Pagi-pagi, Gui Xiao dan Xiao Nan baru bangun tapi mendapati Lu Chen sudah sibuk memasak sarapan di dapur. Lu Chen akhirnya memberitahu Gui Xiao bahwa mulai Senin, dia akan melakukan pelatihan tertutup selama satu bulan.
Hadeh! Biarpun menjadi istri polisi itu sulit, tapi tidak masalah, Gui Xiao mengerti kok kalau calon suaminya adalah setengah miliknya dan setengah milik negara.
Berarti ini hari terakhir mereka bersama sebelum Lu Chen pergi bertugas selama sebulan. Namun hari ini juga, tiba-tiba mereka harus menghadapi masalah dalam keluarga masing-masing.
Ayahnya Lu Chen masih bersikeras tidak ingin bercerai dan mencoba meminta Gui Xiao untuk membantunya, berusaha meyakinkannya bahwa dia sudah bertobat dari kesalahannya yang dulu, tapi juga berusaha cari-cari alasan tentang ketidaksetiaan dulu.
Gui Xiao tetap teguh menolak ikut campur. Dia memang belum pernah menikah, tapi dalam pandangan hidupnya, hal-hal yang paling penting dari sebuah hubungan adalah bisa saling menerima pasangan kita apa adanya dan saling bahu membahu menghadapi segala rintangan, atau minimal, setia lah.
Sayangnya, Ayah sudah menghancurkan semua itu. Jangan hanya karena hari ini mereka punya masalah, terus seenaknya memutuskan hubungan dan mencari orang lain. Itu namanya pengkhianat.
Lu Chen sendiri harus menghadapi permasalahan kedua orang tuanya yang sekarang ini sedang bertengkar di restorannya Xiao Shan gara-gara ketahuan makan bersama wanita lain, wanita yang melahirkan anak haramnya Ayah.
Brengseknya, Ayah bahkan tidak merasa dirinya salah, malah mengungkit-ungkit pernikahan keduanya Ibu dulu. Xiao Shan sontak membela Ibu dan mengingatkan Ayah bahwa dulu Ayah sendiri yang ngotot membujuk Ibu untuk rujuk dengannya demi mendapatkan uang untuk menyelamatkan bengkelnya. Bah! Ayah masa bodo dan terus saja mengancam akan buat perhitungan dengan Ibu.
Yang jadi masalah, Ibu sendiri keras kepala menolak mendengarkan saran anak-anaknya untuk berpisah dari Ayah, berpikir hanya karena dirinya sudah tua sehingga tidak merasa perlu untuk bercerai. Ibunya Lu Chen benar-benar memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang dari Ibunya Gui Xiao yang berpegang teguh pada pendiriannya sendiri.
Gui Xiao membantu Ibu mencarikan pengacara yang merupakan salah satu kenalannya untuk membantu ibunya menyelesaikan perceraian ini. Lucunya, karena Gui Xiao membawa Xiao Nan ke dalam pertemuan antara ibunya dengan pengacara, baik ibunya maupun pengacara sama-sama mengira kalau Xiao Nan adalah anak yang diam-diam dilahirkan Gui Xiao dan Lu Chen. Maklum sih, Xiao Nan memang cukup besar untuk jadi anak mereka.
Ngomong-ngomong tentang perceraian, Ibu jadi ingat sesuatu tentang putusnya hubungan Lu Chen dan Gui Xiao dulu. Yaitu, Ayah Gui pernah menemui Lu Chen di akademi kepolisian beberapa tahun yang lalu untuk menyuruh Lu Chen putus dari Gui Xiao karena Ayah merasa Lu Chen tidak pantas untuk Gui Xiao. Terang saja Gui Xiao kaget mendengarnya karena Lu Chen tidak pernah mengatakan apa pun tentang masalah ini.
Apa alasan Gui Xiao mengajak anak kecil ke dalam pertemuan para orang dewasa untuk membicarakan perceraian ini? Pastinya untuk membuat Xiao Nan memahami perceraian kedua orang tuanya sendiri.
Tidak semua perceraian itu buruk, kadang perceraian itu demi kebaikan dan kebahagiaan kedua belah pihak. Perceraian adalah urusan kedua orang dewasa, anak-anak tidak perlu terlalu memikirkannya apalagi sampai memengaruhi kehidupan mereka.
Buktinya, Gui Xiao tetap bisa berprestasi dan sukses terlepas dari perpisahan kedua orang tuanya. Jadi, Xiao Nan hanya perlu fokus pada dirinya sendiri dan perkembangan hidupnya, belajar mandiri sejak kecil dan jangan lagi memikirkan perceraian kedua orang tuanya.
Gui Xiao bercerita pada Lu Chen bahwa dulu dia sangat membenci ayahnya, dia tidak terima ayahnya punya wanita lain. Namun kemudian dia memaafkan Ayah saat Ayah sakit parah. Tapi terlepas dari membaiknya hubungannya dengan Ayah, dia tetap tidak akan ikut campur dalam keputusan cerai ibunya.
Ngomong-ngomong tentang kedua orang tua mereka, Lu Chen ingin bertemu dengan kedua orang tua Gui Xiao untuk membicarakan pernikahan mereka setelah pelatihan tertutupnya selesai nanti. Tapi Gui Xiao malah bersikeras menolak.
Lu Chen tidak mengerti kenapa, dia punya pekerjaan yang bagus dan berprestasi, moralnya baik dan lumayan tampan juga. Jadi kenapa Gui Xiao tidak mau membawanya pulang menemui orang tuanya?
"Bukan lumayan tampan lagi, tapi sangat tampan sampai bisa bikin malapetaka." (Pfft!)
"Jawab dengan serius!"
Gui Xiao mengaku bahwa dia hanya tidak ingin Lu Chen dihina oleh ayahnya, dia tidak bisa menerimanya. Tidak ada seorang pun yang boleh menindas Lu Chen kecuali Gui Xiao sendiri. Kalau orang lain menindas Lu Chen, Gui Xiao akan melawannya mati-matian.
Lu Chen terharu sekaligus merasa bersalah padanya, merasa bersalah karena dulu mereka pernah berjanji tidak akan putus, tapi pada akhirnya malah tetap putus juga.
Keesokan paginya, Lu Chen pamitan pada Gui Xiao yang sebenarnya merasa tidak tenang karena pastinya anggota yang akan Lu Chen latih bukan cuma pria, wanita juga banyak. Dia belum membelikan cincin pasangan untuk Lu Chen untuk mencegah pandangan nakal wanita lain.
Karena itulah, Gui Xiao memperingatkan Lu Chen untuk jaga diri, jangan sampai tergoda oleh wanita lain yang akan membuatnya kehilangan istri cantik, kaya, baik hati, dan setia ini. Lu Chen loh yang rugi nantinya.
Begitulah, Lu Chen dan Gui Xiao pun kembali ke pekerjaan masing-masing. Lu Chen melatih murid-murid baru, dan ternyata dia bukan cuma ahli penjinak bom, melainkan juga pintar dalam beberapa bahasa asing, terutama bahasa Rusia.
Di tengah tugasnya, Lu Chen mendengar kabar bahwa sebenarnya tim SWAT di Kota Gonghai yang dekat dengan Qining ingin meminta Lu Chen untuk menjadi ahli penjinak bom mereka, tapi kemudian Ming Yu yang menawarkan diri untuk menggantikannya karena Ming Yu memikirkan kebaikan Lu Chen dan tidak ingin Lu Chen jauh dari rumahnya yang sekarang.
Lu Chen sebenarnya agak khawatir. Dia lebih mengenal kota itu dibandingkan Ming Yu karena dulu dia pernah tinggal di sana, apalagi dia tahu betul kalau tim di Qining belakangan ini punya banyak tugas. Namun saat dia menelepon Ming Yu, Ming Yu santai-santai saja tentang masalah pemindahan tugas ini, meyakini bahwa segalanya baik-baik saja.
Gui Xiao sendiri sedang mewawancarai beberapa pelamar kerja. Ini interview akhir tapi suasananya sangat santai, malah terkesan seperti lagi nggosip alih-alih interview kerja, karena ternyata tujuannya untuk mencari orang yang paling cocok untuk bekerja sama dengan tim, alih-alih cuma sekedar mencari pekerja ahli.
Usai melakukan wawancara, Bosnya Gui Xiao tiba-tiba muncul dan langsung perhatian banget pada Gui Xiao dengan memberinya suplemen vitamin. Gui Xiao sadar betul perasaan bosnya padanya, karena itulah dia dengan tegas menarik batas di antara mereka.
Bos pantang menyerah, bahkan saat dia mendengar kalau pacarnya Gui Xiao tidak bisa menjemput Gui Xiao karena sibuk bertugas selama satu bulan di luar kota, Bos langsung menghinanya sebagai pacar yang buruk dan tidak berguna.
Sontak saja Gui Xiao langsung memelototinya dengan garang, tidak terima calon suaminya dihina. Bos terus berusaha menghasut Gui Xiao untuk meragukan kesetiaan dan ketulusan Lu Chen, tapi dia tidak sadar bahwa perasaan dan hubungan kedua orang itu sekarang sangat kuat dan tidak mudah digoyahkan. Gui Xiao pun percaya sepenuhnya pada Lu Chen.
Sekali lagi dia menegaskan pada Bos tentang batas-batas hubungan mereka yang cuma teman dan dia tidak mau lagi membicarakan masalah pribadinya pada teman laki-lakinya. Untungnya Bos akhirnya mau juga menerimanya dan mengalah.
Gui Xiao beberapa hari ini sakit, akhirnya dia memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Namun yang tak disangkanya, dari hasil cek darahnya, dokter menduga bahwa dia sedang hamil. (OMG! Kilat sekali. Wkwkwk!) Ini baru dugaan, jadi dokter menyuruhnya untuk periksa ke Obgyn.
Gui Xiao begitu tercengang dan bahagia karenanya. Namun dia tidak mau memeriksakannya sekarang dan tidak memberitahu Lu Chen dulu untuk saat ini, berniat menunggu Lu Chen pulang dulu agar mereka bisa memeriksakannya bersama-sama.
Akhirnya setelah sebulan bertugas, Lu Chen bisa pulang juga. Gui Xiao langsung menyeretnya ke dapur dan menyuruhnya memasak, dan Lu Chen dengan senang hati menuruti keinginannya.
Namun saat dia sibuk mengupas kentang, Gui Xiao tidak tahan untuk memeluk Lu Chen dari belakang, menghirup aroma tubuh Lu Chen yang wangi habis mandi, lalu memasukkan tangannya ke saku celananya Lu Chen.
Namun yang tak disangkanya, dia malah menemukan sebuah benda yang membuatnya tercengang, cincin pasangan. Lu Chen akhirnya membeli cincin pasangan. Lu Chen bahkan sudah memakai cincinnya di jari manisnya. Gui Xiao senang banget.
"Suka tidak?"
"Kau membelinya tanpa bertanya padaku."
"Tidak masalah kalau kau tidak suka. Kita bisa membelinya lagi tahun depan. Kalau masih tidak suka, dua tahun lagi beli lagi. Nanti satukan di tali lalu gantung di leher. Setelah tua, cincinmu yang paling banyak," canda Lu Chen.
Gui Xiao penasaran kenapa Lu Chen menaruhnya di dalam saku celana dan bagaimana Lu Chen tahu kalau dia bakalan menemukannya? Gampang saja, karena Lu Chen tahu betul kebiasaan Gui Xiao sejak dulu. Setiap kali dia memasak, Gui Xiao suka memeluknya dari belakang dan memasukkan tangan ke dalam saku celananya.
Gui Xiao juga punya hadiah untuk Lu Chen, dia langsung berjinjit lalu berbisik mesra di telinga Lu Chen, "kurasa... aku hamil."
Lu Chen begitu shock mendengarnya hingga dia tidak mampu berkata-kata selama beberapa detik. Gui Xiao jadi hampir salah paham dan ketakutan melihatnya cuma diam, mengira Lu Chen tidak senang.
Untungnya Lu Chen dengan cepat menguasai diri dan langsung memeluk Gui Xiao saking bahagianya dan dengan antusias mendengarkan cerita Gui Xiao tentang awal mula dia mengetahui kehamilannya. Hanya saja belum dia periksakan ke Obgyn karena dia menunggu Lu Chen pulang.
Lu Chen bahkan langsung berpikir cepat memikirkan dan merencanakan segala hal. Tentang kapan mereka harus menikah, kapan dia bisa cuti, pernikahannya diadakan bagaimana, di mana dll. Dan juga, dia ingin mereka pergi ke rumah sakit untuk memeriksakannya ke Obgyn besok.
Gui Xiao senang banget, awalnya tadi dia pikir kalau Lu Chen tidak senang, dia sudah takut saja tadi. Tentu saja Lu Chen senang, hanya saja ini pertama kalinya dia jadi ayah, wajar kalau dia panik. Sekarang perasaannya sudah lebih tenang.
Sejak saat itu, kedua sejoli itu jadi mesra sepanjang hari dan sepanjang malam, di mana pun dan kapan pun. Gui Xiao nempel terus dan manja banget sama Lu Chen dan Lu Chen dengan senang hati memanjakannya dan melayaninya bak seorang ratu: Kecup-kecup manjah setiap kali berpapasan, bisik-bisik mesra setiap saat. Duh! Romantis banget deh pokoknya, mata Xiao Nan sampai sakit gara-gara melihat kemesraan mereka sepanjang hari, jadi dia buru-buru menghindar masuk kamar.
Bersambung ke episode 20
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam