He Ran pulang karena liburan tahun baru. Tepat pada malam tahun baru, dia terbangun tengah malam karena giginya sakit lagi, dan saat mencari obat, tak sengaja dia melihat HP lamanya yang tersimpan di laci.
Akhirnya dia memutuskan untuk menyalakannya lagi dan menemukan pesan ucapan selamat tahun baru dari Xiao Han, tepat di jam pergantian tahun. Pesan itulah yang akhirnya membuat He Ran memutuskan untuk menelepon Xiao Han, ingin bertemu dengannya.
Sepertinya Xiao Han memang sedang menunggu teleponnya dan langsung mengangkat teleponnya saat baru berdering satu detik dan berkata kalau dia ada di rumah. Malam itu juga, He Ran langsung pergi ke Desa Xiaozhou. Tapi ternyata rumah yang dimaksud Xiao Han adalah rumah di kampung halamannya.
He Ran pun nekat naik pesawat sendirian ke sana, sebuah desa yang cukup terpencil di daerah pegunungan di Tibet. Dia tidak mengerti bahasa mereka, jadi saat ada orang setempat menanyainya, dia cuma bisa mesem canggung.
Dia terus menelusuri jalanan desa itu tanpa tahu tempat tujuannya. Namun di tengah jalan, dia menemukan dua ukiran patung kucing buatan Xiao Han (dua patung kucing yang menggambarkan hubungan mereka, kucing pertama mengejar kucing kedua), lalu Xiao Han pun muncul dari balik pohon, jelas sudah menunggunya sedari tadi.
Dia langsung melepaskan jaketnya untuk menyelimuti He Ran yang cuma pakai baju tipis, dan He Ran sontak memeluknya erat, "Xiao Han, aku merindukanmu. Apa kau merindukanku?"
Tentu saja Xiao Han juga sangat merindukannya, matanya berkaca-kaca penuh haru saat akhirnya He Ran kembali ke pelukannya, "kau sudah dewasa."
"Kau kurusan. Aku kedinginan."
"Bajuku kan sudah kau pakai."
He Ran keukeuh kalau dia masih kedinginan, mana dia tahu kalau kampung halamannya Xiao Han ternyata sangat dingin. Dia nekat datang kemari memakai pakaian setipis ini hanya demi menemui Xiao Han. Mengerti apa maunya, Xiao Han pun langsung memeluknya erat, mencium lembut keningnya, memberikan kehangatan yang dia inginkan.
Setelah itu, Xiao Han membawa He Ran ke rumahnya sembari menjelaskan bahwa penghuni daerah ini adalah Suku Qiang dan Suku Han. Xiao Han sendiri termasuk ke dalam Suku Han, mengikuti ayahnya yang seorang Suku Han, sedangkan ibunya adalah Suku Qiang.
Di tengah jalan, ada seorang nenek yang penasaran sama He Ran dan tanya apakah dia calonnya Xiao Han. Xiao Han tersipu malu menyangkal, dan berhubung He Ran tidak mengerti mereka ngomong apaan, jadi Xiao Han berbohong saja bahwa nenek cuma bilang kalau He Ran cantik.
Begitu sampai rumah, Xiao Han membiarkannya tidur. Saat He Ran terbangun, dia mendapati ada seorang gadis kecil yang awalnya dia kira Quan Quan, tapi ternyata bukan, gadis itu memperkenalkan namanya adalah Tong Tong, dia kakaknya Quan Quan. Quan Quan sendiri tidak ada di rumah karena sedang pergi ke rumah Nenek mereka.
Tong Tong nih mulutnya lebih manis dibandingkan Quan Quan. Dia memberitahu kalau pamannya lagi masak makan malam sekarang. Biasanya pamannya tidak masak, tapi kali ini dia masak demi He Ran, pamannya itu suka banget loh sama He Ran sehingga dia rela melakukan apa pun untuk He Ran.
Tong Tong yakin karena dia bisa melihatnya dari cara pamannya memandang He Ran. Tong Tong juga sudah mendengar kisah mereka dari Quan Quan.
Saat mereka turun tak lama kemudian, He Ran disambut ramah oleh Ibunya Xiao Han, walaupun suasana agak canggung juga karena Ibu tidak bisa Bahasa Mandarin dan He Ran tidak bisa bahasa daerah mereka.
Tapi Ibu jelas langsung suka sama He Ran. He Ran ingin ngobrol dengan Ibu, jadi dia meminta Xiao Han untuk menjadi penerjemah mereka, dia ingin Xiao Han bilang ke Ibu bahwa dia dan Xiao Han hanya teman biasa, biar Ibu tidak salah paham mengira Xiao Han membawa pulang calon menantu.
Tapi Xiao Han dengan nakalnya bilang ke ibunya bahwa dia ingin menjadikan He Ran sebagai istrinya dan Ibu langsung setuju, lalu Xiao Han berbohong ke He Ran bahwa ibunya bilang tidak salah paham dan menyuruh He Ran jalan-jalan melihat-lihat tempat indah daerah ini.
Usai makan, Xiao Han mau mengajak He Ran naik gunung untuk mencari sinyal. Terlebih dulu dia memberikan jaket tebalnya untuk He Ran, dan saat He Ran mengomentari jaketnya yang bagus, Xiao Han dengan senang hati memberikannya untuk He Ran. Wah! He Ran jadi makin antusias meminta Xiao Han untuk memberikan barang berharganya.
Tapi Xiao Han malah cuma memberinya tabung oksigen. Xiao Han meyakinkan bahwa ini benda berharga, buat persiapan kalau-kalau He Ran kehabisan oksigen di puncak gunung nanti.
Oooh! He Ran mengerti. Tapi kayaknya dia tidak perlu tabung oksigen ini deh. Kalau dia kekurangan oksigen, kan ada Xiao Han yang bisa memberinya napas buatan. Pfft! Xiao Han sampai tersipu malu mendengarnya.
He Ran benar-benar sengaja tidak membawa tabung oksigen itu. Perjalanan naik gunungnya sangat melelahkan bagi He Ran yang baru pertama kali naik gunung, tapi setibanya di puncak gunung, mereka bisa melihat pemandangan Bima Sakti yang sangat indah. He Ran akhirnya menemukan sinyal untuk menelepon ibunya dan setengah berbohong pada Ibu kalau dia sedang liburan bersama temannya ke gunung.
He Ran jadi penasaran, di desa tidak ada sinyal lalu bagaimana Xiao Han langsung mengangkat teleponnya saat dia menelepon pada malam tahun baru kemarin? Xiao Han mengaku bahwa dia kebetulan sedang jalan-jalan di puncak gunung malam itu.
Benarkah? Tapi Xiao Han mengangkatnya tepat pada deringan pertama. Bagaimana Xiao Han bisa tahu kalau dia akan menelepon? Hanya karena Xiao Han mengirim pesan ucapan selamat tahun baru? Tapi dia sudah lama tidak menggunakan nomor itu. Bagaimana seandainya dia tidak melihat pesan itu? Berapa lama Xiao Han bakalan menunggu? Satu jam? Sehari semalam?
"Aku akan terus menunggu."
He Ran hampir menangis saking terharunya. Dia penasaran kenapa Xiao Han menumbuhkan bunga Gerbera dan bukannya bunga mawar.
"Karena masa mekarnya. Bunga Gerbera mekar telat. Saat Gerbera mekar, bunga yang lain mati."
"Aku tahu. Maksudmu, kau ingin bilang..."
"Kau adalah wanita terakhirku."
Aww, He Ran sontak tersenyum bahagia mendengarnya. Tapi kemudian dia mengklaim kehabisan oksigen tapi dia tidak membawa tabung oksigennya, dan langsung merengek meminta Xiao Han untuk memberinya oksigen. Pfft! Xiao Han dengan senang hati memberikan apa yang dia mau, ciuman mesra.
Keesokan harinya, Tong Tong membantu He Ran memakai baju tradisional Suku Qiang sebelum kemudian membawanya turun menemui Ibunya Xiao Han yang menghadiahinya gelang giok. He Ran santai saja menerimanya, mengira itu cuma hadiah biasa, tidak sadar kalau itu adalah hadiah dari calon mertua ke calon menantu.
Selama Xiao Han keluar rumah, Tong Tong membawa He Ran menemui para warga desa yang memberinya banyak sekali hadiah dan memperkenalkan dia pada mereka (dalam bahasa daerah mereka) bahwa He Ran ini adalah Bibi iparnya.
Semua orang langsung suka sama He Ran dan menyetujuinya untuk menjadi istrinya Xiao Han, tapi He Ran sama sekali tidak mengerti mereka ngomong apaan, mengira mereka cuma beramah tamah padanya.
Dia juga percaya-percaya saja saat Tong Tong menyarankannya untuk membalas hadiah-hadiah mereka dengan kurma merah, kacang dan kelengkeng. Sama sekali tidak sadar bahwa semua itu adalah simbol untuk cepat punya keturunan yang banyak.
Namanya juga desa, berita dengan cepat tersebar dari mulut ke mulut dengan cepat. Saat Xiao Han dalam perjalanan pulang, dia kebingungan karena semua orang yang dilewatinya mengucapkan selamat padanya.
Dan dia langsung mengerti alasannya saat melihat semua hadiah yang sedang He Ran pakai yang sontak membuatnya tersipu malu dan langsung mengomeli Tong Tong karena mengusili He Ran. Berhubung He Ran masih bingung dengan percakapan mereka, jadi Tong Tong langsung saja menjelaskan maksudnya...
"Cepat lahirkan anak!"
Pfft! Malu, Xiao Han buru-buru cari alasan untuk menghindar. Yaaa, He Ran kecewa, kapan melahirkan anaknya kalau begitu?
Malam harinya, He Ran berusaha mengisyaratkan Xiao Han untuk mengizinkannya tidur bersamanya dengan alasan kedinginan. Tapi Xiao Han malah sengaja cuma memberinya selimut yang lebih tebal, kantong penghangat kaki dan menutupinya rapat-rapat di dalam selimut. Jelas dia tahu apa yang He Ran mau, tapi sengaja pura-pura bodoh.
Hadeh! Gregetan, He Ran langsung saja nekat menyelinap masuk ke kamar Xiao Han diam-diam lalu secepat kilat naik ke kasurnya, mendekapnya dan memaksanya untuk tidur bersamanya sembari berjanji kalau dia cuma akan tidur, tidak akan macem-macemin Xiao Han.
Bersambung ke episode 13
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam