Xin Qi mengizinkannya pergi, bahkan dia sendiri juga mencemaskan Quan Quan. Ternyata tadi Quan Quan diejek teman-temannya di sekolah gara-gara holter monitor jantungnya, makanya sekarang dia keukeuh menolak memakai alat itu lagi.
Bujukan tentang Iron Man sama sekali tidak mempan, dia sudah tahu kalau mereka, para orang dewasa, cuma membohonginya. Bahkan sekalipun Dokter Zhou sudah berusaha menjelaskan alat apa ini sebenarnya dan kegunaannya yang sangat penting untuk memantau jantungnya Quan Quan, Quan Quan tetap keukeuh menolak memakainya lagi.
Min Hui berinisiatif membujuknya untuk memakainya lagi dengan janji bahwa dia tidak akan mengembalikan Quan Quan ke sekolah lagi hari ini agar tidak dilihat teman-temannya lagi. Bujukan ibunya inilah yang akhirnya berhasil membuat Quan Quan mau memakai alat itu lagi.
Usai rapat, Hardy yang sangat amat memahami bosnya itu, tahu betul kalau si bos sedang gelisah mencemaskan Quan Quan tapi terlalu gengsi untuk mengatakannya, maka Hardy sendiri yang kemudian berinisiatif mengajak Xin Qi untuk pergi ke rumah sakit dengan alasan bahwa mereka harus menunjukkan tata krama mereka pada partner kerja baru mereka.
Anaknya Min Hui sakit, jadi sudah seharusnya dong mereka menjenguknya, atau... kalau Xin Qi tidak mau pergi juga tidak apa-apa sih. Terserah saja. Xin Qi masih rada gengsi awalnya, tapi akhirnya dia menyuruh Hardy untuk membeli buah. Menjenguk orang sakit kan harus bawa buah. Pfft!
Sesampainya di rumah sakit, dia malah mendapati Quan Quan termenung sedih seorang diri di taman. Quan Quan langsung sumringah begitu melihat 'Papa Cantik', tapi sedetik kemudian dia ingat peringatan mommy-nya untuk tidak sembarangan memanggil Xin Qi sebagai 'Papa Cantik', apalagi Xin Qi juga menindas Mommy-nya. Namun begitu Xin Qi meminta maaf setulus hati, hati Quan Quan seketika luluh dan langsung memaafkannya.
Awalnya dia menolak memberitahukan apa masalah yang membuatnya sedih, mengira kalau Xin Qi akan sama saja seperti Papa Zhou dan Mommy-nya. Namun karena Xin Qi terus membujuknya untuk bercerita sembari meyakinkan bahwa dia pasti akan memahami masalahnya Quan Quan, Quan Quan pun akhirnya mengaku bahwa dia dibohongi oleh Mommy dan Papa Zhou yang menyuruhnya untuk memakai alat di dadanya dengan alasan kalau dia adalah Iron Man, tapi Quan Quan tahu kalau dia bukan Iron Man, tidak ada Iron Man di dunia ini, makanya dia diejek oleh teman-temannya di sekolah.
Ceritanya sontak membuat Xin Qi jadi teringat masa kecilnya yang juga pernah mengalami pengalaman yang sama persis. Tak ingin Quan Quan bersedih terus, maka saat itu juga, Xin Qi langsung punya ide untuk menghibur Quan Quan dengan membuatkan sesuatu yang terlihat seperti Arc Reactor-nya Iron Man yang bisa Quan Quan pamerkan ke teman-teman sekolahnya besok.
Dia meyakinkan bahwa dengan alat ini, teman-temannya Quan Quan pasti akan percaya kalau dia adalah Iron Man. Quan Quan pun senang. (Ah, dia pasti akan menjadi ayah yang baik dan penyayang seandainya dia mengetahui kebenarannya)
Xin Qi penasaran apakah Quan Quan merasa tersiksa karena harus tinggal di rumah sakit sejak kecil. Quan Quan menyangkal, soalnya dia menyadari bahwa yang paling menderita adalah Mommy-nya yang harus selalu bolak-balik keluar-masuk rumah sakit.
"Karena itulah, bisakah Paman menjadi ayahku? Dengan begitu, Min Hui tidak akan tersiksa lagi."
"Berdasarkan... kualifikasi ibumu, seharusnya tidak sulit mencari ayah untukmu. Apakah dia tidak punya pacar selama ini?"
"Tidak ada. Min Hui bilang, aku saja sudah cukup. Dia juga bilang kalau dia tidak perlu dijaga oleh pria."
"Oh... kita sudah sering bertemu, tapi aku belum tahu namamu."
"Min Quan Quan."
"Min Quan Quan? Kenapa tidak satu marga dengan ayahmu?"
"Karena aku tidak punya ayah. Kalau tidak, untuk apa aku mencari ayah?" jawab Quan Quan, jawaban yang jelas membuat Xin Qi keheranan.
Namun Xin Qi tidak sempat memikirkannya lebih jauh karena Quan Quan minta balik saat itu, khawatir kalau mommy-nya mencarinya. Quan Quan memang benar, begitu mereka tiba di lobi, mereka bertemu dengan Min Hui dan Dokter Zhou yang panik dan cemas setengah mati mencari keberadaan Quan Quan.
Saking cemasnya, Min Hui refleks mengomeli Quan Quan. Namun hatinya seketika luluh saat Xin Qi menjelaskan bahwa Quan Quan bermain bersamanya tadi, apalagi saat Quan Quan dengan bangga memamerkan alat energi jantung baru yang dibuatkan Xin Qi untuknya.
Berkat alat baru buatan Xin Qi itu, Quan Quan langsung berubah jadi primadona di sekolahnya. Teman-teman yang kemarin mengejeknya, sekarang berubah terkagum-kagum padanya. Quan Quan pun bahagia. Bu Guru merekam momen ini lalu mengirimkannya pada Min Hui.
Min Hui sendiri sedang menemui Xin Qi untuk memberikan laporan perkembangan Mist saat dia menerima video itu. Walaupun rada gengsi, tapi akhirnya dia setulus hati mengucap terima kasih alat energi jantung yang Xin Qi buatkan untuk Quan Quan. Xin Qi tentu saja senang, tapi dia tetap berakting sok cool.
Selain itu, Xin Qi mengaku bahwa dia sudah memikirkan ucapan Min Hui malam itu. Dia akui bahwa mereka sudah menyia-nyiakan waktu 5 tahun karena kesalahan masing-masing.
Terlepas dari kebohongan Min Hui di masa lalu, entah Min Hui sengaja atau tidak, tapi Xin Qi akui bahwa Min Hui-lah yang selalu menemaninya di masa-masa sulitnya.
"Maafkan aku," ucap Min Hui.
"Terima kasih. Aku menerima ucapan maafmu. Aku juga bersedia melupakan masa lalu. Mulai hari ini, dendam di antara kita terhapuskan. Kita tempuh hidup masing-masing, oke?"
Hmm... Min Hui rasa itu tidak bisa... soalnya kan mereka sekarang partner kerja. Bagaimana mungkin mereka bisa menempuh hidup masing-masing kalau mereka masih butuh untuk terus berkomunikasi demi pekerjaan mereka?
Xin Qi sontak tersenyum mendengarnya. Benar juga, baiklah, demi mendapatkan keuntungam, Xin Qi bersedia menerimanya sebagai partner kerja. Min Hui pun senang, dia janji akan datang tepat waktu pada pertemuan berikutnya. Sekarang dia harus pergi... "Sampai jumpa... Partner."
Hardy membelikan helm Iron Man untuk bosnya, soalnya Xin Qi mau menghadiahkan ini untuk Min Quan Quan karena Xin Qi sudah janji akan memberikan ini untuk Quan Quan. Setiap kali melihat anak itu, Xin Qi selalu teringat akan dirinya semasa kecil dulu. Quan Quan sangat persis sepertinya, anak yang pemberani.
"Melihat anda membicarakannya seperti ini, orang lain pasti akan mengira dia anak anda," komentar Hardy. Hmm, komentar yang sontak membuat Xin Qi merasa aneh.
Quan Quan senang banget saat menerima hadiah keren itu dan langsung memamerkannya ke teman-temannya dengan bangga.
Tak lama kemudian, Min Hui sedang sibuk kerja saat tiba-tiba dia mendapat telepon dari Bu Guru yang mengabarkan bahwa Quan Quan terluka dan masuk rumah sakit. OMG!
Min Hui sontak panik bergegas pergi ke IGD tapi malah mendapati Xin Qi ada di sana, lalu kemudian Hardy keluar dari ruang IGD dan mengabarkan bahwa Quan Quan butuh transfusi darah goldar O, tapi bank darah kehabisan pasokan goldar O.
Min Hui jelas tidak bisa karena goldarnya berbeda. Xin Qi langsung berinisiatif mau mendonorkan darahnya karena dia juga goldar O, tapi Min Hui sontak panik menghentikannya.
Mereka jadi eyel-eyelan... hingga akhirnya Min Hui keceplosan, "ayah kandung tidak boleh donor darah!"
Akhirnya kebenarannya terungkap juga. Namun tepat saat itu juga, Min Hui ditelepon Bu Guru yang mengabarkan bahwa Quan Quan sudah selesai diobati. Hah? Bukankah Quan Quan di IGD dan butuh transfusi darah? Min Hui bingung. Bu Guru menyangkal, Quan Quan cuma terjatuh dan lukanya tidak parah.
Ah! Jadi ternyata ini sandiwara yang dilakukan Xin Qi untuk memancing kebenaran tentang ayah kandungnya Quan Quan. Dia curiga karena waktu mau membayar tagihan rumah sakit tadi, dia melihat informasi Quan Quan yang menyatakan kalau dia berusia 4 tahun, jelas cukup umur untuk menjadi anaknya Xin Qi.
Jelas saja sekarang dia jadi marah pada Min Hui karena merasa ditipu lagi oleh Min Hui. Dia tidak terima Min Hui menyembunyikan masalah ini darinya dan melahirkan anaknya tanpa sepengetahuannya dan tanpa seizinnya.
Min Hui juga jadi kesal padanya, dia tidak memberitahu Xin Qi karena dia baru mengetahui dirinya hamil setelah usia kandungannya 3 bulan. Waktu itu mereka sudah berpisah, Xin Qi sendiri yang bilang kalau Xin Qi tidak mau bertemu dengannya lagi seumur hidup. Xin Qi begitu membencinya waktu itu, kalau dia memberitahu Xin Qi tentang kehamilannya, sudah pasti Xin Qi tidak ingin dia melahirkan anak itu.
Memang Xin Qi adalah ayah kandungnya Quan Quan. Tanpa Xin Qi, Quan Quan tidak akan pernah ada. Namun Quan Quan adalah anaknya Min Hui juga, jadi Min Hui punya hak penuh untuk melahirkan atau tidak melahirkannya tanpa izin dari siapa pun, termasuk Xin Qi.
Kenapa juga Xin Qi marah? Lagian kan dia tidak pernah meminta pertanggungjawaban Xin Qi, tidak pula memberitahu Xin Qi tentang kebenaran asal-usulnya Quan Quan saat Xin Qi pertama kali curiga waktu itu. Jadi sebaiknya Xin Qi anggap saja segalanya tak pernah terjadi dan anggap saja Quan Quan tak pernah ada.
Jelas Xin Qi tidak bisa melakukan itu. Bagaimana bisa dia menganggap segalanya tak ada saat Quan Quan ada di hadapannya. Bisa-bisanya Min Hui menyuruhnya untuk menganggap segalanya tak pernah terjadi?
"Lalu kau mau apa? Mau merampasnya dariku?"
"Tentu saja tidak," refleks Xin Qi (Aww! Dia pengertian dan baik sekali).
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam