Sinopsis Road Home Episode 13

Lu Chen mengambil resiko mempertaruhkan nyawanya demi menjinakkan bom yang berada di lubang angin. Tidak ada timer-nya, hanya si penjahat yang tahu waktu ledakannya, tapi dia keukeuh menolak menjawab tak peduli berapa kali mereka menginterogasinya sehingga pada akhirnya Ketua hanya bisa memperkirakan waktu ledakannya dengan cara memperhatikan gerak-gerik si penjahat setiap kali dia melihat jam.

Saat hampir menuju detik-detik ledakan, Ketua memperhatikan ekspresi si penjahat mulai semakin antusias, Ming Yu pun berusaha memperingatkan Lu Chen untuk segera keluar menyelamatkan diri. Namun Lu Chen bersikeras pantang menyerah.

Untungnya saat hampir waktu ledakan, Lu Chen akhirnya berhasil menemukan kabel utamanya dan berhasil mencegah ledakan tepat waktu. Dengan hati-hati dia membawa bom itu keluar untuk dimusnahkan di tempat lain. Dan akhirnya, setelah beberapa saat penuh ketegangan, Lu Chen pun bisa bernapas lega.

 

Pada saat yang bersamaan, sakit perutnya Gui Xiao semakin lama jadi semakin melilit setiap kali dia terbangun dan tidak mendapati Lu Chen di sisinya. 

Masalah sudah selesai, maka keesokan paginya, Gao Hai pun menyuruh Lu Chen untuk segera kembali ke hotel, soalnya tadi Kakak Ipar terlihat tidak baik-baik saja. Dia tidak tahu harus bilang apa karena misi ini harus dirahasiakan dari keluarga, jadi dia cuma bisa bilang agar Gui Xiao untuk jaga diri.

Jelas saja Lu Chen jadi khawatir dan bergegas kembali ke hotel dan mendapati Gui Xiao ternyata masih tidur. Awalnya dia mengira kalau Gui Xiao baik-baik saja, tapi saat dia berbaring di sampingnya untuk beristirahat, tiba-tiba Gui Xiao berguling dalam tidurnya dan tangannya tak sengaja menyentuh Lu Chen.

Dari situlah Lu Chen sadar kalau Gui Xiao ternyata demam. Cemas, Lu Chen akhirnya batal istirahat demi merawat Gui Xiao dan menjaganya sepanjang hari.

Gui Xiao terbangun dengan kaget karena mimpi buruk dan mendapatinya Lu Chen tidur di sofa. Gui Xiao sontak memeluk kakinya dengan mata berkaca-kaca saking khawatirnya akan keselamatannya. Dia mengerti kalau ini tugas penting, tapi tetap saja dia tidak bisa tidak khawatir. Ini pengalaman pertamanya menunggu Lu Chen menghadapi bahaya.

Lu Chen sontak memeluknya dan mengaku bahwa sebelum menjinakkan bom, dia diminta untuk meninggalkan pesan wasiat. Dia sengaja tidak menyebut nama Gui Xiao agar jika terjadi sesuatu padanya, Gui Xiao akan bisa melupakannya.

Kalau Gui Xiao tidak bisa melupakannya, maka Gui Xiao bukan hanya tidak bisa menikah, tapi juga harus datang ke Qining setiap tahun untuk mengunjungi makamnya. Mereka belum menikah, masa dia harus membuat Gui Xiao jadi terlihat seperti keluarga pahlawan yang gugur.

Seketika itu pula, Gui Xiao tiba-tiba membuat keputusan penting dan langsung menuntut Lu Chen untuk mendengarkannya baik-baik karena dia tidak akan mengulanginya... "kita akan menikah begitu pulang. Menikah secepatnya. Semalam aku memimpikan masa muda kita, aku terbangun beberapa kali tapi tidak melihatmu. Aku berpikir bahwa jika kau jadi korban dalam misi kali ini, aku pasti akan sangat menyesal."

Dia tahu kalau ayahnya mengatakan hal buruk pada Lu Chen, dia tahu kalau keluarganya Lu Chen juga tidak menyukainya karena masalah pembatalan pernikahannya Lu Chen.

Tapi Gui Xiao tidak ingin semua ini menjadi rintangan di antara mereka. Semua masalah pasti bisa diatasi. Mereka sudah terpisah selama belasan tahun. Sebelum mereka bertemu kembali, dia bahkan tidak ada rencana untuk menikah. 

Karena sekarang mereka punya kesempatan untuk menikah, jadi dia ingin mereka menikah secepatnya. Lu Chen malah tidak segera menjawab, Gui Xiao kan jadi gelisah mengira Lu Chen masih mempermasalahkan sikap ayahnya.

Padahal jelas-jelas Lu Chen bahagia banget mendapatkan lamaran darinya. Dia penasaran, seandainya dia mati begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata untuknya, apakah Gui Xiao akan takut?

"Takut. Setidaknya berikanlah aku status sebagai keluarga pahlawan yang gugur. Dengan begini aku baru bisa membereskan dampaknya untukmu," tangis Gui Xiao. Tersentuh, Lu Chen pun langsung memeluknya.

Sementara itu di markas SWAT, Ming Yu sedang mengomeli Gao Hai gara-gara membuat Gui Xiao khawatir saat tiba-tiba dia mendapat telepon dari nomor asing yang ternyata Duan Ruo yang menanyakan apakah Xiao Nan punya alergi soalnya sekarang dia sedang membawa Xiao Nan berobat ke rumah sakit.

Lucunya, saking jarangnya pulang, Ming Yu bahkan tidak tahu menahu tentang apakah anaknya sendiri punya alergi atau tidak. Dan bahkan sekalipun dia pernah menikah dan punya anak, tampak jelas kalau dia sangat polos dalam masalah perempuan sehingga dia terdengar canggung dan gugup bicara dengan Duan Ruo.

Bahkan saking tidak tahunya harus bagaimana, dia iyain aja semua idenya Duan Ruo, mempercayai apa pun yang Duan Ruo lakukan untuk putranya.

 

Kedua sejoli kita sedang saling menatap di atas ranjang, tapi Lu Chen memperhatikan Gui Xiao masih sedih, jadi dia sengaja menggodanya. Gui Xiao langsung balik badan dengan muka ngambek dan Lu Chen langsung memeluknya dengan gemas.

"Tidak senang?"

"Aku baru sembuh, mengerti tidak?"

"Tidak mengerti. Siapa yang melayanimu seharian? Aku belum menutup mata sampai sekarang."

"Bukankah cuma menyuapiku obat?"

"Bukan cuma itu. Menyeka badanmu yang berkeringat juga."

"Kalau begitu, sepakat ya. Kita menikah secepatnya. Setuju, tidak?"


Lu Chen malah diam saja. Bodo amat, Guo Xiao langsung saja mengirim pesan ke ibunya, mengabarkan kalau dia mau menikah. Ibunya dengan cepat menjawab dan menyetujuinya tanpa ragu. Gui Xiao pun langsung menuntut Lu Chen untuk melakukan hal yang sama dan Lu Chen langsung menurutinya dengan senang hati.

Setelah itu, dia dengan manisnya memanjakan Gui Xiao dengan cara mengambil handuk basah untuk menyeka wajah Gui Xiao sebelum kemudian menarik Gui Xiao berbaring kembali bersamanya.

Tak lama kemudian, Gui Xiao tiba-tiba mendapat pesan dari Dokter Xu yang kontan membuat Lu Chen cemburu, padahal pesannya cuma menanyakan kabar. Lu Chen tiba-tiba mau buka baju yang sontak saja membuat Gui Xiao mikir ke mana-mana, padahal Lu Chen cuma mau mandi. Wkwkwk! Gui Xiao malu!

Selama Lu Chen mandi, Gui Xiao penasaran apa alasan Lu Chen pergi meninggalkan Qining. Lu Chen pun memulai ceritanya dari saat pertama kali dia dilatih oleh mendiang Kapten lamanya.

Dialah orang yang membuat Lu Chen memilih bertugas di Qining, tapi pada akhirnya kapten lamanya tersebut gugur dalam tugas demi melindunginya. Salah satu makam yang mereka ziarahi kemarin adalah makam Kapten lamanya.

Lu Chen mengaku bahwa pada waktu Gui Xiao pertama kali datang ke Qining waktu itu, dia hendak pergi ke rumah Ayahnya Kapten lama. Selama beberapa tahun ini, dia banyak menangkap penjahat yang merupakan anggota geng mafia kelas kakap. Mereka inilah yang menyebabkan kematian Kapten lama.

Karena itulah Lu Chen selalu merasa bersalah, dialah yang seharusnya mati waktu itu, dialah yang menyebabkan masalah ini. Karena itulah dia memutuskan untuk menyerahkan surat pengunduran diri.

Gui Xiao prihatin mendengarnya. Namun Lu Chen dengan cepat mengalihkan topik, mengajak Gui Xiao ke markas karena anggota tim ingin bertemu dengan kakak ipar mereka. Mungkin setelah mereka pulang ke Beijing nanti, mereka akan tidak akan punya kesempatan untuk bertemu lagi.

"Bukankah waktu itu sudah pernah bertemu, di restoran kecil waktu itu?" bingung Gui Xiao.

"Waktu itu kau sangat galak. Apa kau tidak sadar kalau mereka takut padamu dan tidak berani ngobrol denganmu?"

"Siapa yang galak? Kau duluan yang galak padaku, makanya aku balas bersikap galak."


"Mau pergi atau tidak?"

"Kalau begitu, aku mau pakai rok."

"Apa kau tahu berapa suhu di Qining sekarang?"

"Pakai rok terlihat bagus."

Baiklah, Lu Chen mengalah, "pakailah kalau kau tidak takut dingin."

Tak lama kemudian, mereka pun berangkat ke markas. Tapi sebelum masuk, Lu Chen mengajaknya makan dulu, isi tenaga, soalnya dia curiga kalau mereka nanti akan mengusilinya.

Begitu masuk, mereka langsung disambut oleh Ming Yu yang berterima kasih pada Gui Xiao karena telah menjaga anaknya selama di Beijing, dan beberapa junior yang lewat juga langsung menggodai mereka. Bahkan begitu masuk kantin, Gui Xiao sontak membeku menghadapi puluhan pasang mata yang menatapnya dengan penasaran.

Lu Chen sampai harus membentak mereka untuk berhenti menatap pacarnya, "aku susah payah mencarikan kakak ipar untuk kalian. Kalau dia sampai kabur gara-gara tatapan kalian, siapa yang akan tanggung jawab?!"

Sontak saja semua orang langsung berubah sikap dan menyambut kakak ipar mereka dengan ramah dan hangat. Tapi, dugaan Lu Chen memang benar. Tim memang sudah menyiapkan rencana untuk mengusili mereka berdua. 

Gui Xiao hanya boleh minum kalau Lu Chen menuruti perintah mereka untuk lari lima kilometer selama 20 menit sambil menggendong Gui Xiao. Buset! Gui Xiao yang khawatir, Lu Chen malah santai saja menuruti keinginan mereka dan langsung menyingsingkan lengan bajunya lalu menyuruh Gui Xiao naik ke punggungnya.

Bersambung ke episode 14

Post a Comment

0 Comments