Xin Qi kaget banget mendengar pertanyaan Min Hui sampai-sampai dia menyemburkan kopi yang diminumnya tepat mengenai laptop, macbook lebih tepatnya. Duh! Kasihan, pasti mahal kan tuh laptop.
"Ini laptopmu," santai Xin Qi. Wkwkwk!
Jadilah Min Hui yang sekarang heboh mengeluhkan laptop mahalnya. Eh, sebentar! Dia baru sadar, bagaimana caranya Xin Qi bisa mengetahui password laptopnya?
"Tanggal ulang tahunnya Quan Quan, aku bisa langsung menebaknya." (Pfft! Padahal ahli IT, tapi password-nya gampang ditebak)
"Oh... eh tapi tetap saja kau tidak boleh melihat isi laptopku tanpa seizinku, kan?!"
"Bukankah kau memang mau memperlihatkannya padaku?"
"Ya memang sih... tapi..."
Xin Qi dengan cepat mengalihkan perhatian Min Hui ke proyeknya Min Hui yang barusan dia pelajari dari isi laptopnya Min Hui. Yang tidak Min Hui sangka, Xin Qi akhirnya bersedia menjadi investor, bahkan memberinya tambahan 6 bulan untuk pengembangan.
Kaget sekaligus senang, Min Hui langsung memuji-mujinya, tapi dia kurang pintar bermulut manis, jadinya pujiannya terdengar canggung banget. Tapi masalah penambahan waktu, Min Hui tidak merasa perlu, dia yakin kalau dia bisa menyelesaikannya tepat waktu.
Namun Xin Qi bersikeras, alasannya, selain karena dia tidak mau ada kesalahan dalam proyeknya, juga karena dia tidak ingin Min Hui kecapekan. Aww! Min Hui tersentuh dengan perhatian.
Tapi tepat saat Min Hui baru beranjak mau mandi, Xin Qi dengan senyum geli mengomentari tingkat kesadaran Min Hui saat mabuk, makanya dia menyuruh Min Hui untuk tidak kebanyakan minum lagi. Pfft! Komentar yang sontak membuat Min Hui shock karena sadar kalau kejadian semalam memang nyata.
Keesokan harinya, Blue Jay mengirim kontrak investasi ke Bai An. Min Hui dan Cao Mu pun akhirnya bisa tenang sekarang. Cao Mu pun menyuruh Min Hui untuk istirahat saja sekarang dan ajak Quan Quan bermain. Sudah lama mereka, ibu dan anak, tidak menghabiskan waktu bersama sejak Min Hui rutin lembur.
Pada saat yang bersamaan, Xin Qi sedang bermain golf bersama Cheng Qi Rang dan selingkuhannya. Pastinya karena sekarang Xin Qi mengalihkan modal investasinya ke proyeknya Min Hui, proyek skrining kankernya Lin Xi Yue pun tersingkirkan.
Lin Xi Yue sontak ceplas-ceplos menanyakan alasan Xin Qi mengugurkan proyek mereka dan lebih memilih proyeknya Min Hui, padahal jelas-jelas proyeknya bisa lebih cepat selesai dan bisa lebih cepat menghasilkan uang dibandingkan proyeknya Min Hui. Apa sebenarnya kriteria Xin Qi dalam memilih sebuah proyek? Dia melihat proyek itu sendiri... atau sebenarnya yang dia lihat cuma orang dibalik proyek itu?
Sedikit berbeda dengannya, Cheng Qi Rang menyindir Xin Qi secara lebih halus, tapi intinya sebenarnya sama saja. Jelas saja sindiran mereka membuat Xin Qi menegaskan bahwa mereka memang tidak berjodoh... dalam artian, mereka tidak akan bekerja sama sampai kapan pun, tak peduli proyek lain yang akan mereka sodorkan padanya.
Dia akui, memang benar bahwa salah satu hal yang paling penting dalam menilai sebuah proyek adalah orang-orang yang menangani proyek tersebut. Proyek teknologi medis bertujuan untuk membantu masyarakat, jadi orang yang menangani proyek-proyek seperti ini haruslah orang-orang yang benar-benar memiliki niat tulus untuk itu. Berusaha menahan kesalnya, Qi Rang memutuskan mengalah saja dan pergi.
Tepat setelah itu, Xin Qi mendapatkan video call dari putranya yang ternyata sedang asyik main mesin capit bersama Mommy-nya di taman hiburan.
Masalahnya, mereka gagal terus sedari tadi. Xin Qi langsung menyombong bahwa dia sangat pintar dalam memainkan game itu sewaktu kecil dulu. Quan Quan tak percaya, Mommy-nya juga ngomong begitu tadi, nyatanya sekarang gagal terus.
"Tunggu ya, Papa akan ke sana untuk membantumu."
"Oke, cepat datang. Kami menunggumu di sini."
Tak lama kemudian, Quan Quan tak sengaja melepaskan balon-balonnya dan sekarang nyangkut di atas pohon yang tinggi. Tepat saat Min Hui hendak melompat untuk mengambilnya, Xin Qi mendadak terbang di hadapannya dan sukses menangkap balon-balon itu.
Quan Quan sontak kagum, tapi Min Hui kesal. Dia kan pahlawan wanitanya Quan Quan, tapi Xin Qi malah mencuri kesempatannya. Xin Qi bahkan meledeknya. Dasar! Xin Qi kan cuma tinggi doang.
Namun pada akhirnya mereka sekeluarga bermain dan menikmati segala macam permainan di taman hiburan itu dengan riang gembira. Mommy dan Papa-nya Quan Quan juga kompak banget saat bermain tembak balon, mesin capit dan lempar ring hingga akhirnya mereka berhasil mendapatkan banyak sekali boneka untuk Quan Quan. Quan Quan bahagia sekali hari ini.
Saat mereka tengah beristirahat, Min Hui memperhatikan Xin Qi tertarik pada kios permen kapas. Xin Qi ingin makan permen kapas kah?
"Tidak. Aku hanya teringat saat kami masih kecil di panti asuhan, dekan pernah mengajak kami semua bermain ke taman hiburan, tapi uang kami tidak cukup. Jadi hanya bisa membeli dua permen kapas, semua orang berbagi, jadi setiap orang hanya bisa mendapatkan sekecil ini. Saat itu aku berpikir alangkah baiknya jika mesin ini bisa terus berputar dan membuat permen kapas yang sangat besar."
Min Hui jadi prihatin mendengarnya, berhubung hari ini Xin Qi sudah mendapatkan banyak sekali hadiah untuk Quan Quan, maka Min Hui pun memutuskan untuk memberikan hadiah juga untuk Xin Qi... membuat permen kapas sendiri, yang kecil untuk Quan Quan, sedangkan yang besar khusus untuk Xin Qi.
Tak lama kemudian, mereka pun pulang bersama dengan Quan Quan menyuapi papanya coklat dan si Papa dengan manisnya memuji-muji Quan Quan.
"Mulut Papa manis sekali, apakah dulu begini cara Papa merayu Mommy sehingga kalian bisa bersama?"
Pfft! Papa dan Mommy sontak jadi salting mendengar pertanyaan blak-blakan itu. Tepat saat itu juga, Dokter Zhou baru pulang dan melihat mereka dari kejauhan, dan jelas saja dia jadi sedih melihat mereka tampak bahagia seperti selayaknya keluarga kecil bahagia.
Seperti biasanya, Dokter Zhou selalu lebih mengkhawatirkan kesehatan Quan Quan, makanya dia meminta Quan Quan untuk datang ke rumahnya untuk pemeriksaan nanti. Xin Qi tidak terima dan menyatakan kalau putranya sekarang punya dokter keluarga khusus, tapi Dokter Zhou dengan sengit mengingatkan Xin Qi bahwa dialah yang lebih memahami penyakitnya Quan Quan karena dia sudah menjadi dokternya Quan Quan sejak Quan Quan lahir.
Sontak saja suasana di antara kedua pria dewasa itu jadi dingin dan tegang. Untungnya Quan Quan dengan cepat meredakan suasana dengan mengajak Papa-nya masuk rumah, soalnya dia sudah capek dan meyakinkan Dokter Zhou kalau dia baik-baik saja, jantungnya baik-baik saja.
Tapi Dokter Zhou masih ada urusan dengan Min Hui, dia punya hadiah untuk Min Hui. Cemburu, Xin Qi langsung menyuruh Quan Quan untuk memanggil Mommy-nya, biar Min Hui tidak kelamaan ngobrol sama Dokter Zhou, dan caranya sukses berkat Quan Quan yang pintar diajak kerja sama.
Hadiahnya ternyata sepasang sepatu high heels yang cantik, dan jelas saja Xin Qi jadi semakin kesal karena cemburu. Quan Quan berkomentar bahwa Ibunya Huan Huan (temannya di sekolah) juga selalu menggunakan sepatu semacam ini.
"Kenapa belakangan ini kau selalu memperhatikan Huan Huan? Bukankah sebelumnya kau selalu memanggil Yuan Yuan?" (Kenapa namanya hampir sama semua? Wkwkwk!)
"Yuan Yuan suka pilih-pilih makanan, aku tidak suka dengannya."
"Kau begitu suka berubah-ubah, entah mirip siapa," sindir Min Hui sambil melirik Papanya Quan Quan. Pfft!
"Ini namanya berpegang teguh pada prinsip, tidak seperti seseorang yang tidak menolak pemberian dari siapa pun," balas Xin Qi, "seleranya begitu buruk, cocok denganmu."
Kesal, Min Hui dengan sengaja memakai sepatu itu dan pamer di hadapan Xin Qi, membuat Xin Qi jadi semakin emosi sehingga dia tidak sadar kalau dia melampiaskan emosinya dengan menggosok kepala Quan Quan pakai handuk terlalu keras.
Epilog:
Lima tahun yang lalu saat mereka lagi asyik jalan-jalan, ada seorang anak remaja yang menawarkan jualannya berupa bunga ke mereka. Xin Qi tidak bawa uang, jadi Min Hui yang membeli setangkai untuk dirinya sendiri.
Namun tiba-tiba ada dua orang preman sangar yang dengan seenaknya menghina dagangan anak itu bahkan menampik dagangannya. Min Hui tidak terima dan dengan penuh keberanian mengonfrontasi kedua preman, Xin Qi bahkan nekat menonjok salah satunya, lalu cepat-cepat membawa Min Hui kabur bersamanya.
Mereka berhasil menghindari kedua preman itu dengan bersembunyi di balik beberapa vas bunga besar. Namun dalam prosesnya, mereka tak sengaja mendapati satu sama lain dalam jarak yang sangat amat dekat yang pastinya membuat keduanya jadi canggung dan gugup.
Xin Qi terbawa perasaan sehingga dia tiba-tiba saja mengecup singkat bibir Min Hui. Hmm, kayaknya ini c1uman pertama mereka. Min Hui kaget banget dan sontak kabur dengan tersipu malu.
Kisah couple kedua:
Dengan dandanan serba wow, Cao Mu mendatangi sebuah kolam renang tempat kerjanya Jia Jun dan sontak saja dia jadi pusat perhatian para pria di sana. Jia Jun sedang mengajar renang saat itu, Cao Mu langsung berusaha menarik perhatiannya dengan bergaya s3ks1, tapi ujung-ujungnya malah jadi cemburu saat melihat Jia Jun dipeluk oleh muridnya yang hampir tenggelam.
Cao Mu langsung beranjak mau pergi saking cemburunya, tapi tiba-tiba saja Jia Jun muncul mengagetkannya dari dalam air sehingga membuat Cao Mu sangat terkejut sampai kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh ke kolam.
Mengira kalau Cao Mu tidak bisa berenang, Jia Jun pun langsung menawarinya untuk belajar berenang bersamanya, gratis. Cao Mu bisa menganggap ini sebagai permintaan maafnya.
"Kau begitu takut padaku, ya?" goda Cao Mu.
"Aku tahu aku salah. Wajar saja jika kau marah."
"Lalu untuk apa kau membuntutiku?"
"Aku... aku takut kau tidak bisa menjaga dirimu dengan baik. Selain itu... aku ingin sekali bertemu lagi denganmu."
Geli, Cao Mu dengan gaya sok angkuhnya mengklaim bahwa masalah ini selesai sampai di sini saja dan tidak akan mempermasalahkannya lagi. Wah! Jelas saja Jia Jun senang banget, jadi apakah kedatangan Cao Mu kali ini adalah untuk menemuinya secara khusus untuk memberitahunya bahwa Cao Mu sudah memaafkannya?
Cao Mu berbohong menyangkal, beralasan kalau dia cuma lewat doang dan bukannya datang secara khusus untuk menemui Jia Jun. Sekalian dia mau mengembalikan barangnya Jia Jun yang ketinggalan... pisau cukur.
Errr... memang sih, ini punyanya Jia Jun, tapi ini pisau cukur sekali pakai, makanya dia buang ke tong sampah. Pfft! Cao Mu jadi canggung mendengarnya, soalnya dia memang memungut benda itu dari tong sampah, biar ada alasan untuk menemui Jia Jun.
Buru-buru mengalihkan topik, Cao Mu memutuskan untuk menerima tawaran belajar renangnya Jia Jun tadi. Hmm, jelas-jelas Cao Mu sebenarnya bisa berenang, tapi ini kesempatan untuk bisa bersama Jia Jun, jadi dia pura-pura saja tidak bisa berenang.
Kisah couple ketiga:
Di rumah sakit, Dokter Zhou lagi-lagi mendapati Zi Zhu sudah menunggunya. Zi Zhu bahkan terang-terangan mengofrontasinya gara-gara masalah nomornya yang dia blokir. Zi Zhu beralasan kalau dia menghubungi Dokter Zhou untuk menanyainya tentang masalah kerjaan, dia kan sukrelawan di rumah sakit ini, makanya dia tidak terima diblokir. Intinya, perbuatan Dokter Zhou ini salah besar. Karenanya, dia menuntut Dokter Zhou untuk meminta maaf padanya.
Daripada ribut, Dokter Zhou terpaksa menurutinya saja. Tapi bahkan sebelum dia mengucap maaf, Zi Zhu langsung saja memaafkannya semudah itu. Tapi tentu saja dia tidak mau kalau cuma mendapatkan ucapan maaf, ucapan maaf secara lisan saja tidak cukup.
Karena itulah, Zi Zhu menuntut Dokter Zhou untuk menemaninya jalan-jalan dengan alasan mau membeli hadiah untuk ayahnya. Zi Zhu tidak terima penolakan, lagian dia tahu jam kerjanya Dokter Zhou, shif-nya sudah selesai sejak satu jam yang lalu, jadi Dokter Zhou tidak punya alasan untuk menolaknya.
Jadilah Dokter Zhou harus mengorbankan waktunya untuk menemani Zi Zhu shopping di mall. Masalahnya, katanya tadi Zi Zhu mau belanja hadiah untuk ayahnya, tapi nyatanya, dia malah belanja baju untuk dirinya sendiri.
Zi Zhu sebenarnya cuma menginginkan respon yang benar-benar tulus setiap kali dia mencoba baju. Masalahnya, setiap kali dia meminta pendapat Dokter Zhou, respon Dokter Zhou datar terus.
Namun saat akhirnya Dokter Zhou menyadari niatan Zi Zhu yang sebenarnya bukan untuk membeli hadiah untuk ayahnya, akhirnya dia mulai memberikan respon yang benar dan lebih kritis tentang baju-baju pilihan Zi Zhu.
Dengan berbekal ilmu anatomi yang dimilikinya, Dokter Zhou bisa menilai segala kekurangan dari baju-baju pilihan Zi Zhu yang kurang sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuhnya, malah pada akhirnya, dialah yang memilihkan baju terbaik yang paling bagus dan paling sesuai dengan tubuhnya Zi Zhu. Zi Zhu pun senang dan puas dengan pilihan Dokter Zhou.
Saat mereka melewati toko sepatu wanita, Dokter Zhou tiba-tiba tertarik pada sepasang sepatu high heels dan langsung membeli ukuran 38. Itu adalah ukuran sepatunya Zi Zhu, makanya Zi Zhu langsung kepedean mengira kalau sepatu Dokter Zhou membelikan sepatu itu untuknya. Ah! Sayang sekali, dia tidak tahu kalau Dokter Zhou membeli sepatu high heels itu untuk Min Hui.
Bersambung ke episode 11
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam