Sinopsis The Love You Give Me Episode 5 - Part 2

Tapi tetap saja Xin Qi masih kesal dengan perbuatan Min Hui yang merahasiakan masalah ini darinya, dan langsung melampiaskannya dengan ngomel-ngomel ke Hardy. Bukan berarti dia marah karena punya anak, tapi marah karena selama beberapa tahun ini tidak pernah tahu kalau dia ternyata sudah punya anak. Dia kan bapaknya, dia berhak untuk tahu dong.

Dulu dia tidak pernah memikirkan masalah semacam ini, tapi sekarang, memikirkan dirinya punya anak, darah dagingnya sendiri yang wajahnya mirip banget sama dia... rasanya sungguh menakjubkan. 

Xin Qi heran dengan dirinya sendiri, kenapa sebelumnya dia tidak kepikiran kalau Quan Quan tuh mirip banget sama dia? (Memang mereka mirip banget sih, kayak ayah dan anak beneran. Dipikir-pikir, mukanya Wang Zi Qi dan Wang Yu Wen juga mirip-mirip sih. Benar-benar kayak satu keluarga)

"Sebelumnya anda tidak senang waktu saya bilang dia anak anda," ujar Hardy mengingatkan. Pfft!

Xin Qi sontak meliriknya dengan kesal. Eh tapi... Xin Qi ingin membelikan hadiah untuk Quan Quan besok dan menyuruh Hardy untuk menemaninya ke mall. 


Duh! Xin Qi senang banget punya anak, tidak sabaran ingin mendengar putranya memanggilnya 'Papa'. Bahkan saking antusiasnya, kepalanya tak sengaja terantuk punggung sofa, sakit, tapi tidak apa-apa, Xin Qi lagi bahagia banget soalnya.

Keesokan harinya, Xin Qi memanggil pengacara untuk mendiskusikan masalah anaknya. Tapi bukan berarti dia mau merebut hak asuh anaknya dari Min Hui, dia hanya ingin lebih dekat dengan anaknya, tapi khawatir ibunya anaknya akan menghalanginya.

Pengacara menyarankannya untuk mempererat hubungannya dengan anaknya dulu. Jika hubungan ayah-anak mereka baik, maka sang ibu pasti tidak akan menyulitkan Xin Qi demi kebaikan anak mereka.


Hardy diam-diam menguping percakapan mereka ini, lalu tanpa sepengetahuan Xin Qi, dia melaporkan masalah ini ke Ketua Dewan (Siapa sih si Ketua Dewan nih? Peduli banget sama Xin Qi sampai-sampai menjadikan Hardy sebagai mata-matanya).

Min Hui baru saja pulang kerja, capek. Namun saat dia membuka pintu, dia malah kaget mendapati Xin Qi ada di dalam rumahnya, plus beberapa koper dan sedang asyik bermain perosotan dengan Quan Quan. Mereka bahkan pakai baju kembaran ayah-anak gambar Panda. Jelas saja Min Hui marah, apa-apaan ini?! Jelasin semuanya!

 Xin Qi sontak menegur Min Hui untuk tidak marah-marah di hadapan anak karena itu bisa membuat anak jadi takut dan tidak merasa aman terhadap orang tuanya sendiri. Baru setelah Min Hui dengan lembut menyuruh Quan Quan masuk kamar, Xin Qi dengan santainya menjelaskan bahwa mulai sekarang dia akan tinggal di sini bersama putranya. 

Min Hui jelas tidak setuju. Xin Qi tak peduli, dia yang pindah ke sini atau Quan Quan yang pindah ke rumahnya. Min Hui duluan yang salah karena merahasiakan dan melahirkan anaknya secara diam-diam. 

Min Hui membuat dia dan Quan Quan tidak saling mengenal selama bertahun-tahun. Xin Qi tidak akan menuntut pertanggungjawaban Min Hui akan hal ini, tapi dia ingin menjadi lebih dekat dengan putranya.

Min Hui meyakinkan bahwa dia tidak akan menghalangi Xin Qi untuk menjadi lebih dekat dengan putranya, tapi dia tetap tidak setuju jika mereka tinggal bersama. Dia mengusulkan agak Xin Qi bertemu dengan Quan Quan sehari setiap weekend saja. 

Xin Qi tidak setuju. Min Hui pantang menyerah dan terus mencoba bernegosiasi, satu setengah hari, dua hari, dua hari lebih 3 jam, itu batas maksimal yang bisa Min Hui terima. Namun Xin Qi ngotot menolak, pokoknya dia ingin Quan Quan bisa segera menerimanya, jadi dia ingin Quan Quan tinggal dengannya selama satu bulan atau setengah bulan juga boleh. Min Hui ngotot tidak setuju. 

Kalau begitu, Xin Qi juga tidak mau pergi dari rumah ini. Dia datang kemari bukan untuk cari masalah. Apa Min Hui tidak pernah berpikir kenapa selama ini Quan Quan suka memanggil sembarang orang sebagai papa? Itu karena dia kekurangan kasih sayang seorang ayah.

Tak peduli sebaik apa pun usaha seorang ibu untuk merawat dan membesarkan anaknya seorang diri, tetap saja ada kekosongan dalam hati seorang anak yang tidak memiliki ayah, sesuatu yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh ibu.

Min Hui galau. Begini saja, karena Xin Qi bilang bahwa semua ini demi kebaikan Quan Quan, maka sebaiknya mereka menyerahkan keputusan pada Quan Quan. Quan Quan yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka, sontak keluar kamar sambil bertanya apakah 'Papa Cantik' beneran akan tinggal bersama mereka.

"Quan Quan, paman baru ini..."

"EHEM!!!"

Min Hui buru-buru meralat, "Papa cantik ini ingin menumpang di rumah ini untuk beberapa waktu, apa kau bersedia?"

Min Hui mencoba mengisyaratkan Quan Quan untuk menolak, tapi Xin Qi juga memberi isyarat pada Quan Quan untuk datang padanya. Quan Quan bolak-balik menatap mereka dengan kebingungan, hingga akhirnya... dia mendatangi Xin Qi sambil bersorak heboh saking senangnya bisa tinggal serumah dengan Papa Cantik. Pfft! Min Hui kalah telak dan jelas kesal.


Karena rumah ini cuma ada dua kamar, jadi Quan Quan akan tidur bersama Mommy-nya, sedangkan Xin Qi terpaksa tidur sendiri di kamarnya Quan Quan. Kamarnya kecil, kasurnya juga kecil, jadi... kalau Xin Qi tidak terbiasa, sebaiknya dia pulang saja ke rumah besarnya.

"Kau kira kau bisa mengusirku dengan cara ini? Aku akan menganggap ini sebagai menambah pengalaman."

Memang sih, Xin Qi sebenarnya tidak nyaman tidur di situ dan akhirnya tidak bisa tidur. Tengah malam, dia memutuskan keluar kamar untuk minum sekaligus melihat-lihat rumah dan mendapati satu album foto berisi penuh dengan foto-foto pertumbuhan Quan Quan sejak dia bayi. Duh! Xin Qi gemas banget sama putra semata wayangnya yang mirip banget sama dirinya ini.


Tapi biarpun sudah berusaha melangkah sepelan mungkin tetap saja suaranya terdengar oleh Min Hui yang juga sama-sama tidak bisa tidur. Min Hui pun langsung keluar kamar untuk mengecek Xin Qi, tapi malah tidak melihat Xin Qi di kamar, tidak pula di dapur atau di ruang tamu. Di mana dia? Min Hui hampir saja berpikir kalau Xin Qi mungkin sudah pergi saat tiba-tiba saja Xin Qi muncul dari perosotan di dalam kegelapan yang jelas saja mengagetkan Min Hui.

Kisah couple kedua:

Chen Jia Jun senang banget saat melihat Cao Mu datang mengunjunginya lagi. Tapi dia terlalu antusias ingin menyambutnya sehingga dia nekat melompat-lompat turun tangga, tapi malah terpeleset dan jadilah dia cedera lebih parah. 

