Recap Road Home Episode 22 & Episode 23

Duan Ruo benar-benar penuh semangat ingin jalan-jalan. Maka Ming Yu pun membawanya main naik unta di gurun. Duan Ruo menyadari kalau Ming Yu dan Xiao Nan punya sifat yang sama persis: Sopan, jujur, penuh perhatian, tapi juga tidak enakan sama orang. 

Saat Duan Ruo kesulitan naik ke untanya, Ming Yu sebenarnya ingin membantu tapi sungkan untuk menyentuhnya, baru saat Duan Ruo sendiri yang meminta bantuan, Ming Yu akhirnya bergerak untuk membantunya.

Lu Chen dan Gui Xiao menyusul tak lama kemudian. Lu Chen memang sudah bisa menebak kalau Ming Yu pasti akan membawa Duan Ruo main ke sini. Tapi dengan kondisi Gui Xiao saat ini, Lu Chen melarangnya ikut naik unta, lain kali saja datang lagi kemari.

Duan Ruo masih ingin main, Lu Chen dan Gui Xiao juga. Ming Yu pun mengajak mereka main ke sebuah ngarai yang ada jembatan kacanya. Lu Chen langsung mengajak istrinya melewati jembatan kaca itu, sementara Ming Yu mengajak Duan Ruo melewati jembatan lain yang lebih ekstrem. 

Jembatannya menyeramkan, mereka sampai harus memakai tali pengaman. Duan Ruo awalnya ketakutan, bahkan hampir mau menyerah. Namun Ming Yu langsung menggenggam tangannya dan dengan lembut menuntutnya sampai tiba di tengah jembatan sehingga bisa melihat pemandangan sekitar.

 

Setelah itu, mereka memanggil rekan-rekan SWAT di Qining untuk ikut datang, dan jadilah mereka kemping di gunung. Ming Yu memperkenalkan Duan Ruo sebagai temannya Gui Xiao pada para anak buahnya, tapi mereka ingat siapa Duan Ruo yang biasanya sering berhubungan lewat telepon dengan Ming Yu. Mereka hampir saja mau tanya apakah dia pacarnya Ming Yu, tapi Ming Yu dengan cepat menghentikannya.

Malam harinya, Ming Yu membantu menatakan tendanya Duan Ruo yang kontan membuat Duan Ruo tersentuh karena biasanya tidak pernah ada yang melakukan hal-hal remeh semacam ini untuknya.

Duan Ruo belum ngantuk, jadi dia mengajak Ming Yu ngobrol, tapi dia tidak mau membicarakan Xiao Nan karena mereka sudah terlalu sering membahasnya di telepon biasanya. Masalahnya, Ming Yu tidak tahu harus membahas apa karena dia tidak merasa kisah hidupnya menarik untuk diceritakan.

Namun pada akhirnya keduanya mulai merasa nyaman untuk saling menceritakan kisah masa muda mereka dan pandangan-pandangan hidup mereka berdasarkan pengalaman hidup masing-masing.


Di tenda sebelah, Gui Xiao gemas banget karena suaminya yang sangat pendiam dan tidak banyak omong ini. Dia langsung menuntut Lu Chen untuk menciumnya, tapi Lu Chen malah menolak karena tenda ini tipis dan para polisi SWAT di luar tuh kupingnya tajam.

Tapi begitu Gui Xiao mengingatkan bahwa mereka adalah suami-istri sah, Lu Chen mendadak berubah sikap dan langsung menciumnya mesra. 

 Para polisi SWAT di luar kepo banget dengan kedua tenda yang tertutup rapat sehingga  mereka langsung berpencar mendekati tendanya Lu Chen dan tendanya Duan Ruo untuk menguping. 

Tapi baik Lu Chen maupun Ming Yu sama-sama tahu kalau semua orang lagi nguping dan langsung melompat keluar sehingga para polisi SWAT itu kelabakan kabur dengan berbagai alasan.

Para pengganggu sudah dibereskan, Lu Chen pun kembali ke istrinya dan menatap istrinya dengan penuh cinta. Sedangkan Ming Yu tidak berani lagi masuk ke tendanya Duan Ruo, takut orang-orang salah paham. Tapi Duan Ruo sendiri tidak bisa tidur dan akhirnya memutuskan untuk keluar dan mendapati Ming Yu sedang duduk di depan api unggun.


Jadilah mereka duduk berdua lagi, tapi kali ini suasananya jadi lebih sepi karena tidak ada topik obrolan, tapi tidak masalah juga sih. Baik ngobrol atau diem-dieman seperti ini, baik Ming Yu maupun Duan Ruo sama-sama merasa nyaman terhadap satu sama lain.

Para polisi lainnya kepo ingin ngintip, tapi setiap kali ngintip, mereka ketahuan oleh Ming Yu, sehingga mereka langsung mundur kembali ke dalam tenda masing-masing. 

Bahkan Gui Xiao pun kepo sama mereka, tapi Lu Chen dengan cepat menariknya ke dalam pelukannya dan melarangnya mengintip.

Keesokan paginya, Gui Xiao baru bangun dan langsung manja minta pelukan. Para polisi yang lain sudah balik duluan ke Qining karena ada tugas. Gui Xiao ingin membantu Ming Yu dan Duan Ruo membereskan barang-barang, tapi Lu Chen melarang, biar kedua orang itu berduaan saja dan memupuk perasaan mereka dengan bekerja bersama.

Mengira kalau Lu Chen dan Gui Xiao belum bangun, Ming Yu pun mengajak Duan Ruo pergi berdua mencari sarapan. Jadilah Lu Chen dan Gui Xiao berduaan di sana. Apakah mereka perlu menyusul kedua orang itu? Oh tentu saja tidak, Lu Chen sangat mengenal Ming Yu. Kalau Ming Yu ingin mereka menyusul, dia pasti akan bilang terus terang.

Jadilah kedua pasangan itu kencan sendiri-sendiri. Duan Ruo ternyata suka sekali dengan kereta, jadi dia mengajak Ming Yu untuk melihat-lihat stasiun kereta kota ini. Ming Yu dengan senang hati menurutinya, bahkan membelikan makanan dan minuman apa pun yang Duan Ruo inginkan, dan juga membantunya masuk ke peron saat Duan Ruo menginginkannya, dan menceritakan padanya tentang pengalamannya menyingkirkan bom yang pernah ada di peron ini dulu.

Saat Gui Xiao mengetahui mereka di stasiun kereta, dia langsung mengajak Lu Chen naik kereta menyusul Duan Ruo dan Ming Yu, tak peduli biarpun jarak stasiun ini dan stasiun tempat Duan Ruo dan Ming Yu sebenarnya sangat dekat.

Perjalanan yang singkat namun indah. Gui Xiao mengaku bahwa dulu setelah mereka putus, dia sempat punya niat datang kemari mencari Lu Chen, tapi pada akhirnya dia batal pergi. Alasannya? Tidak ada alasan, mungkin karena waktu itu dia masih muda saja.

Di hadapan mereka, ada sepasang pasutri yang masih sangat mesra biarpun sudah jadi kakek-nenek. Sungguh pemandangan yang indah, seperti melihat masa depan mereka saat tua kelak.

Malam harinya, Ming Yu mengaku pada Lu Chen bahwa dia memang menyukai Duan Ruo, tapi dia tidak percaya diri dan merasa tidak pantas untuk Duan Ruo yang sangat baik hati itu. 

Lu Chen tidak setuju, kalau ada seorang gadis baik yang menyukainya, maka Ming Yu seharusnya senang, karena itu artinya, Ming Yu layak dicintai.


Keesokan harinya, karena kedua pria harus balik kerja, jadi kedua wanita jalan-jalan berdua. Lu Chen sudah menyiapkan sekantong penuh jajanan untuk bekal kedua wanita, sedangkan Ming Yu menyiapkan beberapa lembar informasi berbagai tempat wisata di kota ini yang baru dia susun kemarin malam.

Malam harinya, Lu Chen membantu Gui Xiao berkemas. Namun karena dia akan pulang besok, makanya malam ini Gui Xiao tiba-tiba manja, mencoba mengisyaratkan sesuatu ke Lu Chen. Tentu saja suami tercintanya tidak cukup bodoh untuk tidak menyadari apa yang dia inginkan, Lu Chen pun langsung menutup tirai kamar.

Sementara di luar, Duan Ruo sedang duduk di coffee shop bersama Ming Yu. Ming Yu mengira kalau Duan Ruo mungkin akan bepergian ke tempat lain dan tidak akan kembali lagi kemari.

Namun yang tak disangkanya, Duan Ruo justru memiliki kesan yang baik tentang Qining dan mungkin dia akan kembali lagi suatu hari nanti. Ming Yu senang.


Tak lama kemudian, mereka kembali ke hotel, tapi saat hendak membuka pintu kamarnya, Duan Ruo langsung sadar kalau si pasutri lagi berduaan di dalam, jadi dia urung masuk dan ganti haluan menyeret Ming Yu masuk ke kamar sebelah.


Gui Xiao sebenarnya agak khawatir jika harus membiarkan kedua pria dan wanita itu sekamar berdua, apalagi kamarnya cuma cukup untuk satu orang, tapi Lu Chen meyakinkannya bahwa Ming Yu itu cowok sejati, dia tidak akan macam-macam sama Duan Ruo.


Lu Chen memang benar sih. Duan Ruo-nya santai-santai saja berduaan dengannya, malah Ming Yu yang salting sendiri. Hehe. Saat mengetahui kalau Duan Ruo sering sakit pinggang karena kerjaannya yang setiap hari cuma duduk di kantor, Ming Yu langsung membantu memijat Duan Ruo tanpa pikiran yang aneh-aneh.

Dia bahkan menganggap cara ini sebagai sedikit balas budi atas kebaikan Duan Ruo menjaga putranya selama ini. Tapi Duan Ruo tidak senang dengan pemikirannya ini, mereka teman, jadi tidak perlu berterima kasih. Lagipula, dia menyukai Xiao Nan dan sebaliknya. Kalaupun ingin balas budi, biar Xiao Nan sendiri yang melakukannya kalau dia sudah besar nanti.


Tengah malam, Gui Xiao dan Lu Chen sama-sama belum bisa tidur. Besok mereka sudah harus berpisah lagi, makanya malam ini keduanya tidak ada yang bisa tidur, dan Lu Chen langsung menciumnya mesra.


Di kamar sebelah, Duan Ruo sudah tidur, tapi Ming Yu tidak enak berduaan dengan wanita di kamar, akhirnya dia keluar dan tidur di dalam mobil yang sempit. Pfft! Kasihan.

Bahkan keesokan paginya, dia tidak enak kembali ke kamarnya Duan Ruo, jadi dia mengganggu Lu Chen dan Gui Xiao hanya untuk numpang cuci muka dan sikat gigi.

Duan Ruo bahkan tidak tahu menahu kalau Ming Yu semalam tidak tidur di kamar, makanya dia bingung saat mendapati Ming Yu malah cuci muka di kamarnya Lu Chen dan Gui Xiao.

Sudah saatnya kedua wanita kembali ke Beijing, Lu Chen tidak rela melepaskannya begitu saja, jadi dia terus mengiringi mereka dan mengantarkan mereka pergi sampai akhirnya mereka benar-benar harus pisah jalan.

Setelah itu, Lu Chen kembali ke tempat kerjanya di mana Tuan Shen sudah menunggunya dengan serantangan makanan. (Aww, dia baik banget sama Lu Chen. Biarpun Lu Chen tidak beruntung dengan orang tua kandungnya, tapi dia sangat beruntung bertemu dan memiliki banyak orang lain yang baik banget sama dia)

Usai ngobrol tentang kehidupan masing-masing, Tuan Shen memutuskan untuk melanjutkan kerja duluan dan menyuruh Lu Chen untuk lanjut makan dengan baik saja sebelum menyusulnya nanti. Dia bahkan berjanji akan mentraktir Lu Chen makan enak nanti malam.

Langit mendung dan petir terus bergemuruh, Gao Hai agak khawatir dan menyarankan Tuan Shen agar mereka mengirimkan bom-bom itu lain hari saja, tapi Tuan Shen bersikeras untuk melakukannya sekarang karena takutnya malah lebih berbahaya kalau ditumpuk di sini terlalu lama. Dia menyuruh Gao Hai masuk saja dan makan bersama Lu Chen, sementara dia sendiri yang pergi menangani pengiriman bom-bom itu. 

Jadilah Lu Chen dan Gao Hai asyik makan bersama... saat tiba-tiba saja terdengar suara ledakan sangat keras dari lapangan. OMG! Bom-bom itu meledak dan Tuan Shen jadi korban. Lu Chen begitu shock tidak berdaya menolongnya, apalagi dia masih harus melindungi yang lain. 


Tak lama kemudian, dia mendapat kabar dari rumah sakit bahwa Tuan Shen meninggal dunia. Kabar yang sontak membuatnya sangat sedih. Satu lagi orang baik pergi meninggalkan Lu Chen setelah Kapten lamanya.

 

Frustasi, Lu Chen akhirnya pergi ke kota, masuk ke kedai mie, memesan seporsi mie dan menelepon Gui Xiao, satu-satunya orang yang bisa menghibur hatinya saat ini. Tapi begitu teleponnya tersambung, Lu Chen malah mendengar suara Gui Xiao sengau. Gui Xiao sakit?

Bersambung ke episode 24

Post a Comment

0 Comments