Sinopsis Road Home Episode 14

Lu Chen berhasil menyelesaikan perpeloncohannya tepat waktu. Mereka sebenarnya ingin mengisengi Lu Chen lebih lama dengan angkat beban sambil menggendong Gui Xiao, tapi setelah memperhatikan Gui Xiao pakai rok, mereka akhirnya membatalkan ide itu. 

Ya, yang penting mereka sudah puas mengerjai mantan kapten mereka, sekaligus ingin melihat bagaimana mantan kapten mereka yang biasanya kaku dan galak ini mesra sama kekasihnya. Kapan lagi mereka bisa melakukannya? Belum tentu nantinya mereka bisa menggodai pengantin baru.

Mereka kemudian makan malam bersama. Berhubung sudah larut malam dan hotel mereka jauh dari sini, Ming Yu pun mengatur agar mereka menginap di kamar lamanya Lu Chen yang sekarang masih kosong. 

Dia memberitahu Gui Xiao bahwa mereka semua tinggal di satu gedung apartemen. Dulunya gedung ini adalah asrama pabrik, pemiliknya menyukai pria-pria lajang, makanya disewakan pada tim mereka dengan harga murah.

Kamarnya kecil, cuma terdiri dari satu ruangan cukup besar yang disekat jadi dua, satu kamar dan satu ruang tamu, sedangkan kamar mandi di luar. Bisa dibilang, ya semacam kamar kos yang agak besar lah. Dan yang paling penting, Gui Xiao-lah wanita pertama yang datang ke kamar ini.

 Tapi tiba-tiba Gui Xiao butuh ke toilet. Tapi bagaimana? Toilet di sini cuma toilet pria, tidak ada satu pun toilet wanita.

Tapi tidak masalah, Lu Chen langsung mengantarkannya ke toilet lalu berjaga di depan. Saat tiba-tiba ada salah satu juniornya mau pakai toilet, Lu Chen sontak menyentaknya untuk balik ke kamar dan memerintahkannya untuk push-up 200 kali. Pfft!


Usai dari toilet, Gui Xiao tiba-tiba menuntut Lu Chen untuk sikat gigi di hadapannya hanya karena dia penasaran, dia belum pernah melihat Lu Chen sikat gigi soalnya. Pfft! Cuma sikat gigi doang aja penasaran, tapi baiklah, Lu Chen dengan senang hati menurutinya. 

Eh tapi saat saat giliran Gui Xiao, Gui Xiao malah menolak sikat gigi di hadapannya, biar hubungan mereka ada misterius-misteriusnya gitu, biar hubungan mereka tetap awet. Hehe, dasar.

Sekarang saatnya tidur, tapi ranjangnya cuma satu. Pfft! Gui Xiao jadi galau, mereka kan belum menikah. Tapi Lu Chen santai mengingatkan bahwa mereka sebentar lagi akan menikah, Gui Xiao sendiri loh yang ingin menikahinya, jadi tidak masalah dong?

Tapi momen mereka mendadak tersela oleh kedatangan Ketua yang penasaran ingin bertemu dan berkenalan dengan pacarnya Lu Chen, sekaligus meminta maaf karena telah membuat Lu Chen menjalankan misi berbahaya.

"Aku datang untuk menyapa keluarganya," ujar Ketua.

"Ah, belum jadi keluarga."

"Itu cuma masalah waktu. Kecuali kau yang mencampakkannya, jika tidak, kurasa dia tidak akan sanggup meminta putus darimu."

Lu Chen membenarkannya sambil menatap Gui Xiao dengan penuh cinta, "benar sekali. Tidak berani. Pak Ketua, ada satu hal lagi yang perlu dilaporkan pada anda, kami akan segera menikah."

"Bagus! Bagus! Setelah menikah, kau harus baik pada dia. Di kepolisian kita, ada yang dicampakkan, tapi tidak ada yang mencampakkan wanita."

Ketua selalu berpikir bahwa jika seseorang tidak bisa setia pada pasangannya, lalu bagaimana bisa dia setia pada tim SWAT, negara dan rakyat? 

 

Ketua memberitahu Gui Xiao bahwa Lu Chen adalah yang nilainya paling tinggi di antara anggotanya saat dia pertama kali bergabung ke tim SWAT. Dia sangat hebat sehingga menuai berbagai pujian baik di dalam maupun di luar kepolisian, bahkan jadi rebutan banyak tim SWAT, dan pada akhirnya Ketua-lah yang akhirnya berhasil merebutnya untuk ditugaskan di Qining. Dan sekarang, Gui Xiao-lah yang berhasil merebut Lu Chen.

Sebenarnya sekarang kepolisian tidak mengharuskan anggota untuk melapor secara resmi jika ingin menikah, apalagi Ketua juga sudah bukan ketuanya Lu Chen lagi. Tapi tentu saja Ketua turut senang untuk pernikahan mereka.

Tak lama kemudian, Ketua pun pergi. Namun Lu Chen merasa bahwa ada sesuatu yang sebenarnya masih ingin dikatakan Ketua, tapi belum dia katakan, entah apa. Tapi untuk sekarang, dia memutuskan untuk tidak memikirkannya dulu, toh Ketua pasti akan bilang kalau sudah waktunya.

Lu Chen pun langsung memejamkan mata, tapi kemudian dia merasakan Gui Xiao mendekatinya, maka dia langsung saja mendekapnya dengan alasan kedinginan.


Keesokan paginya, Lu Chen dan tim SWAT bangun pagi sesuai disiplin mereka dan dia langsung berlomba militer dengan Ming Yu. Capek berlomba, Lu Chen pun bergegas kembali ke kamar, mengira Gui Xiao sudah bangun, tapi ternyata belum. 


Lu Chen nakal ingin menciumnya, eh mendadak pintu diketuk dari luar. Dasar! Lu Chen berusaha mengabaikan mereka, tapi orang di luar pantang menyerah dan mengetuk lagi, mengajaknya untuk melihat anjing polisi. Hadeh!


Dipikir-pikir, seandainya mereka tidak pernah putus, maka Gui Xiao akan tinggal di sini selama beberapa hari setiap tahun. Dia masih ingin lanjut mencium Gui Xiao, tapi kali ini Gui Xiao yang menghentikannya, takut orang di luar berpikir macam-macam kalau Lu Chen tidak segera keluar.

Lu Chen jadi menyesal, saat dia melihat Gui Xiao waktu itu, tidak seharusnya dia langsung pergi. Dia mengaku bahwa dia pernah menjinakkan sebuah bom di sebuah gedung beberapa tahun yang lalu dan dia melihat Gui Xiao di sana waktu itu.

"Jadi waktu itu kau yang menjinakkannya? Lalu?"

"Lalu tidak ada apa-apa lagi. Bahaya tersingkirkan, aku kembali ke tim."

"Hal sepenting ini, masa cuma beberapa kalimat?"

"Pekerjaan sehari-hari, untuk apa panjang lebar?"


Saat Lu Chen akhirnya keluar tak lama kemudian, dia malah mendapati semua anggota tim sedang berkumpul di depan kamarnya dengan penasaran tapi langsung sok sibuk sendiri-sendiri begitu Lu Chen keluar kamar. Wkwkwk! 

Lu Chen lalu keluar untuk membelikan sarapan untuk Gui Xiao. Namun saat dia kembali tak lama kemudian, dia menguping dari balik tembok obrolan tim SWAt dengan Gui Xiao, membicarakan tentang kisah cinta mereka berdua. 

Salah satu pria bercerita bahwa dulu saat dia pertama kali bergabung, dia pernah melihat Lu Chen memainkan harmonika yang nadanya menyayat hati. Waktu itu dia berpikir bahwa mungkin Lu Chen merindukan kekasihnya, eh ternyata kemudian dia mengetahui kalau Lu Chen jomblo, dia jadi berpikir kalau Lu Chen mungkin ingin punya pacar. 

Tapi sekarang dia mengetahui alasannya yang sebenarnya, Lu Chen memang merindukan kekasihnya. Mereka jadi penasaran apa alasan mereka putus waktu itu?

"Karena... karena waktu itu masih muda, aku mengira putus adalah hal yang mudah."

Flashback tahun 2010.

Waktu itu, Lu Chen akhirnya bisa pulang setelah sekian lama terpisah. Gui Xiao pura-pura ngambek, padahal sebenarnya dia sangat merindukan Lu Chen. Namun karena kesibukannya yang luar biasa, Lu Chen cuma bisa cuti sehari, dikurangi perjalanan pulang-pergi yang cukup jauh antara Beijing dan Qining, jadi mereka cuma punya waktu bersama selama beberapa jam saja.

Mereka bahkan cuma bisa bersepeda bersama dan makan bersama sebelum kemudian Lu Chen harus balik lagi. Gui Xiao benar-benar sedih, mereka pacaran, tapi ketemuan cuma sebentar doang.

Gui Xiao ingin sekali cepat selesai kuliah biar bisa menyusul Lu Chen, tapi ibunya menyuruhnya kuliah sampai S3. Mendengar itu, Lu Chen pun langsung memeluknya erat dan menyemangatinya untuk menyelesaikan studinya dengan baik, dia janji akan menunggu Gui Xiao. Dia memeluk Gui Xiao lebih lama sebelum kemudian melepaskannya pergi. 

 Butuh waktu beberapa saat bagi Gui Xiao untuk mengatasi kesedihannya. Malam harinya saat akhirnya emosinya mulai mereda, dia malah menemukan selembar kertas di dalam tasnya yang entah kapan dimasukkan Lu Chen di sana. 

Yang tak disangkanya, isinya ternyata adalah lukisan saat dia nonton TV di kamar bengkelnya Lu Chen dulu, dan sebuah HP untuknya agar mereka lebih mudah saling menghubungi. Hadiah-hadiah yang sontak membuat Gui Xiao jadi semakin merindukan Lu Chen.

Flashback end.

Gui Xiao mengaku bahwa dulu dia sama sekali tidak mengetahui apa pun tentang seperti apa pekerjaan Lu Chen, tidak tahu betapa beratnya pekerjaan ini. Dia sering menelepon Lu Chen tapi tidak dijawab.

Kebetulan waktu itu ada masalah di keluarganya Gui Xiao. Dia ingin bicara dan curhat pada Lu Chen, tapi setiap kali dia menelepon, teleponnya tak pernah terjawab, sehingga Gui Xiao harus menanggung segalanya sendiri. 

Lama kelamaan Gui Xiao lelah dengan situasinya waktu itu hingga dia berpikir bahwa dia tidak butuh pacar yang tidak pernah ada untuknya. Begitulah, bagaimana akhirnya mereka putus. 

Lu Chen jadi sedih sekaligus merasa bersalah mendengar semua ini. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya sehingga semua pria pun bergegas pergi meninggalkan mereka berduaan.

Lu Chen membelikan bakpao isi daging kambing untuk sarapannya Gui Xiao karena dia ingat kalau Gui Xiao menyukainya, Gui Xiao pernah menyebutkannya di telepon dulu. Gui Xiao cuma ingin makan isinya doang, jadi Lu Chen dengan senang hati memakan bagian kulitnya doang.

Tapi tiba-tiba momen mereka tersela oleh kedatangan Ming Yu yang mengajak Lu Chen keluar karena ada beberapa orang dari perusahaan bahan peledak sipil yang diketuai seorang bapak bernama Tuan Shen, ingin bertemu dengan Lu Chen untuk mendiskusikan bahan-bahan peledak pasca perang yang biasanya ditanam di tanah di berbagai tempat dan sampai saat ini masih belum banyak ditemukan.

 

Ditengah kesibukannya mencari data-data, Lu Chen meluangkan sedikit waktu untuk menelepon Gui Xiao dan menyuruhnya untuk keluar mencari makan siang sendiri karena dia masih sibuk dan tidak bisa menemani Gui Xiao. Gui Xiao penasaran Lu Chen pulang kapan, apakah mereka masih akan menginap di sini malam ini.

"Kalau kau tidak rela pergi, kita bisa menginap beberapa malam lagi," ujar Lu Chen.

Namun saat dia menutup teleponnya, dia malah kaget mendapati kedua juniornya sedang menatapnya dengan keheranan. Jelas heran lah, baru kali ini mereka melihat mantan kapten mereka yang biasanya galak, ternyata bisa selembut ini pada kekasihnya.

Bersambung ke episode 15

Post a Comment

0 Comments