Sinopsis Road Home Episode 15

Sementara itu di Beijing, Duan Ruo benar-benar mengurus Xiao Nan dengan baik. Bahkan bisa dibilang, dia lebih telaten dibandingkan Gui Xiao. Hmm, calon ibu sambung yang baik nih buat Xiao Nan. Hehe.

Duan Ruo bercerita bahwa dia sebenarnya juga sama seperti Xiao Nan, anak broken home. Kedua orang tuanya sudah bercerai sejak dia masih kecil. Dia tinggal bersama kakek dan neneknya yang sebenarnya kurang perhatian pada anak kecil dan membebaskannya dalam melakukan segala hal, tidak pernah mengajarinya dasar-dasar hidup. 

Orang tuanya juga sama sehingga Duan Ruo harus belajar segalanya otodidak. Dia bahkan baru belajar merawat diri sendiri dengan benar saat mulai kuliah berkat seorang temannya yang mengomentari kulitnya yang kasar.

Xiao Nan kagum juga padanya. Jujur dia akui kalau kesan pertamanya pada Duan Ruo sebenarnya tidak begitu bagus, dia pikir kalau Duan Ruo tuh cewek manja yang suka berpakaian bagus. Siapa sangka kalau Duan Ruo ternyata malah lebih teliti dibandingkan Gui Xiao.

Tuan Shen benar-benar puas belajar tentang bom-bom zaman perang dari Lu Chen, dia sangat kagum dengan pengetahuan Lu Chen tentang semua ini. Saking kagumnya, dia jadi penasaran dengan kehidupan pribadi Lu Chen dan langsung kepo menanyakan apakah Lu Chen sudah menikah.

Lu Chen dengan tersipu malu mengaku bahwa sebentar lagi dia akan menikah. Tuan Shen turut senang mendengarnya. Dia mengaku bahwa dia sendiri tidak pernah menikah, tapi dia selalu turut senang bagi para anak muda yang berbahagia. 

Calonnya Lu Chen pastilah gadis yang baik karena bisa menerima profesinya Lu Chen ini. Lu Chen mengakuinya, calonnya memang gadis yang baik.

Sudah selesai, Lu Chen pulang dengan membawa makanan untuk Gui Xiao. Setelah itu, dia kemudian membawa Gui Xiao menemui seorang ibu yang tinggal sendirian, yang ternyata adalah jandanya mendiang Kapten lama.

Jelas dari interaksi mereka kalau Lu Chen sudah seperti anak sendiri, apalagi Ibu dan mendiang Kapten tidak pernah punya anak. Malah, selama bertahun-tahun bertugas di sini, Lu Chen jarang pulang sehingga setiap tahun selalu merayakan Imlek di rumah mereka ini.

Bahkan setelah mendengar Gui Xiao adalah calon istrinya Lu Chen, Ibu langsung mengeluarkan sebuah kotak berisi sepasang gelang emas. Ini adalah hadiah yang pernah dia siapkan bersama mendiang Kapten untuk pernikahannya Lu Chen. 

Dia bahkan meminta Gui Xiao untuk tidak sembarangan minta putus dari Lu Chen apa pun yang terjadi. Memang, keluarganya Lu Chen kurang baik, tapi itu bukan salah Lu Chen. Lu Chen hanya kurang beruntung terlahir ke dalam keluarga itu. (Aww, mereka lebih baik dan lebih pantas menjadi orang tuanya Lu Chen dibandingkan orang tua kandung Lu Chen sendiri)

Lu Chen telah banyak menderita di tangan orang tuanya sendiri selama puluhan tahun, tapi untungnya dia tetap tumbuh jadi orang yang baik dan jujur. Kalau misalnya suatu hari Lu Chen tidak baik pada Gui Xiao, maka Gui Xiao telepon saja dia, biar dia yang akan menghukum Lu Chen.

Ibu lalu menyuruh Lu Chen untuk memakaikan gelang ini ke tangan Gui Xiao. Lu Chen awalnya menolak karena tak enak hati, tapi karena Ibu memaksa, akhirnya dia mau juga menerimanya dan memakaikannya ke tangan Gui Xiao.

Tak lama kemudian, mereka pun pamit dan kembali ke markas SWAT, tapi karena gelang ini sangat berharga, hadiah dari orang-orang yang sangat berharga bagi Lu Chen, Gui Xiao pun mencopotnya dan menyimpannya kembali ke kotaknya agar tidak cepat rusak, karena biasanya perhiasan emas itu cepat berubah jika terlalu sering dipakai.

Besok Lu Chen dan Gui Xiao sudah harus pulang, para anggota tim SWAT sedih harus berpisah dengan mantan kapten mereka lagi, tapi Lu Chen tetap galak sama mereka. Gui Xiao mengerti kalau inilah cara Lu Chen berpamitan pada rekan-rekannya, jadi dia membiarkannya seharian bersama tim SWAT.


Lu Chen baru kembali ke kamar malam harinya, dan Gui Xiao masih belum tidur demi menunggunya, khawatir kalau Lu Chen sedih harus meninggalkan kampung halaman keduanya lagi.

"Gui Xiao, aku ingin menikahimu dan bersamamu selamanya. Apa kau mengerti?" ujar Lu Chen. Gui Xiao begitu tersentuh mendengarnya dan langsung menciumnya mesra.

Keesokan harinya saat mereka keluar kamar, mereka akan mendapati para anggota tim sudah berkumpul untuk mengantarkan mereka pergi. Sebelum pergi, Lu Chen akhirnya memutuskan untuk mengumumkan pada mereka semua bahwa dia berencana untuk menikah. 

Sontak saja semua orang langsung bersorak dan mengucap selamat untuk mereka, akhirnya ada juga cewek yang mau sama Lu Chen. Wkwkwk! Sekarang sudah waktunya Lu Chen pergi, tim SWAT pun mengantarkan kepergiannya dengan memberi hormat.

Begitu kembali ke Beijing, mereka pulang dan mulai tinggal bersama di rumahnya Gui Xiao. Namun Lu Chen benar-benar jenis orang yang tidak bisa diam kecuali waktu tidur. Baru juga Gui Xiao mengambilkannya segelas air, dia malah tidak menemukan Lu Chen di ruang tamu, melainkan menemukannya di ruang laundry, lagi nyuci.

Lu Chen bahkan ingin mempelajari buku manual mesin cucinya Gui Xiao karena ingin membongkar mesinnya. Gui Xiao sampai harus memperingatkannya untuk tidak macam-macam karena barang ini mahal. Bukan cuma itu saja, dia juga ngepel lantai, nyuci lap dapur, bahkan masak. Dan Gui Xiao cuma diam menemaninya di sisinya.

Saat Lu Chen selesai masak tak lama kemudian, dia mendapati Gui Xiao ketidura di sofa. Maka Lu Chen pun dengan lembut membopongnya ke kamar. Namun Gui Xiao terbangun saat Lu Chen membaringkannya ke kasur.

Membahas masalah pernikahan mereka, Lu Chen meminta Gui Xiao untuk mempertimbangkan profesinya ini. Dia bakalan jarang di rumah dan sulit mengurus keluarganya, apalagi kalau sudah ada misi, dan juga sering menghadapi bahaya.


Tapi Gui Xiao meyakinkan bahwa sudah memikirkan segalanya dan dia sudah mantap dengan keputusannya. Perpisahan mereka yang dulu beda dengan yang sekarang, dulu ada situasi khusus yang membuat mereka putus, ditambah lagi, waktu itu mereka masih muda. Dia tidak mau berpisah dari Lu Chen selama bertahun-tahun lagi. 

Pokoknya Gui Xiao bertekad untuk menjadi istri seorang polisi. Eh tapi saat Lu Chen ingin membahas masalah pernikahan mereka sekarang juga, Gui Xiao malah protes dengan tersipu malu karena tak ingin membahasnya secepat ini, mereka bahkan baru pulang beberapa jam. Tapi Lu Chen keukeuh mau membahas pernikahan secepatnya, mereka harus menikah secepat mungkin, lebih cepat lebih baik. 

 

Tapi sepertinya mereka memang belum bisa membahasnya sekarang karena Lu Chen tiba-tiba saja mendapat telepon penting dari rumahnya. Lu Chen pun bergegas pulang dan mendapati depan rumahnya sedang ribut gara-gara ayahnya mabuk lagi, kali ini bahkan sampai melibatkan polisi.

Lu Chen dengan cepat menangani situasi ini sebelum kemudian memapah ayahnya masuk rumah dan mengomelinya karena masih saja suka cari perkara, bikin malu keluarga. Tapi Ayah langsung balas memprotesnya atas pembatalan pernikahannya, masih bersikeras menginginkannya untuk menikah dengan anak orang kaya.

Lu Chen memberitahu bahwa dia memang akan menikah, tapi dia menolak memberitahu siapa calonnya dan memperingatkan Ayah untuk tidak mendekati kehidupannya dan keluarganya.

Ayah tidak peduli dan tidak akan mendekati keluarganya, tapi dia tetap menuntut Lu Chen untuk membiayai hari tuanya, dan masalah ini sebaiknya Lu Chen bicarakan dengan calonnya. Lu Chen menyatakan bersedia membiayai hari tua Ayah, tapi ada syaratnya. Yaitu Ayah harus bersikap lebih baik pada Ibu.

"Memangnya sikapku tidak baik pada ibumu?" tukas Ayah tak merasa bersalah

"Ayah sendiri yang tahu baik atau tidak. Kuperingatkan sekali lagi, aku tidak mengizinkan Ayah ikut campur dalam kehidupanku dan keluargaku."

Sebenarnya, seharusnya Ibu pisah saja dari Ayah mengingat anak-anaknya juga sudah besar dan mandiri, tapi entah kenapa dia masih bertahan dengan suami semacam itu.

Bersambung ke episode 16

Post a Comment

0 Comments