Sinopsis Padiwarada Episode 14 - Part 1

  Sinopsis Padiwarada Episode 14 - 1



Saran tiba-tiba menarik Rin lalu mendorongnya ke ranjang dan menciuminya mesra. Jim Lim sudah heboh di luar pintu. Tapi dengan cepat Saran melepaskan diri lalu ngomel-ngomel memarahi Rin.

"Kau wanita paling jahat yang pernah kutemui. Bahkan jauh lebih buruk daripada Duangsawat! Wanita sepertimu bisa menaklukkan hati semua pria. Sayangnya, aku adalah suamimu. Kalau aku tidak bisa menanganimu, maka aku tidak akan bisa jadi suamimu!"


Tiba-tiba dia mengambil pistol dari dalam laci lalu menggunakannya untuk menembak gerendel pintunya. Jim Lim yang lagi nguping, sontak ngacir ketakutan.

"Pegawai pemerintah sepertiku akan melakukan apapun untuk melindungi keluargaku dan masyarakat. Kau tidak boleh dekat-dekat denganku. Kalau kau ngotot tinggal di sini, maka aku yang akan pergi. Kau tidak akan melihatku lagi!" Saran langsung pergi dengan kesal dan mengabaikan teriakan Rin.

Arun terbangun dini hari setelah menemani Braranee minum-minum, tapi malah mendapati Braranee masih menangis sesenggukan, meratapi nasibnya yang diusir orang tuanya.

"Braranee, aku kan sudah bilang bahwa tak ada orang tua yang bisa memutus hubungan dengan anak mereka. Percayalah padaku."

"Orang tuaku mengataiku tidak berguna. Tentu saja. Siapa yang bisa jadi sempurna seperti Rin? P'Arun, aku ini sangat menyedihkan, bukan?"

"Sekarang tidak. Tapi kalau kau terus menerus keluar setiap malam seperti ini, maka iya."

Braranee malah tambah mewek mendengarnya. Arun dengan manisnya menggenggam tangan Braranee dan memohon dengan sungguh-sungguh agar Braranee berhenti keluar malam.

Dia capek karena belakangan ini dia harus selalu mengecek apakah Braranee diam-diam keluar malam lagi. Dan kalau Braranee keluar, maka dia harus mengikutinya. Setiap kali melakukan itu, Arun pasti tidak bisa bangun pagi untuk bekerja. Ujung-ujungnya, dia diomelin ayahnya karena datang kerja terlambat.


Braranee tampak tersentuh mendengarnya. "Hanya kau seorang yang baik padaku. Hanya kau."

"Lupakan Panit, yah? Anggaplah masa lalu sebagai pelajaran berharga. Mulailah hidup baru, yah?"

Tapi Braranee masih saja ngotot tak tahu bagaimana dia harus memulai hidup baru. "Aku tidak punya siapapun. Aku hanya memilikimu seorang. Hanya kau. Hanya kau seorang yang baik padaku."


Suasana di antara mereka mendadak berubah intens saat tiba-tiba saja Arun mengikutinya instingnya untuk bergerak mendengar dan mengecup bibir Braranee. Tapi begitu dia sadar sedetik kemudian, dia langsung mundur.

"Tidak bisa! Aku tidak bisa melakukan ini Braranee! Aku tidak bisa bersikap seperti ini pada wanita lain karena aku mabuk! Aku tidak bisa!"

Braranee tampak jelas kecewa sekaligus malu. Dia meminta maaf lalu cepat-cepat beranjak pulang, sementara Arun kesal menggerutui dirinya sendiri.


Keesokan harinya, Nuer datang untuk melakukan perintah Saran yaitu mengungsikan Rin ke rumah Pak Gubernur biar dia aman bersama Ibu di sana. Saran takut geng itu kembali lagi, rumah Pak Gubernur lebih aman karena ada banyak petugas yang menjaga di sana.

"Sudah kuduga dia akan melakukan ini. Lalu di mana dia tidur semalam?"

"Saya tidak bisa bilang. Ia melarang saya."

"Khun Nu-mu itu sangat keras kepala. Biar kupak dulu barang-barangku."


Geng White Tiger hendak beraksi lagi untuk melakukan perampokan. Sebelum pergi, Kao menciprati mereka dengan air yang mungkin sudah dikasih mantra-mantra sihir.


Ibu sedang membaca saat Saran datang untuk melihat keadaan Ibu sekaligus meyakinkan Ibu untuk tidak mengkhawatirkannya. Tapi Ibu penasaran, apa Saran sudah bicara dengan Rin.

Saran jadi canggung dan berusaha menghindar dengan alasan sibuk. Tapi tentu saja Ibu tak melepaskannya begitu saja. Pasangan yang sangat dekat dan saling mencintai satu sama lain, memiliki ketakutan dalam hati mereka.

"Ketakutan apa?"

"Takut siapa yang akan mati lebih dulu. Sering kali, masing-masing ingin mati duluan."

"Begitukah?"

"Yang mati duluan tidak akan menderita. Sementara yang masih hidup, akan menjalani hidup seolah dia dikutuk dengan kesengsaraan. Lebih dari satu dekade Ibu hidup sendirian, tiada hari Ibu tidak merindukan ayahmu."

Saran bingung kenapa sebenarnya Ibu membicarakan masalah ini. Tapi Ibu hanya menyuruh Saran untuk memikirkannya sendiri.


Braranee masih merenung sedih saat Arun datang. Mereka jadi canggung pada satu sama lain gara-gara kejadian semalam. Arun beralasan kalau dia datang untuk minta makan, tidak ada makanan di rumahnya.

Secara bersamaan, mereka tiba-tiba membahas tentang semalam. Arun meminta Braranee untuk melupakan kejadian semalam. Dia takut kejadian semalam akan membuatnya kehilangan ketiga saudarinya.

"Aku tidak sanggup kalau kita tidak bisa saling memandang satu sama lain."

"Semalam, aku pulang. Aku tidak bisa tidur. Aku memikirkannya sepanjang malam... tentang apa yang kurasakan dan kenapa aku melakukan itu."

"Lalu apa kau sudah punya jawabannya?"

"Itu karena aku kesepian. Sangat kesepian."


Arun khawatir. Kedua orang tua Braranee sangat mempercayainya. Kalau dia sampai melakukan sesuatu pada Braranee, maka dia tidak akan sanggup menghadapi mereka.
Tapi Braranee atak bisa berhenti memikirkan apakah mungkin di antara mereka berdua ada cinta?

Arun tersenyum mendengarnya. "Entahlah. Tapi, sekarang ini... kurasa ini tidak ada bedanya dengan apa yang Panit lakukan padamu. Kesepian, dan bukan cinta. Saat terjadi sesuatu, dia meninggalkanmu dengan begitu mudahnya."

Braranee kecewa dan sedih mendengarnya. Jadi, di antara mereka tidak ada cinta, dan mungkin cuma rasa kekhawatiran. Tidak akan bisa lebih jauh.

"Benar. Aku juga merasa begitu. Tidak akan bisa lebih jauh."

"Aku merasa sangat malu. Alkohol bisa membuat wanita jadi tidak tahu malu. Aku melakukan itu karena aku takut tak ada seorang pun yang menginginkanku."

"Braranee, kau berasumsi yang tidak-tidak. Kau masih punya ayah, ibu, aku dan Bu. Dan juga Rin. Walaupun dia sudah menikah, tapi dia masih menyayangimu."

"Kalau orang itu bukan kau. Jika dia orang yang sangat buruk, hidupku pasti akan jauh lebih buruk daripada ini."

Arun langsung memeluknya dan meyakinkan Braranee bahwa tidak semua orang ditakdirkan berpasangan. Setengah dari populasi adalah orang-orang single dan mereka bahagia. Braranee juga bisa memilih untuk jadi seperti itu.


Dalam rapat hari itu, Saran tegas menyatakan kalau dia tidak mau tinggal diam menunggu Kao menyerangnya duluan. Pokoknya dia bertekad untuk menyerang markas mereka duluan.

"Tapi kita tidak tahu di mana markas mereka berada." Ujar Pak Gubernur

Kepala Sheriff memberitahu beliau bahwa mereka menduga markas mereka ada di sekitar Gunung Air Dingin. Ia sudah mengirim pasukan ke sana, tapi belum ada kabar sampai sekarang.

Saran minta izin agar mereka memberinya kuda-kuda agar dia dan Chode bisa memimpin pasukan ke sana. Kepala Sheriff usul agar mereka membagi pasukan mereka di kota.

Tapi Pak Gubernur tetap saja pesimis, bertahan dan menyerang pada saat yang bersamaan itu sulit. Tapi semenit kemudian, Pak Gubernur akhirnya mengizinkan Saran dan Chode untuk pergi membawa beberapa polisi ke sana untuk mencari lokasi markas geng itu. Tapi jika mereka tidak menemukan apapun, maka mereka harus kembali secepatnya.


Di sebuah sekolah, seorang guru keheranan melihat kedatangan sebuah pickup makanan yang dikendarai seorang pria. Sayangnya, Ibu Guru itu tidak tahu kalau si pria itu adalah anak buahnya Kao dan cuma heran karena ia baru kali ini melihat pria itu.

Melihat panci-panci makanan yang dibawa pria itu, Bu Guru itu percaya-percaya saja kalau pria itu kurir catering dan menyuruhnya mmebawa makanan itu ke tempatnya. Tapi setelah pria itu pergi, tiba-tiba terjadi ledakan dari sekolah yang barusan ditinggalkannya.


Ledakan itu kontan membuat warga berhamburan ketakutan. Dan tepat saat itu terjadi, Rin, Nuer dan Jim Lim kebetulan lewat di sana.

Tiba-tiba geng White Tiger muncul dari dalam truk lalu mulai melepaskan tembakan ke udara untuk menakut-nakuti warga sekitar lalu merampoki semua harta benda mereka tanpa ampun.

Cemas, Nuer menyuruh Rin untuk bersembunyi di tempat yang aman. Tapi saat Rin dan Jim Lim lari untuk bersembunyi, Kao melihat mereka.

Rin melihat seorang anak yang menangis seorang diri di tengah jalan. Tanpa mempedulikan kerusuhan di sekitarnya, Rin nekat keluar untuk menyelamatkan anak itu.

Tapi Kao mendadak muncul di hadapannya sambil menodongkan pistol dan menyuruh Rin untuk melepaskan anak itu... karena yang dia butuhkan cuma Rin.

Ketakutan, Rin berusaha menawarkan uang dan semua perhiasannya asalkan Kao tidak menculiknya. Tapi Kao justru menginginkan Rin... karena dia tahu kalau Rin adalah istrinya Saran. (Hah? Kok tahu?)

Ah, ternyata Kao pernah datang ke pesta rakyat waktu itu dan di sana lah dia melihat Saran bersama Rin.

"Keberuntungan berpihak padaku. Aku bisa menginjak-injak istri tercintanya. Ini bisa menyakitinya lebih daripada kematian. Ayo!" Kao langsung menyeret paksa Rin ke mobil.


Nuer berusaha menyelamatkannya, tapi Kao lebih gesit dan menembak bahu Nuer. Rin sontak marah memukuli Kao sambil merutukinya. Tapi Kao dengan cepat menghentikannya dan memberitahu warga untuk menyampaikan pesannya pada Saran bahwa dia menangkap Istrinya Saran.

Dia lalu menonjok perut Rin sampai Rin pingsan lalu membawanya pergi. Para polisi baru tiba saat itu. Sayangnya, mereka terlambat. Kao dan para kroninya sudah pergi. Jim Lim langsung panik memberitahu Kepala Sheriff kalau geng itu menculik Rin.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments