. Yin Zheng tak percaya, dia mau mengeceknya sendiri dan langsung mencium Li Wei mesra dan menautkan jemari mereka, dna menghabiskan malam yang indah bersama. 

Keesokan paginya, Li Wei bangun duluan dan langsung membelai wajah tampan suaminya. Dia penasaran apakah Yin Zheng tidak akan bangun dan pergi rapat ke istana. Yin Zheng berkata belum waktunya lalu mengajak Li Wei tidur lebih lama. Tapi sedetik kemudian, matanya mendadak terbuka lebar dengan nakal. Mumpung belum waktunya bekerja, mari bersenang-senang lebih lama di bawah selimut.

Saat Yin Zheng dan Yin An tiba di istana, mereka mendapati Yin Jun sudah ada di sana duluan, namun dia tidak bisa masuk karena Tuan Besar tidak ingin bertemu dengannya. Mereka santai saja mengabaikannya dan langsung masuk untuk menyapa Tuan Besar.

Sakitnya Tuan Besar tampaknya sudah semakin parah, tapi Yin An malah lebay memberitahu Tuan Besar bahwa sakitnya Yin Zheng waktu di Canghe parah banget sampai hampir sekarat seolah sakitnya karena dia keracunan, dan jelas saja itu membuat Tuan Besar semakin khawatir.

Yin Zheng meyakinkan Tuan Besar kalau Yin An cuma melebih-lebihkan, sakitnya tidak separah itu kok. Dia juga sudah pulih berkat obat dan makanan dari Li Wei. Tuan Besar kagum juga dengan Li Wei yang memang berbakat dalam masalah makanan dan berjanji akan mengirimkan obat yang manjur untuk Yin Zheng nanti.

Saat mereka keluar tak lama kemudian, Yin Jun masih dengan gigih menunggu di luar. Yin Zheng mengabaikannya, tapi Yin An tidak tahan untuk mengonfrontasi perbuatan jahat Yin Jun yang hampir saja membunuh adik mereka sendiri.

Bukannya mengaku salah, Yin Jun malah cari-cari alasan dengan menggunakan alasan kesehatan Tuan Besar. Dia malah balas mengonfrontasi Yin Zheng dan menyama-nyamakan Yin Zheng dengan dirinya, hanya saja Yin Zheng lebih cerdik darinya. Yin Zheng meralat, mereka tidak sama. Biarpun jalan yang harus mereka lalui ini sulit, tapi dia tidak akan melukai dirinya sendiri.

Setelah seharian, Tuan Besar akhirnya keluar juga dan langsung melabrak Yin Jun habis-habisan padahal emosinya membuat kesehatannya semakin terganggu. Yin Jun awalnya masih berusaha membela diri dengan mengucap kalimat yang sama yang dia ucapkan ke Yin An tadi, tapi saat Tuan Besar membentaknya yang hampir membunuh Yin Zheng, dia langsung panik meminta maaf (tapi entah tulus atau tidak).

Hati Tuan Besar agak luluh mendengar tangisannya. Dia hanya berharap semoga pengakuan bersalahnya Yin Jun ini benar-benar tulus dan Yin Jun bisa memahami maksudnya. Tapi tiba-tiba Tuan Besar pingsan yang sontak membuat Yin Jun panik teriak-teriak memanggil bantuan.

Tuan Besar memutuskan beristirahat di kamarnya Nyonya Besar, tapi Nyonya Besar masih marah padanya (atas hukuman yang Tuan Besar berikan pada Yin Song) dan menolak menemaninya.

Bahkan dengan sinisnya dia menyindir Tuan Besar yang punya banyak anak, tapi di saat sakit seperti ini, Tuan Besar tidak berani menemui satu pun anaknya. Itu karena Tuan Besar terlalu menyiasati semua orang terdekatnya. (Uuuh! Mak jleb banget sindirannya. Tapi iya memang benar sih)

Seandainya waktu bisa diputar kembali, Nyonya Besar tidak akan pernah membiarkan putranya menapaki jalan ini. Hidup dengan tenang sebagai rakyat jelata itu lebih baik, setidaknya tidak akan sendirian... seperti yang dialami Tuan Besar sekarang ini.

Selama beberapa hari kemudian, Tuan Besar tidak bekerja, tapi dia menyembunyikan masalah kesehatannya ini dengan mengharuskan para pejabat dan para tuan muda untuk tetap datang ke istana untuk absen dan menyerahkan laporan kerja masing-masing. Dia bahkan melarang para tuan muda menjenguknya.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments