Sinopsis Padiwarada Episode 14 - Part 3

  Sinopsis Padiwarada Episode 14 - 3



"Aku Sheriff Saran. Aku datang kemari untuk membantu warga desa. Kau ada di pihak mereka atau di pihakku? Katakan!" Tuntut Saran pada Poo

"Namaku Poo. Aku cucu orang desa. Mereka menangkapku dan membawaku kemari."

"Kau orang memberi kami petunjuk dengan menggunakan kain ungu, bukan?"

Benar. Dalam flashback, memang Poo lah yang diam-diam meletakkan potongan-potongan kain itu di sepanjang jalan menuju markas White Tiger.

Saran berterima kasih padanya. Berkat petunjuknya, dia berhasil sampai kemari. Poo benar-benar pemberani.

"Aku ingin pulang. Aku sudah tinggal di sini selama 4-5 tahun. Aku merindukan ibuku. Apa akan ada orang yang datang membantu kita?"

Sekarang ini, Saran sendirian. Yang penting sekarang adalah menemukan gudang persenjataan geng bandit itu. Apa Poo tahu letaknya? Tentu saja, Poo membuka salah satu jendela yang memperlihatkan sebuah gudang kecil di depan. Di sana lah gudang persenjataan mereka.

Saran menyuruhnya untuk bersikap seperti biasanya di hadapan geg bandit itu. Bisiki orang-orang yang bisa dipercaya dan pastikan anak-anak terlindung selama peperangan nantinya. Itu saja tugas Poo.

 

Saran lalu membawa Rin masuk ke gudang persenjataan itu dan menemukan berpeti-peti senjata dalam berbagai macam jenis dan ukuran dan juga granat. Di salah satu peti, mereka menemukan beberapa pistol.

"Kau masih ingat teknik menembak, kan?" Tanya Saran

"Iya."

Maka Saran pun memberinya sepucuk pistol lalu memasukkan beberapa granat dan senjata ke dalam sebuah tas ransel.


Sementara geng bandit itu sedang bersuka cita merayakan kemenangan mereka, Saran dan Rin mengendap-endap di balik semak. Saran memberitahu Rin untuk pergi duluan sampai dia menemukan sebuah gua. Jika airnya naik, maka dia harus berenang.

"Ini tampat yang paling berbahaya. Kita harus pergi tanpa sepengetahuan mereka. Kita harus pergi diam-diam. Tempat ini terlalu berbahaya, takutnya ada orang yang melihat kita."

Baru juga dia bicara begitu, tiba-tiba muncul seorang wanita yang heboh mengomentari ketampanan Saran sebelum kemudian jejeritan memperingatkan kelompoknya tentang kedatangan Saran.


Terpaksalah Saran harus bergerak menembaki mereka saat itu juga. Sementara para pria berperang, Poo cepat-cepat mengumpulkan para wanita dan anak-anak untuk berlindung.

Rin pun membantu Saran melawan para bandit itu. Saat beberapa bandit hendak masuk ke gudang senjata untuk mengambil bom, Saran langsung melempar granat ke mereka.

Jelas saja para bandit jadi makin beringas menembaki Saran dan Rin. Kao lalu menyuruh anak-anak buahnya untuk merapal mantra tak terlihat dan seketika itu pula muncul asap gaib yang menghalangi pandangan Saran dan Rin.

Saran galau. Dia tidak bisa menembak ataupun melempar bom kalau begini, takutnya malah mengenai para warga yang tidak bersama. Terpaksalah Saran akhirnya memutuskan untuk membawa sepucuk pistol lalu membawa Rin lari dari sana.


Asap gaib itu juga mengenai para polisi yang sedang dalam perjalanan di dalam gua hingga mereka kesulitan melihat jalan keluar. Tapi bagaimanapun, Chode tetap memimpin mereka untuk terus jalan dan mencari Saran.

Tapi Saran dan Rin dengan terpaksa berhenti di tengah jalan saat asap yang mengerubungi mereka semakin menebal dan membuat mereka tidak bisa melihat apa-apa.

Tepat saat itu juga, geng bandit itu mendadak sudah ada di sana mengelilingi mereka sambil menodongkan senjata.

"Hari ini akan menjadi hari kematian kalian berdua." Ujar Kao

"Baiklah. Kita bisa mati di sisi satu sama lain seperti yang kau inginkan." Canda Saran pada Rin.

"Baj*ngan! Bahkan sekalipun aku mati dan jadi arwah, aku tidak akan pernah tunduk pada kalian!" Tukas Rin

"Kau masih sok pintar? Lihatlah dan hitung ada berapa senjata di sini? Muka cantik dan tampan kalian itu hanya hancur!" Sinis anak buahnya Kao


"Dasar bandit si*lan!" Tiba-tiba terdengar suara Chode. Fiuh! Syukurlah dia dan polisi lain tiba di sana dan langsung menembaki para bandit itu.

Saran langsung membawa Rin berlindung di balik pohon lalu bersama-sama mereka menembaki para bandit itu. Tapi sayangnya, Rin kehabisan peluru dengan cepat.

Saran pun langsung membawa Rin lari dari sana. Melihat itu, Kao menyuruh anak-anak buahnya untuk menangani para polisi lainnya sementara dia sendiri mengejar Saran dan Rin.


Saran menemukan seekor kuda di sana dan langsung membawa Rin kabur dengan kuda itu. Kao bergerak cepat mengejar mereka dengan kudanya hingga akhirnya Saran dengan terpaksa berhenti karena di depannya ternyata jurang.

Kao langsung sinis menyatakan sekali lagi bahwa hari ini adalah hari kematian Saran lalu melempar granat ke mereka. Granat itu meledak di depan kuda mereka dan kontan membuat Saran dan Rin terlontar ke tanah dengan bersimbah darah.


Mereka pingsan seketika. Kao sontak ngakak puas dan makin sombong mengagung-agungkan kekuatan sihir hitamnya yang tak terkalahkan.

"White Tiger tidak akan pernah mati! Tapi kau... harus mati hari ini." Kao langsung mengeluarkan pistolnya untuk menghabisi Saran. Tapi dia tidak sadar kalau Saran sebenarnya diam-diam tengah mengucap doa memohon perlindungan dan kekuatan.


Sementara itu, para polisi tengah berperang melawan geng bandit. Dan syukurlah walaupun hutan itu masih terselubung kabut tebal, tapi polisi tetap lebih unggul dari mereka dan para bandit itu pun mulai berguguran satu demi satu.

Bahkan sesaat kemudian, Chode mulai menyadari asap gaib itu mulai semakin sirna yang merupakan tanda bahwa kekuatan sihir hitam itu mulai memudar. Dan tentu saja, semua itu sebenarnya berkat doa yang diam-diam Saran ucapkan dalam hatinya.

Menyadari para bandit itu tak terlindungi sihir hitam lagi, Chode meyakinkan para anak buahnya bahwa tekad mereka pasti akan menang lalu mereka pun semakin gencar menyerang para bandit itu. Chode melepaskan tembakan pada bandit terakhir dan sukses membunuhnya dengan mudah.

Sukses menghabisi para bandit, para polisi lalu menyelamatkan para wanita dan anak-anak yang senang bukan main karena akhirnya mereka bisa pulang.


Saran tiba-tiba membuka mata dan dengan cepat menampik pistolnya Kao lalu menembak Kao. Tapi sayang, kekuatan sihir Kao cukup kuat melindunginya hingga semua peluru itu tak mempan padanya.

Tak menyerah begitu saja, Saran berdoa semoga kekuatan sihirnya Kao menghilang dan menjadi malapetaka bagi dirinya sendiri. Dengan kekuatan doa itu, dia menembak Kao lagi dan kali ini peluru-peluru itu sukses menembus tubuh Kao, darah mengucur deras dari tubuhnya.

Saat Kao masih mampu berdiri tegak, Saran sontak menendangnya sekuat tenaga dan Kao pun ambruk seketika dan akhirnya mati.

Tapi sekarang ada hal lain yang harus dia cemaskan, Rin. Saran berusaha membangunkannya, tapi Rin tetap tak sadarkan diri yang kontan membuat Saran frutasi.


Beberapa waktu kemudian, Saran mendatangi rumah sakit tempat Rin dirawat. Tapi Rin masih belum siuman yang membuat Saran semakin sedih melihat kondisinya.

Dengan lembut dia menggenggam tangan Rin dan menangis teringat sikap kejamnya pada Rin belakangan ini.


Saat Bibinya Chalat mendengar kabar ini, ia langsung panik memanggil Chalat dan memberitahukan kabar ini padanya. Saran tadi menelepon dan dia bilang kalau kondisi Rin kritis dan koma.

Seluruh keluarga Bumrung Prachakit dan Arun pun langsung pergi menjenguk Rin. Ayah Rin pun sedih saat ia mengetahui kabar itu, tapi ada yang bisa dilakukannya selain menangis meratapi Rin.


Hari itu, Saran datang lagi ke rumah sakit dan mendapati keadaan Rin masih sama. Dengan lembut dia menautkan jari-jemari mereka dan memberitahu Rin bahwa hari ini tepat 50 hari mereka hidup terpisah.

"Aku tidak menyukainya sama sekali. Hidup dalam kegelapan dan tidak bisa menemukan matahari, aku benar-benar tidak bahagia. Bangunlah."

Seolah mendengar panggilannya, Rin tiba-tiba bereaksi mempererat tautan tangan mereka dan akhirnya dia membuka mata. Saran begitu bahagia hingga matanya berkaca-kaca dan tak mampu mengucap sepatah kata sampai-sampai Rin mengira kalau Saran masih belum mau bicara denganya. Saran hanya bisa menjawabnya dengan gelengan kepala dan menangis penuh haru.


Saat Saran dan Chalat menemui dokter, ia memberitahu mereka bahwa kondisi Rin sudah semakin membaik. Ia bahkan menyetujui permintaan Chalat untuk mengirim Rin berobat di ibu kota. Tapi ia mengingatkan bahwa Rin harus beristirahat total di sana.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments