Recap Road Home Episode 16 & Episode 17

Keesokan harinya, Lu Chen diajak pamannya sarapan bersama, tapi dia makan buru-buru soalnya ingin bergegas pulang kembali ke Gui Xiao untuk membuatkan sarapan penuh cinta untuk Gui Xiao sebelum kemudian pergi kerja.

 

Gui Xiao sendiri baru bangun agak siangan, tapi tak mendapati Lu Chen di sisinya. Namun saat dia turun, dia mendapati sudah ada dumpling buatan Lu Chen di meja yang cuma perlu dikukus.

 

Tak lama kemudian, Gui Xiao membawakan sekotak dumpling buatan Lu Chen dan sebuah surat titipan Ming Yu untuk Duan Ruo yang berterima kasih padanya karena selama beberapa hari ini telah menjaga Xiao Nan dengan baik.

Berkat surat itu, Duan Ruo dan Ming Yu mulai add friend di WeChat. Duan Ruo bahkan mulai penasaran ingin mengetahui seperti apa wajah Ayahnya Xiao Nan. 

Gui Xiao sendiri tiba-tiba harus menghadapi masalah keluarga. Ayahnya mendadak menjemputnya di tengah jam kerja untuk menjemput Ibunya Gui Xiao di bandara yang baru pulang hari ini.

Masalahnya, Ibu pulang bukan untuk bersatu dengan keluarganya, melainkan hanya untuk menyelesaikan masalah perceraian dengan Ayahnya Gui Xiao. Malah sepertinya, mereka sudah lama berpisah, hanya saja belum cerai resmi.


Jelas dari percakapan mereka bahwa Ayah-lah yang awalnya bersalah, tapi Ayah tidak ingin cerai dan berusaha melakukan segala cara untuk mencegah perceraian ini, tapi Ibunya Gui Xiao keukeuh untuk bercerai, dan Gui Xiao menolak ikut campur.


Malah sebenarnya, dia mendukung perceraian kedua orang tuanya ini demi ibunya. Wajar saja sih. Gui Xiao bercerita ke Duan Ruo bahwa dulu, justru ayahnya yang ingin bercerai duluan karena dia punya wanita simpanan. Baru sekarang ayahnya menyesal, tapi segalanya sudah terlambat.

Dia juga mengaku bahwa salah satu alasan putusnya hubungannya dengan Lu Chen dulu juga karena masalah ini. Waktu itu orang tuanya bertengkar hebat setiap hari, bahkan pernah hampir main tangan. Gui Xiao waktu itu sangat membutuhkan seseorang untuk curhat, tapi Lu Chen malah tidak pernah bisa dihubungi.

Sayangnya, dulu dia tidak pernah mengetahui bahwa pekerjaannya Lu Chen sangat menyita waktu. Diperparah dengan fakta bahwa tidak ada satu pun di antara mereka yang berterus terang tentang kehidupan satu sama lain. 

Saat akhirnya Lu Chen menghubunginya, Lu Chen cuma bilang kalau dia sibuk seharian tanpa penjelasan apa pun lebih lanjut. Gui Xiao juga tidak langsung berterus terang saja tentang masalahnya sehingga Lu Chen jadi tidak tahu apa-apa dan mengira Gui Xiao menelepon bukan untuk urusan penting. 

Gui Xiao egonya tinggi, Lu Chen nggak peka, ditambah LDR dan jadwal keduanya yang sering kali bentrok sehingga komunikasi jadi sangat kurang. Saat Lu Chen ada waktu menelepon, Gui Xiao malah sibuk, dan sebaliknya. 


Saat akhirnya punya waktu berkomunikasi pun, hampir tidak ada topik pembicaraan di antara mereka. Dari yang awalnya Gui Xiao begitu cerewet menceritakan berbagai pengalamannya setiap kali mereka teleponan... hingga pada akhirnya mereka malah lebih banyak diam setiap kali teleponan. 

Malah beberapa kali mereka justru bertengkar lalu perang dingin setiap kali bisa teleponan. Semua inilah yang pada akhirnya menghancurkan hubungan mereka. Hingga suatu hari Gui Xiao capek dengan hubungan mereka ini dan meminta putus.

Lu Chen sangat sedih, tapi alih-alih membujuk Gui Xiao, dia malah langsung menyetujuinya begitu saja. Dia bahkan tidak punya waktu untuk patah hati karena saat itu juga dia dan timnya diperintahkan untuk latihan di gunung salju.

Saat tengah beristirahat, dia sengaja menjauh dari rekan-rekannya dan menangis diam-diam, berusaha keras menahan suaranya sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengar dan mengetahui dirinya menangis.

Flashback end.

Dari sudut pandang lain, Lu Chen mengaku ke temannya bahwa dulu dia sama sekali tidak pernah bisa memahami kenapa Gui Xiao selalu emosional dan tidak punya waktu mencari tahu juga karena kesibukan pelatihannya yang luar biasa. 

Baru setelah mereka putus, dia mendengar kabar dari sepupunya bahwa ternyata saat itu keluarga Gui Xiao mengalami masalah dan kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Mereka masih muda waktu itu, ego mereka masih sama-sama tinggi, sama-sama tidak ada yang mau mengalah, dan kurang bisa berkomunikasi dengan baik.

Sekarang keduanya sudah lebih dewasa dalam menyikapi hubungan baru mereka. Gui Xiao sekarang sudah bisa mengerti dan tidak mempermasalahkan biarpun Lu Chen tidak bisa pulang karena kesibukan pekerjaannya. 

Tidak masalah biarpun jarang ketemu, yang penting, dia hanya meminta agar mereka tetap menjaga komunikasi demi keberlangsungan cinta mereka pada satu sama lain. Biarpun Lu Chen lebih sering diam di telepon, Gui Xiao juga tidak mempermasalahkannya karena sekarang dia sudah lebih memahami Lu Chen yang pada dasarnya memang pendiam.

Tapi... kalau Gui Xiao lupa mengucap sampai jumpa, Lu Chen jadi galau seharian. Wkwkwk! Diperparah dengan rekannya yang meyakini bahwa jika wanita tidak mengucap sampai jumpa di telepon, berarti dia lagi marah.

Untungnya Gui Xiao juga kepikiran terus tentang masalah ini, jadi saat kedua kalinya mereka teleponan, Gui Xiao memastikan dirinya tidak lupa bilang sampai jumpa di akhir telepon. Lu Chen pun bisa tenang.

Meng Xiao Shan yang paling heboh saat Gui Xiao memberitahunya bahwa dia dan Lu Chen ingin menikah secepatnya. Dia masih kurang setuju karena keluarganya Lu Chen tuh rumit. Jadi begini, Lu Chen bukan hanya punya kakak perempuan, tapi juga punya adik perempuan tiri dan adik laki-laki tiri.

Adik perempuan tirinya adalah anak mendiang ayah tirinya Lu Chen yang dibawa pulang oleh ibunya Lu Chen saat dia menikah lagi dengan ayah kandungnya Lu Chen. Si adik perempuan tirinya itu sekarang juga berprofesi jadi polisi, tapi prestasinya tidak secermelang Lu Chen dan cuma jadi sipir penjara di Hebei dan jarang pulang.

Sedangkan si adik laki-laki adalah anak haramnya ayah kandungnya Lu Chen. Sejak kecil, Lu Chen lah yang selalu melindungi kakak dan adik perempuannya dari kejahatan ayahnya. Lu Chen dan adik perempuannya lah yang paling menderita di rumah itu, apalagi di adik adalah perempuan dan anak tiri pula, pastinya dia diperlakukan dengan sangat tidak adil oleh ayah kandungnya Lu Chen.

Yang tidak Xiao Shan sangka, semua cerita tentang kelamnya keluarga Lu Chen itu malah membuat Gui Xiao jadi semakin bertekad untuk menikahi Lu Chen secepatnya karena Gui Xiao ingin memberikan keluarga yang normal untuk Lu Chen.

Lu Chen tak sengaja bertemu dengan ayahnya Gui Xiao yang hari ini datang berkunjung untuk memberikan pemusnah bahan peledak untuk organisasi mereka. Menurut Ketua, ternyata dulu ayahnya Gui Xiao pernah mengikuti pelatihan kepolisian, namun kemudian dia cedera sehingga pada akhirnya ganti profesi.

Namun terkait hubungan Lu Chen dan Gui Xiao, Ayah Gui masih tetap dengan pendapatnya bahwa mereka berdua tidak cocok karena pekerjaannya Lu Chen yang terlalu menyita waktu untuk berkeluarga

Lu Chen pantang menyerah, "kalau begitu saya hanya bisa menggunakan waktu untuk membuktikan."

"Membuktikan apa?"

"Membuktikan bahwa kami berdua bisa berjalan sampai akhir."


Setelah Ayah Gui pergi, Lu Chen mendapat tugas baru, kali ini dia harus menggantikan seorang pelatih di tim lain karena si pelatih sekarang sedang cuti melahirkan. Mereka harus melakukan pelatihan tertutup selama kurang lebih satu bulan, jadi selama sebulan ke depan, Lu Chen tidak bisa pulang.

Karena itulah, Ketua menyuruh Lu Chen untuk pulang dulu dan menghabiskan waktu bersama keluarganya selama weekend sekaligus untuk membicarakan masalah ini dengan calon istrinya Lu Chen. Jelaskan baik-baik karena calonnya Lu Chen kan tidak mengerti pekerjaan mereka bagaimana.

Lu Chen mengerti. Tentu saja dia akan membicarakannya dengan baik agar kesalahan mereka di masa lalu tidak akan terulang kembali. Dulu dia tidak pernah mengatakan apa pun karena dia mengira kalau Gui Xiao pasti mengerti, tapi ternyata itu malah menimbulkan kesalahpahaman besar di antara mereka.


Hari ini Lu Chen akhirnya pulang juga. Gui Xiao sudah menunggunya di depan pintu dan langsung memeluknya dan bermanja ria, bahkan memaksa untuk menemani Lu Chen mandi sambil ngobrol. Tapi, ehem, pastinya bukan cuma ngobrol ya. Hehe.

Tak lama kemudian, mereka pergi kencan berdua. Sekarang karena mereka mau menikah, Lu Chen pun mulai memberitahu Gui Xiao tentang keluarganya yang agak rumit. Tapi tentu saja Gui Xiao sama sekali tak mempermasalahkannya, yang penting kan Lu Chen-nya.

Usai makan malam, Gui Xiao mengajaknya jalan-jalan. Namun tiba-tiba dia bermanja ria, melakukan sesuatu di belakang Lu Chen lalu tiba-tiba saja dia monyongin bibir minta dicium, bodo amat biarpun ini tempat umum.

Lu Chen menariknya ke tempat yang agak sepi sebelum kemudian menurutinya dan menciumnya mesra. Tapi di tengah ciuman, tiba-tiba dia merasakan Gui Xiao mendorong sesuatu ke mulutnya... yang ternyata adalah cincin tunangan. (Tidak untuk ditiru ya teman-teman, ini aksi yang berbahaya, kan nggak lucu kalau keselek dan mati karena cincin lamaran niruin drama)

Gui Xiao girang banget dan langsung menuntut Lu Chen untuk memakaikan cincin itu ke jari nya, besok mau dia pamerkan ke rekan-rekan kerjanya, biar mereka mengira kalau dia dilamar Lu Chen.

Tapi Lu Chen tidak senang, membeli cincin lamaran seharusnya tugas cowok, dia masih sanggup kok membeli cincin lamaran. Gui Xiao santai meyakinkan Lu Chen bahwa ini cuma cincin lamaran, Lu Chen bagian yang membeli cincin kawin sepasang saja nanti.

Lu Chen tanya berapa harganya tapi Gui Xiao menolak menjawab (karena sudah pasti mahal). Gui Xiao mengaku bahwa dia hanya tidak ingin Lu Chen diremehkan, dia ingin mereka menikah dengan megah. 

Dia tahu kalau Lu Chen tidak peduli dengan masalah semacam ini, tapi di luar sana banyak orang norak yang memperhatikan hal ini. Dia tidak mau orang-orang itu membicarakan Lu Chen, dia tidak akan mengizinkannya. Karena itulah, segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan mereka harus yang terbaik.

Lu Chen akhirnya mengalah, dia mengelap cincin itu lalu memakaikannya ke jari tengah Gui Xiao dan berjanji akan memberikan cincin yang lebih besar kelak. Dia bahkan ngebet banget berencana menikahi Gui Xiao bulan ini.


Lu Chen terlalu bahagia sehingga dia terbangun tengah malam dan susah tidur lagi, jadi dia turun ke parkiran dan menghabiskan malam itu untuk memperbaiki mesin mobilnya Gui Xiao sekaligus mengajari satpam gedung yang ingin belajar memperbaiki mesin mobil sendiri.

Bersambung ke episode 18

Post a Comment

0 Comments