Pak satpam mengira kalau mereka suami istri, tapi berhubung hubungan mereka saat ini juga belum jelas, jadinya Gui Xiao menyangkal dan berkata bahwa mereka cuma teman sekolah.
Setelah itu, Lu Chen membawanya ke sekolah lama mereka. Gui Xiao kagum melihat pos satpam masih sama seperti dulu, sama sekali tidak berubah.
"Kau kau sama sekali tidak berubah," gum Lu Chen.
Berhubung suaranya pelan dan jauh, Gui Xiao jadi tidak mendengarnya. Namun Lu Chen menolak mengulang apa yang dia ucapkan dan pura-pura tidak ngomong apa pun.
Berhubung Lu Chen tidak ingin membawa Gui Xiao kembali ke bengkel karena khawatir ayahnya masih ada di sana, jadi dia aka mengantarkan Gui Xiao ke rumahnya Xiao Shan saja. Memang sih sekarang ayahnya sudah tidak berani lagi memukulnya, tapi tetap saja Gui Xiao tidak akan nyaman jika ada ayahnya. Lu Chen akan usahakan agar Gui Xiao tidak bertemu keluarganya jika lain kali dia datang ke bengkel.
Seperti sebelumnya, tengah malam Gui Xiao masuk ke balkon untuk menghubungi Lu Chen, menanyakan apakah dia sudah sampai rumah, tapi malah mendapati Lu Chen masih di sana, naik ke atap mobilnya agar Gui Xiao bisa melihatnya dari kejauhan.
"Apa kau ingin kembali ke Qining bersamaku untuk melihat-lihat?" ajak Lu Chen.
"Kau mau pulang?"
Salah satu alasannya untuk mengambil kartu keluarganya Xiao Nan, tapi bukan cuma itu saja tujuannya pulang. Qining baginya sudah seperti kampung halaman keduanya. Terakhir mereka di sana, berakhir tidak menyenangkan.
Karena itulah, dia ingin membawa Gui Xiao jalan-jalan, melihat berbagai pemandangan indah di sana dan memperkenalkannya pada para kenalannya di sana. Gui Xiao setuju, pekerjaannya flexible kok, bisa dikerjakan di mana pun asalkan ada internet. Baiklah, kalau begitu sepakat, Lu Chen akan mulai mengatur jadwal.
Hari ini mereka akan pergi ke Qining, sebelum pergi, terlebih dulu Gui Xiao memberi berbagai instruksi pada Duan Ruo sehubungan dengan pekerjaan. Duan Ruo penasaran siapa yang menjaga Xiao Nan selama mereka berdua pergi ke Qining.
Gui Xiao mengaku bahwa mereka menitipkan Xiao Nan ke Hai Dong, yang waktu itu, yang telat menjemput Xiao Nan karena rumahnya jauh. Wah! Duan Ruo tidak setuju kalau Xiao Nan dititipkan ke cowok itu, mending Xiao Nan dititipkan ke dia saja.
Rumahnya Duan Ruo lebih dekat dengan sekolahnya Xiao Nan, dia juga lebih bisa membantu Xiao Nan mengerjakan PR. Dia serius, dia bisa membantu mereka menjaga anak itu. Dia selalu suka sama anak kecil, keponakan-keponakannya suka sekali main dengannya. Pokoknya sepakat, Duan Ruo bahkan langsung meminta nomor Ayahnya Xiao Nan biar bisa dia hubungi kalau ada apa-apa.
Tak lama kemudian, Lu Chen menjemput Gui Xiao dari restorannya Xiao Shan. Xiao Shan sebenarnya agak mengkhawatirkan Gui Xiao, soalnya mereka kan baru saja balikan tapi sudah liburan bersama selama dua minggu, bagaimana kalau sampai menimbulkan korban jiwa? (Punya anak di luar nikah maksudnya)
Karena itulah, kalau Gui Xiao tidak ingin menikah terlalu cepat, dia menyarankan agar Gui Xiao pakai perlindungan. Bagaimana kalau setelah tidak bersama bertahun-tahun, mereka kemudian menyadari kalau mereka tidak cocok? Bakalan repot kalau mau putus tapi ada anak di antara mereka. Astaga, Xiao Shan! Ngomongnya keras banget lagi, Gui Xiao sampai tak enak hati sama Lu Chen.
Mereka pergi pakai mobil agar bisa melihat banyak pemandangan indah sepanjang jalan. Lu Chen bahkan pakai peta dan bukannya pakai maps. Dia mengaku pernah melewati jalan ini tahun lalu, jadi dia, kurang lebih, hafal dengan jalan ini. Dia hafal jalan mana saja yang aspalnya rusak atau berlubang karena sering dilewati truk. Ada beberapa hal yang tidak bisa dinavigasi.
Percakapan ini jadi mengingatkan Guo Xiao akan Dokter Xu. Dia memberitahu Lu Chen bahwa Dokter Xu butuh banyak uang untuk mengobati istrinya yang sakit parah. Makanya waktu itu mereka bertemu di bandara karena Dokter Xu butuh pinjam uang, tapi dia menyisakan cukup banyak untuk biaya hidupnya sehari-hari dan untuk Xiao Nan juga.
Lu Chen sendiri kan harus bayar hutang, karena itulah, Gui Xiao usul agar Xiao Nan tinggal di tempatnya saja, pengeluaran Xiao Nan tidak banyak kok. Namun Lu Chen bersikeras menolak, meyakinkan Gui Xiao bahwa Qin Ming Yu akan memberinya biaya hidup.
Gui Xiao bercerita bahwa Dokter Xu dan istrinya dulu sebelum menikah, selalu putus-nyambung. Namun sekitar dua tahun yang lalu, dia mulai sakit dan terus berobat. Penyakitnya membuatnya jadi putus asa tidak ingin menikah, tapi Dokter Xu bersikeras ingin menikahinya dan mengadakan pesta pernikahan untuknya.
Hidup ini tidak ada yang bisa memprediksi. Hari ini kita di atas, tapi bisa saja besok kita terperosok ke bawah. Wajar saja jika waktu itu Istrinya Dokter Xu berpikir begitu, siapa juga yang bisa mengharap kekasihnya untuk terus menemaninya tanpa pamrih saat diri sendiri sedang jatuh.
Dia meminta Lu Chen untuk tidak mengambil hati ucapan Xiao Shan tadi. Xiao Shan berkata seperti itu cuma karena mengkhawatirkannya. Lu Chen mengerti dan tidak mempermasalahkannya juga, Meng Xiao Shan sebenarnya tidak begitu mengerti keadaannya. Hutangnya akan lunas, kurang lebih, dua tahun.
Setelah itu, dia akan menabung lagi... untuk menikahi Gui Xiao (aww). Gui Xiao sampai speechless saking kaget dan bahagianya, tapi tentu saja dia harus sok jual mahal dulu, "jangan harap."
"Tidak boleh menikahimu? Kalau boleh, malam ini tidur satu kamar. Kalau tidak boleh, maka tidur terpisah."
"Hotel yang kita booking kemarin, double bed."
Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah resort Tebing Jimu yang seluruh areanya tertutup salju tebal dan sangat dingin. Mereka disambut oleh juniornya Lu Chen yang bernama Sun Hao yang merupakan anak pemilik resort ini, dan Lu Chen memperkenalkan Gui Xiao sebagai pacarnya.
Sun Hao dengan riang menceritakan pengalamannya pada Gui Xiao tentang saat pertama kali dilatih menjinakkan bom oleh Lu Chen. Dia tampaknya benar-benar kagum dengan kehebatan Lu Chen.
Namun kemudian dia memberitahu Gui Xiao bahwa Lu Chen pernah tertembak di bagian pinggang saat melindungi bawahan. Informasi yang kontan membuat Gui Xiao begitu tercengang, baru menyadari betapa sulit dan berbahayanya pekerjaan Lu Chen ini.
Usai makan, mereka pun ke kamar mereka yang cuma ada satu ranjang. Lu Chen seketika terbawa perasaan dan langsung mencium mesra Gui Xiao. Dia benar-benar lembut dan penuh perhatian, bahkan meminta izin Gui Xiao lebih dulu sebelum lanjut ke tahap berikutnya.
"Dulu kau menciumku tidak minta izin."
Gui Xiao tiba-tiba menyentuh bekas luka pelurunya. Lu Chen meyakinkannya untuk tidak khawatir, terluka itu normal dalam pekerjaannya ini. Walaupun spesialisasinya adalah menjinakkan bom, namun tugas utamanya adalah menjaga keamanan negara dan rakyat secara keseluruhan. Sepanjang perjalanan karirnya, Lu Chen bukan hanya pernah bertemu bom, tapi juga pistol dan pisau.
"Kau tidak pernah mengatakan apa pun sebelumnya."
Itu karena Lu Chen pernah diberitahu kapten lamanya bahwa ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dikatakan pada keluarga. Tidak ada satu pun polisi SWAT yang tidak pernah terluka. Gui Xiao jadi merasa bersalah dan sedih mendengar ceritanya.
Tiba-tiba momen mereka tersela oleh suara pertengkaran suami-istri yang kebetulan juga lagi berlibur di sini. Si istri tidak senang diajak kemari karena sangat dingin. Kontan saja itu membuat Lu Chen jadi canggung menyadari situasi mereka dan buru-buru keluar menghindar.
Dia menemui Sun Hao di kandang kuda lalu berkuda bersamanya untuk rumah seorang kakek purnawirawan polisi. Dia bercerita pada Kakek bahwa dia menjadi polisi berkat pengaruh almarhum ayah tirinya.
Dulu dia tidak punya tujuan hidup, tapi setelah bergabung ke kepolisian, mengejar penjahat kejam, menjinakkan ribuan bom, dan lain sebagainya, dia akhirnya merasakan bahwa hidup seperti inilah yang terbaik.
Gu Xiao terbangun subuh-subuh tapi tidak mendapati Lu Chen di sisinya, dan akhirnya menemukannya sedang minum susu hangat di luar. Lu Chen langsung menariknya masuk ke dalam pelukannya, mendekapnya erat untuk menghangatkannya, mengecup lembut kepalanya dan memberinya susu hangat.
Dia memberitahu bahwa pasutri yang semalam sekarang sudah pergi ke kota karena si istri mengeluh kedinginan terus. Gui Xiao setuju, memang dingin banget. Tapi tiba-tiba Lu Chen menyuruhnya diam dan memalingkan wajahnya ke timur, memperlihatkan matahari indah yang baru saja terbit.
"Apa kau tahu ini disebut apa?"
"Apa?"
"Chen Xiao," bisik mesra Lu Chen (cahaya matahari di pagi hari, sekaligus gabungan dari nama mereka menurut Gui Xiao dulu).
Di Beijing, Duan Ruo mengajak Xiao Nan melihat-lihat apartemen khusus lansia. Dia berencana berinvestasi di apartemen lansia yang bagus, sekaligus mencari apartemen lansia yang bagus untuk ibunya.
Duan Ruo kesulitan menjaga ibunya karena pekerjaannya yang mengharuskannya untuk pergi dinas ke mana-mana sepanjang tahun. Karena itulah, dia akan merasa lebih tenang jika ibunya dijaga oleh banyak profesional di apartemen lansia.
Gui Xiao dan Lu Chen diajak sarapan bersama Sun Hao sekeluarga. Tapi tiba-tiba Lu Chen mendapat telepon dari nomor asing yang ternyata Ayahnya Gui Xiao, dan terdengar jelas dari nada suaranya kalau Ayah Gui tidak suka sama Lu Chen dan sepertinya dulu mereka pernah bertemu.
Bersambung ke episode 12
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam