Recap Road Home Episode 20 & Episode 21

Saking bahagianya, Lu Chen jadi susah tidur. Xiao Nan juga tidak bisa tidur karena ada yang mengganggu pikirannya. Dia bertanya-tanya apakah dia bakalan harus kembali ke Qining kalau mereka punya anak nanti? Rumah ini tidak memiliki cukup kamar kalau bayi mereka lahir nanti. (Aww, kasihan juga dia, harus selalu pindah-pindah ke sana kemari)

Lu Chen menyangkal, Xiao Nan akan tetap tinggal bersama mereka. Masalah bagaimana pengaturan rumah nantinya, itu adalah urusan mereka orang dewasa untuk memikirkan dan mengaturnya, Xiao Nan tidak perlu memikirkannya.

Dia lalu keluar rumah untuk menemui Hai Dong dan memberitahunya bahwa dia sebentar lagi akan jadi ayah. Selama puluhan tahun dia punya banyak tempat tinggal, namun selama ini dia tidak pernah memiliki rumah dalam makna yang sebenar-benarnya, kali ini akhirnya dia memilikinya. (Ah, karena itu judul drama ini namanya Road Home)

Lucunya, Hai Dong terharu banget sampai-sampai dia mewek dan memaksa untuk jadi ayah angkat anaknya Lu Chen nanti. (Pfft! Yang mau jadi ayah siapa, yang mewek penuh haru siapa).

 

Keesokan harinya, Lu Chen dan Gui Xiao pun pergi ke rumah sakit, tapi Gui Xiao malah mendadak takut, bagaimana kalau pemeriksaan dokter yang sebelumnya salah dan ternyata dia tidak hamil?

Lu Chen santai, "tidak bagaimana-bagaimana. Kita hanya harus terus berjuang (bikin anak)." (Pfft! So Sweet Lu Chen)

"Nyebelin!"


Tapi syukurlah ternyata tidak salah, Gui Xiao benar-benar hamil dan bayinya masih seukuran biji kacang, usianya kurang lebih 5 minggu. Dia jadi penasaran kira-kira bayi mereka ini made in mana ya? Di Qining kah? Atau di Beijing pasca pulang dari Qining? Ini pertanyaan penting, biar nanti dia bisa jawab jika suatu hari anak mereka menanyakannya. (Pfft! Anaknya kepo amat kalau beneran tanya)

Dia sungguh berharap bayi mereka ini dibuat di Qining karena Qining memiliki banyak makna dan kenangan bagi mereka. Itu adalah kampung halaman keduanya Lu Chen, dan di sana pula mereka bersatu kembali.

Ya biarpun sebenarnya Lu Chen sendiri tidak begitu yakin bayi mereka made in mana, tapi berhubung Gui Xiao menginginkan Qining, jadi Lu Chen memutuskan kalau bayi mereka pasti made in Qining. Gui Xiao senang. Hehe.

 

Gui Xiao ingin menikah dan mengadakan pesta pernikahan bulan ini juga, tapi Xiao Shan tidak setuju dan menyarankan mereka untuk mendapatkan akta nikah dulu saja, sementara pestanya harus mereka persiapkan dengan benar dan butuh waktu minimal 3 bulanan lah, Xiao Shan yang akan membantu mempersiapkan semuanya. Ini acara sekali seumur hidup, jadi jangan sembarangan.


Namun tiba-tiba saja Lu Chen mendapat misi baru yang mengharuskannya untuk ke luar kota, lebih tepatnya ke Kota Gonghai, di tempat proyek pembangunannya Tuan Shen selama satu bulan, dan harus berangkat besok.

Yaaa, mereka harus berpisah lagi deh, tapi apa boleh buat? Maka hari ini, Lu Chen pun pulang untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya sebelum berangkat besok. Dia juga menghubungi Hai Dong untuk memintanya menjaga Gui Xiao dan Xiao Nan selama dia pergi bertugas. Dan dia juga mengecek isi kulkas dan membuang makanan-makanan yang sudah kadaluwarsa karena Gui Xiao biasanya kurang teliti dalam masalah semacam ini.

Keesokan paginya, Gui Xiao manja memeluk Lu Chen minta ikut, tapi tentu saja mereka tidak bisa bermanja-manja terlalu lama, Lu Chen juga tidak mengizinkannya mengantarkannya, memaksanya untuk balik tidur saja.

Saat dia keluar tak lama kemudian, Lu Chen dijemput Tuan Shen. Tidak kepagian juga menjemputnya soalnya Tuan Shen sadar kalau Lu Chen pasti ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama keluarganya sebelum pergi. Namun di tengah jalan, tiba-tiba sekretarisnya Tuan Shen mengabarkan bahwa penerbangan mereka ditunda selama 2 jam.

Sontak saja Lu Chen langsung memanfaatkan waktu yang sangat singkat itu untuk bergegas kembali sambil menelepon Gui Xiao, menyuruhnya turun, bawa KTP dan KK dan berdandan yang cantik dan pakai baju yang cocok untuk dipakai di latar belakang merah. OMG! Dia mengajak Gui Xiao untuk mendaftarkan pernikahan mereka sekarang juga.

Sebenarnya mereka sudah sangat kepagian tiba di dukcapil yang baru buka, tapi ternyata antriannya sudah lumayan banyak. Waduh! Waktunya Lu Chen tidak cukup untuk antri sebanyak ini. Tapi untungnya, kebetulan sekali sepupunya Gui Xiao ada di sini untuk mengantarkan sarapan untuk ibunya yang bekerja di sini. 

Si sepupu lah yang akhirnya membantu mereka menyelesaikan masalah mereka, memohon para pasangan yang lain untuk ganti nomor antrian sembari menjelaskan dengan sopan pada mereka tentang kakak sepupu dan kakak sepupu iparnya yang harus segera mendaftarkan pernikahan secepatnya karena kakak sepupu iparnya cuma punya waktu 2 jam sebelum pergi dinas untuk negara.

Untungnya para pasangan di sana sangat pengertian dan dengan besar hati bertukar nomor antrian sehingga Gui Xiao dan Lu Chen pun menjadi pasangan pertama yang mendaftarkan pernikahan.


Langkah pertama adalah foto berdua untuk buku nikah, setelah itu mereka ditawari untuk check-up premarital, sebenarnya sih bagian kedua ini tidak perlu karena Gui Xiao sudah hamil dan Lu Chen juga rutin check-up kesehatan tiap tahun, tapi Gui Xiao yang suka penasaran dengan banyak hal, ngotot memaksa Lu Chen untuk tetap melakukannya. 

Ya sudah, Lu Chen menurut saja walaupun di dalam ruangan, dia memang tidak terlalu banyak diperiksa, malah lebih banyak ngobrol sama dokternya.

Setelah itu mereka disuruh mengisi formulir dan Gui Xiao langsung menyuruh Lu Chen yang menulisnya sendiri. Adik sepupunya Gui Xiao baru kembali saat itu dengan membawakan permen pernikahan untuk dibagikan untuk semua orang di sini. Gui Xiao memperingatkan si sepupu untuk tidak memberitahu ayahnya tentang masalah ini, ibunya sudah tahu tapi ayahnya akan dia urus sendiri nanti.

Akhirnya, mereka pun resmi menikah dan memiliki buku nikah. Sayangnya setelah itu mereka sudah harus berpisah, Lu Chen bahkan tidak bisa mengantarkan Gui Xiao pulang karena harus mengejar pesawat.

Namun sebelum dia pergi, Gui Xiao tiba-tiba teriak memanggilnya hanya untuk mengucap, "selamat menikah."

"Selamat menikah," balas Lu Chen sebelum kemudian pergi naik taksi sambil senyam-senyum penuh kebahagiaan sembari menatap buku nikahnya sepanjang jalan. 

Pak supir penasaran apakah istrinya tidak keberatan dia pergi padahal mereka baru mendapatkan buku nikah?

"Dia akan sedih, tapi tidak akan keberatan," ujar Lu Chen.

Kenapa Tuan Shen membutuhkan jasa ahli penjinak bom untuk proyek pembangunannya? Itu karena saat mereka melakukan penggalian di proyek pembangunannya, ternyata mereka menemukan banyak sekali bom yang ditanam di sana pada masa perang zaman dulu.

Daerahnya sangat terpencil, gersang dan sulit. Setiap kali ingin menelepon sang istri tercinta, Lu Chen harus naik gunung cukup jauh hanya untuk mencari sinyal, itu pun ilang-ilangan sinyalnya, baru ngobrol sebentar sudah mati.

Gui Xiao kangen banget sama suaminya, seketika itu pula dia mendadak punya ide bagus, mengajak Duan Ruo untuk cuti dan liburan bersama ke Gonghai menyusul Lu Chen, sekalian dia mau mempertemukan Duan Ruo dengan Qin Ming Yu. 

Duan Ruo kan yang lebih sering menjaga Xiao Nan, masa dia tidak ingin ketemu Ayahnya Xiao Nan? Mereka kan juga rutin teleponan setiap minggu, jadi seharusnya mereka, bisa dibilang, teman dong, pasti mereka bisa langsung akrab kalau ketemu.

Duan Ruo canggung menyangkal ingin bertemu. Lagipula, teman apanya? Yang mereka bicarakan setiap teleponan cuma tentang masalah edukasinya Xiao Nan. Tapi berhubung Gui Xiao memaksa, Duan Ruo akhirnya setuju juga untuk pergi.

Oke! Gui Xiao pun langsung menghubungi Lu Chen untuk mengabarkan hal ini. Lu Chen sebenarnya kurang setuju, takut perjalanannya akan berbahaya bagi Gui Xiao. Tapi Gui Xiao mana bisa dihentikan kalau sudah ada maunya.

Minggu depannya, Gui Xiao dan Duan Ruo pun menyetir ke Gonghai dan mendapati Lu Chen dan Ming Yu sudah menunggu mereka di tengah jalan. Gui Xiao sontak lari ke dalam pelukan suaminya saking senangnya. 

Eh tapi dia bingung, kenapa Lu Chen menyuruhnya berputar lewat jalan ini padahal ada jalan lain yang lebih singkat untuk ditempuh? Lu Chen menjawabnya dengan menunjuk papan jalan yang bertuliskan 'Bao Bei' (Sayang). Pfft! Kapten Lu romantis sekali.

Lucunya, Ming Yu benar-benar canggung saat bertemu Duan Ruo, dia benar-benar seperti anak remaja polos yang tidak tahu bagaimana menghadapi wanita padahal sudah pernah menikah dan punya anak juga.

 

Tapi kemudian mereka mulai bisa akrab dengan cepat saat melanjutkan perjalanan semobil berdua. Tapi gara-gara keasyikan ngobrol, Ming Yu jadi tidak perhatian dengan jalan dan sekarang mereka tersesat. Wkwkwk!

Lu Chen yakin banget kalau Ming Yu pasti menyukai Duan Ruo, makanya dia jadi sangat gugup sampai tidak melihat jalan dan tersesat. Tapi dia tidak mau gegabah menjodohkan mereka karena domisili pekerjaan Ming Yu yang sangat jauh dari Duan Ruo, ditambah lagi, pekerjaan mereka ini sangat menyita waktu. 

Pasti akan sangat sulit jika kedua orang itu bersama tapi harus LDR setiap saat, jauh lagi LDR-nya. Kalau misi ini selesai, Lu Chen akan kembali ke Tianwen dan bisa pulang ke Beijing setiap weekend, sedangkan Ming Yu tidak bisa bolak-balik Qining-Beijing dengan mudah.

Karena itulah, biarkan saja kedua orang itu mengikuti arus. Kalau mereka benar-benar jatuh cinta dan berjodoh, maka biarkan mereka mempertimbangkan dan menyelesaikan situasi mereka sendiri.

Setelah cukup lama menunggu, Duan Ruo dan Ming Yu akhirnya menyusul mereka juga. Mereka berempat lalu makan siang bersama. Ming Yu berniat bersikap gentleman kayak Lu Chen yang memasukkan kursi untuk Duan Ruo, tapi Duan Ruo adalah wanita mandiri yang bisa narik kursi sendiri. Pfft! Malunya.

Duan Ruo heran dengan kecanggungan Ming Yu terhadap wanita. Bukankah dia pernah menikah? Ming Yu mengaku bahwa dia mengenal mantan istrinya melalui kencan buta.

Dia dan mantan istrinya dulu tidak banyak bicara waktu kencan buta, cuma ngobrolin hal-hal inti seperti pekerjaan, gaji, aset, dll. Pokoknya cuma ngomongin hal-hal yang perlu diketahui untuk menikah saja. (Ah! Pantesan setelah menikah baru menemukan ketidakcocokan)

Waktu itu Ming Yu cuma pernah kencan buta dua kali, yang kedua kalinya merasa cocok, jadi langsung menikah tanpa proses saling mengenal lebih dulu. Yaaa, bisa dibilang, jalan pikiran Ming Yu tuh sangat polos dan lurus sehingga dia tidak banyak berpikir untuk menikahi wanita yang dia anggap cocok. Makanya, Ming Yu tidak punya banyak pengalaman dengan wanita dan tidak pandai dalam hubungan cinta.

Ming Yu benar-benar sangat berterima kasih karena Duan Ruo selama ini menjaga anaknya. Dia ingin sekali membalas budi Duan Ruo tapi tidak tahu harus bagaimana. Hadeh! Ming Yu sungkan banget, padahal Duan Ruo menjaga Xiao Nan dengan senang hati loh, bukan karena merasa terpaksa. Siapa yang bisa memaksa Duan Ruo?

Lu Chen tiba-tiba menyuruh Ming Yu dan Duan Ruo untuk pindah ke meja lain dengan alasan bahwa dia ingin berduaan dengan istrinya, tapi juga sekaligus untuk mendekatkan kedua orang itu. Sebenarnya Gui Xiao merasa kedua orang itu cocok loh.

Gui Xiao bercerita bahwa sebenarnya Duan Ruo dulu pernah menikah tapi cerai secepat kilat karena dia ingin membuat perjanjian pranikah terkait harta masing-masing tapi suaminya tidak setuju. 

Duan Ruo pernah bilang padanya bahwa dia menginginkan suami yang mandiri dan bermental kuat dan tidak akan merecokinya dengan hal-hal rumah tangga karena dia sibuk dinas ke sana kemari sepanjang tahun.

Ming Yu sesuai banget dengan kriteria cowok idaman Duan Ruo. Lu Chen bisa melihat kalau Ming Yu tertarik pada Duan Ruo dilihat dari sikap dan kecerewetannya saat ngobrol dengan Duan Ruo tadi.

Sudah cukup ngomongin kedua orang itu, Gui Xiao langsung pindah duduk di samping Lu Chen dan nyender manja ke bahunya, kangen. Ah! Ada hal penting yang perlu dia katakan pada Lu Chen.

Dia langsung mengeluarkan sebuah buku catatan yang ternyata berisi segala macam data informasi uang, tabungan dan berbagai asetnya, termasuk semua kata sandinya, dan dia juga punya tabungan khusus yang dia simpan untuk pensiun ibunya. 

Hah? Untuk apa Gui Xiao memberitahukan semua ini pada Lu Chen kayak orang mau mati saja?

