Sinopsis New Life Begins Episode 36

Su Shen dan para pelayan sontak panik menyadari mereka dibuntuti kelompok bandit. Berusaha tetap berpikir dengan tenang, Li Wei pun mengajak mereka turun dari kereta dan menyembunyikan diri di sesemakan.

Sayangnya mereka cepat ketahuan gara-gara Yu Zhan malah tak bisa menahan bersin. Untungnya Li Wei cukup cerdas melempar bubuk cabe ke mata para perampok itu lalu lari ke arah lain untuk menyelamatkan para pelayan.

Tak lama kemudian, para pelayan sudah tiba di Desa Wuxiang, tapi Li Wei entah ada di mana. Jelas saja begitu Yin Zheng datang, dia langsung murka begitu mendengar istrinya hilang.

Dia memohon pada Yin Jun untuk mengerahkan pasukan pemerintah kabupaten untuk mencari Li Wei, tapi Yin Jun malah menolak dengan alasan bahwa Li Wei sekarang pasti sudah ditangkap kelompok bandit, takutnya pakai prajurit pemerintah bisa merusak reputasi Li Wei.

Hadeh! Yin Jun nih tidak pernah belajar dari pengalamannya Yin Song ya. Dia tidak sadar siapa yang dia lawan, dan sontak saja penolakannya itu langsung membuat Yin Zheng sangat amat murka luar biasa hingga Yin Zheng membentaknya dan memerintahkannya untuk mengerahkan pasukan. Yin Zheng benar-benar menakutkan di saat seperti ini hingga Yin Jun saja jadi gugup dan akhirnya mengalah.

Dugaan Yin Jun memang benar. Li Wei memang tak sengaja tertangkap bandit karena dia mengira kalau rumah di dalam hutan itu rumah orang biasa. Dan saat akhirnya dia menyadari kesalahannya, sudah terlambat, sekarang dia terkurung di sana bersama sekumpulan bandit menakutkan.

Sepanjang malam Yin Zheng dan para prajurit mencari keberadaan Li Wei, dan akhirnya setelah memusnahkan beberapa sarang bandit di seluruh hutan itu, mereka berhasil juga menemukan sarang bandit yang menangkap Li Wei.

Tapi saat mereka tiba, Li Wei sudah tidak ada. Si ketua bandit awalnya menolak bicara, tapi dia tidak sadar kalau cari masalah dengan orang yang salah. Yin Zheng dengan kejamnya menghajarnya tanpa ampun, bahkan mendorong kepalanya ke kuali panas mendidih hingga akhirnya si ketua bandit menyerah juga. (The power of love. Dia masih kuat menghajar orang padahal mukanya sudah pucat) 

Jadi ceritanya, tadi Li Wei menggunakan pengetahuannya seputar bahan-bahan makanan untuk membuat mereka keracunan makanan, dan begitu mereka lengah, Li Wei langsung kabur. Wkwkwk! Pinter.

Masalahnya, sekarang Li Wei tersesat di hutan dengan hanya berbekal beberapa obor kecil. Sayangnya, tiba-tiba dia terjatuh dan obornya rusak. Li Wei jadi semakin ketakutan karenanya. 

Dia menggunakan obor kedua, tapi kedua nyala api obor kedua itu sangat kecil. Li Wei sontak menangis ketakutan dan memohon agar dia tidak mati kelaparan karena mati kelaparan itu sangat amat menyiksa. Sayangnya obor kedua ini juga cepat mati.

Dia mencoba obor ketiga dan memohon agar dia juga tidak mati kedinginan. Sayangnya obor ketiga juga cepat mati. Cuma tersisa satu obor terakhir. Kali ini Li Wei memohon agar dia bisa bertemu Yin Zheng. Tidak masalah kedinginan dan kelaparan, tapi dia sangat merindukan Yin Zheng... "bolehkah aku bertemu dia sekali lagi? Kumohon. Aku rindu sekali padanya."

Sayangnya, obor terakhir ini juga cepat mati. Namun syukurlah saat dia mulai pasrah, tiba-tiba dia melihat cahaya dari kejauhan. Akhirnya! Yin Zheng menemukannya. Lega, Yin Zheng meminta maaf karena datang terlambat. Li Wei sontak memeluknya dan memanggil nama Yin Zheng terus menerus sambil menangis.

Tak lama kemudian, Yin Zheng menggendong Li Wei keluar dari hutan. Para prajurit yang menunggu, sontak kompak menyapa Li Wei sebagai 'Nyonya'. Duh, Li Wei kan malu, soalnya dia belum resmi jadi nyonya, tapi Yin Zheng justru senang, malah dengan senang hati menyebut Li Wei sebagai 'istrinya' dengan lantang.

Su Shen dan duo pelayan pun lega. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Li Wei, nyawa mereka juga pasti akan melayang. Padahal Yin Zheng sendiri jelas-jelas sedang sakit, tapi dia terus menguatkan diri dan mengabaikan kesehatannya sendiri demi merawat Li Wei. 

Dia tidak mengerti kenapa Li Wei tetap datang padahal dia sudah mengirim kabar bahwa di sini sudah aman.

"Aku tidak menerima surat. Kakak Ipar Keempat bilang bahwa kau bertemu bandit. Aku sangat panik, jadi kemari mencarimu..."

Semua orang seketika sadar kalau Li Wei sudah dibodohi oleh An Xi Yuan dengan cara yang sama seperti yang pernah dia pakai ke Shangguan Jing dulu. Tapi sudahlah, yang penting sekarang mereka sudah bersama. Li Wei sudah tenang sekarang.

Tiba-tiba Yin Jun muncul dengan muka tanpa dosa, pura-pura mengkhawatirkan Li Wei. Yin Zheng sontak melabraknya dengan penuh amarah dan memperingatkannya untuk tidak melibatkan keluarganya dalam persaingan mereka. Kalau Yin Jun berani macam-macam dengan keluarganya lagi, Yin Zheng bersumpah akan membuatnya mati mengenaskan.

Tak lama kemudian di Xinchuan, Yin An menerima surat dari Yin Zheng yang mengabarkan kecurigaannya tentang perbuatan Yin Jun. Walaupun awalnya Yin An ingin netral dan tidak memihak mana pun, tapi sekarang sepertinya dia harus mulai memilih dan menyatakan keberpihakannya, dan jelas dia lebih memilih untuk memihak Yin Zheng. 

Selama ini dia memang lebih sayang pada Yin Zheng. Selain itu, dia memang agak curiga dengan Yin Jun. Yin Jun rutin mengirim laporan ke Xinchuan seolah dia meminta pengakuan atas jasa-jasanya. Orang-orang di Desa Wuxiang juga selalu mengirim pujian untuk Yin Jun.

Sekarang jelas siapa yang lebih bisa menekan gengsi dan fokus pada negara dan rakyat, Yin Zheng. Sekarang Yin Zheng butuh bantuannya. Yin An harus membantunya.

Maka dengan berbekal akal liciknya, Yin An berakting seolah dia memuji-muji Yin Jun di hadapan Tuan Besar padahal dalam pujiannya terselip sindiran halus bahwa Yin Jun suka memuji diri sendiri karena mungkin Yin Jun takut jasanya terlupakan.

Dia juga berakting seolah dia menyindir Yin Zheng yang laporannya tidak sepanjang Yin Jun, tapi jelas laporannya Yin Zheng sebenarnya jauh lebih bagus, singkat, padat, jelas dan fokus pada masalah penanggulangan bencana.

Dia juga berakting memuji Yin Jun sebagai orang yang pintar menjalin relasi, bahkan di daerah bencana, Yin Jun menjalin relasi dengan para pejabat pemerintah daerah dengan cara bagi-bagi banyak hadiah untuk para pejabat di Desa Wuxiang, makanya dia butuh banyak menghabiskan uang kas negara untuk itu. (Pfft! Menyuap orang pakai uang kas negara)

Beda banget sama Yin Zheng yang kurang pintar dalam masalah menjalin relasi dan hanya fokus pada tugasnya sehingga dia sangat amat hemat dan tidak butuh uang banyak untuk menanggulangi bencana di Desa Canghe. 

Tuan Besar tentu saja langsung paham ke mana arah pembicaraan Yin An, dan langsung bisa menilai siapa yang fokus bekerja dengan baik untuk rakyat dan negara, yang pasti, bukan dia yang berada di Desa Wuxiang.

An Xi Yuan sudah kepedean saja kalau suaminya bakalan dapat apresiasi dan hadiah dan Tuan Besar. Namun yang tak disangkanya, yang kemudian memanggilnya malah Nyonya He.

Xi Yuan bahkan dipanggil untuk dihukum menyalin beberapa kitab untuk membersihkan hatinya yang kotor. Wanita hamil harus selalu melakukan kebajikan demi kebaikan dan keselamatan anaknya.

Jelas saja Xi Yuan langsung berusaha menghindar dengan alasan kalau dia lagi hamil (nulis kan pakai tangan, neng, bukan pakai perut). Nyonya He santai memanggil empat orang tabib istana untuk mengawasi Xi Yuan dan jabang bayinya. Apa masih kurang? (Pfft!) Tidak bisa melawan lagi, terpaksa Xi Yuan menurutinya dan mulai menyalin kitab.

Dan saat akhirnya dia pulang tak lama kemudian, dia sontak kesal mengutuki Nyonya He, dan jadi semakin bertekad untuk mendapatkan tahta.

Kehadiran Li Wei di Canghe cukup berguna, dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya tentang jalan pegunungan, dia menyarankan Pak Wali Kota untuk mengganti kuda dengan keledai sebagai sarana transportasi karena keledai lebih cocok untuk jalanan pegunungan.Tapi tiba-tiba Yin Zheng menyerah pada sakitnya dan pingsan yang sontak saja membuat semua orang cemas. 

Su Shen dan Pak Wali Kota bergegas ke Desa Wuxiang untuk meminta bantuan Yin Jun mengirim tabib untuk Yin Zheng. Tapi gara-gara dihasut sama istrinya yang brengsek itu, Yin Jun malah diam-diam memerintahkan bawahannya untuk tidak mengirim satu pun tabib ke Canghe. 

Dia sendiri langsung pulang sendiri ke Xinchuan. Jelas saja semua orang jadi curiga kalau Yin Jun memang sengaja mau membiarkan Yin Zheng mati di sini. Sekarang mereka hanya bisa berharap pihak istana akan mengirim tabib istana kemari.

Tapi yang jadi masalah, Yin Jun dengan kejinya memberitahu Tuan Besar bahwa sakitnya Yin Zheng tidak parah dan ada Li Wei yang menjaganya, jadi dia tidak menyarankan mengirim tabib istana ke sana, dan sayangnya, Tuan Besar mempercayainya begitu saja.

Setelah beberapa hari, akhirnya ada beberapa tabib yang dikirim ke sana, tapi sepertinya para tabib itu juga sengaja membuat kondisi Yin Zheng tambah parah.

Tidak ada satupun obat yang mereka resepkan yang berguna karena mereka selalu mengganti resep obatnya hampir setiap jam. Apalagi sekarang sudah beberapa hari tapi tidak ada satu pun tabib dari istana yang datang, semua orang jadi berpikir kalau Yin Zheng sengaja dicampakkan Tuan Besar.

Li Wei begitu murka para tabib tidak berguna itu sehingga dia memutuskan menanganinya sendiri. Alih-alih menggunakan obat tak karuan, Li Wei menggunakan pengetahuannya seputar makanan untuk membuat bubur sehat dan air garam untuk memulihkan tenaga Yin Zheng.

Yang tak disangkanya, para warga desa tiba-tiba berbondong-bondong datang dengan membawakan banyak sekali bahan-bahan makanan untuk Yin Zheng. Aww, padahal mereka sendiri masih kekurangan makanan. 

Nenek buta membawakan beberapa butir telur yang dihasilkan dari beberapa ayam pemberian Yin Zheng, dia juga mengembalikan mantelnya Yin Zheng yang sudah dia cuci bersih. Anak kecil yang pernah Yin Zheng bantu, juga memberikan beberapa butir permen untuk Yin Zheng, warga yang lain pun membawakan segerobak penuh sayur mayur hasil kebun mereka.

Li Wei berusaha menolak, tapi semua ini adalah niat baik dan doa dari semua warga demi kesembuhan tuan mereka yang baik hati. Li Wei akhirnya mau juga menerimanya dengan penuh rasa terima kasih.

Malam harinya setelah berbagai usaha untuk menyembuhkannya dengan berbagai makanan dan minuman sehat dan juga menyelimutinya dengan beberapa lapis selimut, Yin Zheng akhirnya bangun dan mendapati tangannya diikat dengan tali merah ke tangan Li Wei yang ketiduran di samping ranjang. 

Li Wei memang sengaja mengikat tali merah itu ke kedua tangan mereka karena dia kalau tidur biasanya terlalu lelap. Dengan begini, dia akan langsung bangun kalau Yin Zheng bangun.

Dan syukurlah demamnya Yin Zheng sudah reda, Li Wei pun bisa lega sekarang. Dia memberitahu Yin Zheng tentang apa-apa saja yang mereka lakukan untuk menyembuhkan Yin Zheng, termasuk kontribusi semua warga desa untuk kesembuhan Yin Zheng.

Berusaha menahan tangisnya, Li Wei mengaku bahwa ini pertama kalinya dia merasa sangat ketakutan, jauh lebih takut daripada saat dia sendirian di hutan. Karena itulah, dia meminta Yin Zheng untuk cepat sembuh.

"Yin Zheng, kita harus hidup bersama dengan sehat, selamat dan bahagia."

"Baik."

Yin Jun ternyata tidak sejahat itu juga sih. Dia sebenarnya masih memiliki sedikit hati nurani dan merasa agak bersalah karena meninggalkan adiknya sakit parah di tempat asing.

Sayangnya, dia menikah dengan wanita yang salah yang justru menjerumuskannya ke jalan yang sesat, dan menghasutnya untuk jadi jahat dan egois. Karena dia terlalu mencintai istrinya dan juga karena sifatnya yang gampang goyah, makanya dia jadi seperti ini.

Nyonya He terburu-buru menemui Tuan Besar sambil menangis menuntut kebenaran tentang rumor yang belakangan ini beredar di istana, rumor yang mengatakan bahwa Tuan besar sengaja mengasingkan Yin Zheng dan membiarkannya mati di Canghe.

Kasim membenarkan adanya rumor itu, namun dia tidak memberitahu Tuan Besar karena dia pikir itu cuma rumor tidak masuk akal dan tidak benar. Terang saja Tuan Besar marah dan langsung memerintahkan Kasim untuk menyelidiki penyebar rumor itu dan hampir saja jantungan saat mendengar Yin Zheng ternyata sakit parah.

Beberapa hari kemudian, Li Wei bersama Su Shen menyambut kedatangan tabib istana. Tapi dari kejauhan, Li Wei melihat Yin Zheng sudah sehat kembali. Li Wei sontak berteriak memanggilnya dan berlari ke dalam pelukannya.

Li Wei dengan senyum cerianya memberitahu Yin Zheng bahwa Tuan Besar sudah mengirimkan titah menyuruh mereka pulang dan juga mengirim tabib istana untuk Yin Zheng. Tapi sepertinya kedatangan tabib istana sia-sia saja, soalnya Yin Zheng sudah sembuh berkat perawatan Li Wei.

Jadi kapan mereka akan pulang kembali ke istana? Yin Zheng memutuskan agar mereka tinggal dulu untuk beberapa hari. Untuk apa? Tentu saja untuk membuat Yin Jun lebih menderita.

Beberapa hari kemudian, Yin Zheng tiba kembali ke istana. Setibanya di atas tangga istana, dia berpaling mengedarkan pandangannya ke seluruh istana. Hmm... sepertinya dia sekarang benar-benar berambisi untuk mendapatkan tahta.

Para tuan muda lainnya sudah berkumpul saat dia datang. Tuan Besar pun lega melihatnya sudah sehat kembali. Tapi Yin Yue malah mendengus sinis yang sontak saja mendapat teguran dari Tuan Besar. Bagusnya Yin Yue, dia langsung sadar dan mau mengakui kesalahannya.

Mengakui kesalahan inilah yang dulu diharapkan Tuan Besar dari Yin Song, sayangnya Yin Song tidak memahami kode yang Tuan Besar berikan padanya. Dan sekarang Tuan Besar memberi kode yang sama pada Yin Jun, tapi Yin Jun masih diam saja, pura-pura tak berdosa.

Tuan Besar memuji hasil kerja Yin Zheng dan Yin Jun untuk penanggulangan bencana ini. Karena sekarang Yin Zheng sudah sehat, jadi Tuan Besar memerintahkannya untuk segera ikut rapat pemerintahan lagi. Sedangkan Yin Jun... diberi hadiah istirahat di rumah 3 bulan untuk intropeksi diri. Pfft! Kapok!

Bersambung ke episode 37

Post a Comment

0 Comments