Malah keesokan harinya saat Cao Mu dagang lagi, dia mendapati Jia Jun bukan cuma patah kaki tapi juga patah tangan. Jia Jun mengaku kalau dia habis jatuh lagi kemarin.  Cao Mu jadi tambah khawatir, takut cederanya Jia Jun jadi lebih parah.

Karena itulah... dia tiba-tiba punya ide untuk mengajak Jia Jun tinggal bersamanya di rumahnya. (Buset! Nekat amat, Neng). Dia bahkan langsung membawa Jia Jun pulang ke rumahnya malam itu juga. Rumahnya besar dan mewah... tapi berantakan. Pfft! Sangat bertolak belakang dari rumahnya Jia Jun.

Kisah couple ketiga:

Dokter Zhou bertemu seorang pasien wanita muda yang super duper heboh banget menolak diobati karena takut sakit (padahal cuma luka ringan di kaki). Dokter UGD sampai frustasi menghadapinya. Namun saat Dokter Zhou muncul, si pasien langsung kesengsem dan jatuh cinta pada pandangan pertama padanya.

Apalagi sikap Dokter Zhou yang penyabar dan lembut sekali pada pasien sehingga dia langsung mau diobati sama Dokter Zhou. Dokter Zhou bahkan memberinya boneka squishy untuk dia pencet kalau dia kesakitan. (BTW, kok bisa ngobatin luka orang padahal orangnya masih pakai stocking? Yang diobati kakinya apa stocking-nya?) Padahal baru diolesi Betadine dikit, tapi si pasien langsung menjerit heboh luar biasa sampai bonekanya dipencet kuat banget.

Usai diobati, si pasien langsung antusias terang-terangan mengejar Dokter Zhou dengan meminta WeChat-nya Dokter Zhou tapi ditolak.

Note: Harap maklum kalau kisah couple kedua dan ketiga kusendirikan karena sejujurnya aku kurang demen sama kisah mereka. Apalagi couple ketiga, nggak ada chemistry-nya sama sekali.


Epilog:

Lima tahun yang lalu, Min Hui setia menemani dan menjaga Xin Qi selama dia dirawat di rumah sakit. Dia benar-benar galau karena dokter memperingatkannya untuk tidak membuat Xin Qi mengalami shock berat lagi. Jika tidak, bisa-bisa nyawa Xin Qi akan terancam.

Saat akhirnya Xin Qi siuman, dia malah masih meyakini kalau Min Hui adalah Su Tian yang berganti nama saat Su Tian diadopsi. Berdasarkan ceritanya Xin Qi, ternyata seharusnya Su Tian-lah yang diadopsi duluan, tapi Su Tian menolak sehingga akhirnya Xin Qi yang beruntung diadopsi ke luar negeri.

Min Hui tidak tega memberitahukan kebenarannya, takut kondisi Xin Qi akan memburuk, jadi terpaksa dia pura-pura saja jadi Su Tian, dan dia bisa melakukannya dengan mudah karena dia mengetahui segala hal tentang Su Tian. 

Dia memberitahu Xin Qi bahwa dia (Su Tian) menolak diadopsi duluan karena dia ingin mencari adik laki-lakinya (Ah, pasti Chen Jia Jun), dan bukan karena dia mengalah pada Xin Qi.

Tetap saja Xin Qi merasa berhutang budi pada Su Tian. Karena itulah dia berjanji akan membawa Su Tian ke Amerika setelah dia dewasa dan punya kemampuan. Dia pasti akan balas budi.

Canggung, Min Hui memintanya untuk fokus saja pada pemulihannya. Kalau dia sudah pulih nanti, sebaiknya dia segera pergi operasi ke luar negeri.

"Baiklah, aku akan mendengarkanmu. Namun apakah kau akan menemaniku? Kita sudah bertahun-tahun tidak bertemu."

Min Hui galau, tapi... "baik, aku berjanji."

Bersambung ke episode 6

Post a Comment

0 Comments