Jadi begini, Gui Xiao menjelaskan bahwa melahirkan anak itu resikonya nyawa. Siapa tahu terjadi sesuatu padanya, makanya sekarang Gui Xiao memberitahu semua ini biar Lu Chen tahu bagaimana menemukan semua uangnya. Lu Chen kan biasanya tidak pernah perhatian dengan hal-hal semacam ini, akan sangat merepotkan kalau Lu Chen tidak mengetahui semua ini sejak sekarang.

Tapi Lu Chen jelas tidak senang mendengar semua ucapannya ini, "Apa kau menyesal?"

"Sudah menikah, baru tanya sekarang."

Bercanda kok. Justru yang paling Gui Xiao sesali adalah tidak mengikat Lu Chen ke ranjang saat Lu Chen pulang dulu (saat dia masih kuliah dulu). Lu Chen geli mendengarnya, dulu Gui Xiao masih muda, memangnya Gui Xiao berani melakukannya?

"Berani dong! Kalau kau berani, maka aku juga berani."

Selain itu, Gui Xiao memberitahu bahwa sejak hamil, dia jadi anemia dan hipotiroid. Dokter bilang bahwa kemungkinan kecil bisa memengaruhi kecerdasan bayi atau si bayi menderita hipotirodisme bawaan. Tapi kemungkinan kecil saja kok, Gui Xiao juga sudah berusaha mencegahnya dengan rutin minum obat. Jadi Lu Chen tidak usah khawatir.

Usai makan, Lu Chen membawanya ke kamar hotel dan langsung melayani Gui Xiao bagai ratu tanpa disuruh: Memotongkan buah untuknya, mengelap tangannya, bahkan mencucikan kakinya. Romantis banget deh pokoknya, bikin Duan Ruo jadi iri, pingin punya suami tampan dan bertemperamen baik juga.

"Temperamennya dia buruk loh, waktu sekolah dia selalu bermuka masam. Kalau tidak bersuara, bisa menakuti banyak orang," ujar Gui Xiao.

Mengenang masa lalu mereka, Gui Xiao masih ingat betul dengan surat cinta pertama yang Lu Chen berikan padanya dulu.

"Kau yakin itu surat cinta?"

Flashback.

Dulu, Lu Chen menitipkan surat itu pada Hai Jian Feng untuk diserahkan pada Gui Xiao. Kenapa Lu Chen menolak mengakui kalau itu surat cinta? Karena judul ]surat itu justru 'Surat Permintaan Maaf'.

Entah apa sebenarnya salah Lu Chen pada Gui Xiao, sepertinya karena Lu Chen mengabaikannya,  makanya dia menulis surat itu. Tapi Gui Xiao sebenarnya tidak marah waktu itu, malah suratnya Lu Chen membuatnya jadi semakin senang. (Sebenarnya aku agak bingung dengan adegan masa lalu ini, errr... malah bisa dibilang, kisah masa lalu mereka tuh banyak yang membingungkan karena adegan-adegannya yang cuma sepotong-sepotong di sana-sini, nggak jelas urutannya gimana)

Flashback end.

Gui Xiao dengan manja meminta Lu Chen untuk memijat kakinya. Lu Chen langsung menurutinya, tapi ujung-ujungnya malah nakal mengelus kakinya... tepat saat Ming Yu mendadak muncul di depan pintu. Pfft! Ming Yu jadi canggung dan langsung buru-buru mundur.


Lu Chen pun akhirnya menutup pintu biar tidak ada yang ngintip lagi. Hari ini Lu Chen libur, jadi Gui Xiao bisa melakukan apa pun padanya. 

Baguslah! Kalau begitu, Gui Xiao langsung menuntut Lu Chen untuk menemaninya tidur siang. Eits! Jangan mikir aneh-aneh, tidur siang doang maksudnya. Baiklah, tidur siang doang.

Bagaimana dengan Duan Ruo dan Ming Yu, terpaksa mereka harus sekamar di kamar lain. Duan Ruo sih tidak masalah, tapi Ming Yu canggung dan gugup banget berduaan di kamar dengan seorang wanita.

Bersambung ke episode 22

Post a Comment

0 Comments