Recap The Forbidden Flower Episode 8 & Episode 9

Foto-foto mendiang Ayahnya He Ran di ruang tamu itu sontak membuat Ibu dan He Ran berseteru karena ternyata He Ran lah yang memajang foto-foto itu di sana, mungkin dia sengaja.

Ibunya He Ran sontak menangis menuduh He Ran tidak memahaminya, mengklaim dirinya selama ini sudah sangat toleran dan memahami He Ran sehingga dia bahkan tidak berani memulai hidup baru. 

He Ran meralat, Ibu sama sekali tidak memahaminya, tapi mengontrolnya. Ibu masih saja denial, mengklaim kalau dia melakukan semua ini demi kebaikan He Ran yang belum bisa menjaga dirinya sendiri.

Terang saja He Ran langsung emosi memberitahu Ibu bahwa semua yang Ibu lakukan ini sebenarnya justru demi kebaikan Ibu sendiri, keegoisan Ibu sendiri, Ibu ingin dia hidup sesuai kemauan Ibu, sekarang Ibu bahkan ingin membuang barang-barang ayahnya, Ibu pasti ingin mencari cowok lain pengganti ayahnya.

Ibu sontak tersulut emosi hingga dia refleks menampar He Ran dan langsung menyesal sedetik kemudian. Tapi He Ran sakit hati dan langsung kabur dari rumah tak peduli biarpun sudah larut malam dan hujan deras. 

Pastinya dia cuma punya satu tempat tujuan, rumahnya Xiao Han. Xiao Han sendiri sedang tidak ada di rumah saat dia datang, sehingga He Ran harus menunggu cukup lama di bawah guyuran hujan.

Untungnya Xiao Han akhirnya datang juga tak lama kemudian. Dia tidak menanyakan apa pun, tapi dia melihat kesedihan yang terlihat jelas di mata He Ran, dan langsung menyambut He Ran masuk ke dalam rumahnya, memberinya segelas air hangat dan selembar handuk.

Dia bahkan mengizinkan He Ran menginap di sini dan memberikan kamarnya pada He Ran, dia beralasan kalau malam ini dia sibuk merawat tanamannya yang ada di rumah kaca.

He Ran tentu saja senang bisa tidur di ranjangnya Xiao Han, tapi dia tidak bisa tidur memikirkan Xiao Han, jadi dia langsung saja mendatangi rumah kaca dan mengajak Xiao Han untuk bertaruh dengan menggunakan bunga kaktus. 

Jika bunga kaktus itu mekar malam ini, He Ran ingin mereka bersama. Jika tidak, He Ran janji akan menyerah dan tidak akan mencari Xiao Han lagi. Xiao Han setuju.

Jadilah mereka duduk di jendela dengan pot bunga kaktus berada di tengah mereka. Tapi He Ran dengan cepat memindahkan pot bunga itu ke pangkuannya agar dia bisa duduk di dekat Xiao Han, lalu perlahan dia menjatuhkan kepalanya ke bahu Xiao Han dan tertidur di sana.

Xiao Han tidak bergerak sedikit pun, membiarkan He Ran tidur di bahunya sampai fajar terbit. Baru beberapa lama kemudian, akhirnya dia memindahkan He Ran ke kasur, menyelimutinya, sebelum kemudian pergi meninggalkannya.

Saat He Ran bangun, Xiao Han tidak ada di rumah. He Ran sontak lari keluar mencarinya dan begitu menemukannya, dia langsung to the point menanyakan apakah bunga kaktusnya mekar semalam.

Xiao Han tersenyum tipis, tapi dia tanpak jelas sengaja menghindari jawaban dari pertanyaan itu dengan mengklaim bahwa kemarin dia ketiduran juga (Hmm, jadi bunganya mekar atau tidak?). Dia lalu mengajak He Ran ke pasar bunga bersamanya untuk membeli bibit bunga. Entah dia membeli bibit bunga apa.

Di satu sisi, dia menarik batas di antara mereka berdua. He Ran mencoba mengisyaratkannya untuk membelikannya bunga mawar, tapi Xiao Han ngotot menolak. Bahkan saat mereka melihat-lihat ikan mas, dia juga menolak saran He Ran untuk memelihara ikan karena itu merepotkan. 

Tapi di sisi lain, dia tampak jelas tidak tahan terhadap godaan He Ran. Saat Xiao Han mengajaknya makan di sebuah warung, He Ran ngotot menolak dibelikan porsinya sendiri, mengklaim kalau dia tidak terlalu lapar, padahal dia hanya ingin makan semangkok berdua dan Xiao Han dengan senang hati menurutinya.

Beberapa wanita di meja sebelah terang-terangan menatap Xiao Han yang jelas saja membuat He Ran cemburu. Saking cemburunya, dia memaksa Xiao Han untuk melihat wanita itu dan membandingkan wanita itu dengannya, mana yang lebih cantik, dia atau wanita itu? Xiao Han menolak, sama sekali tidak merasa ada yang perlu dilihat. 

"Memang tidak ada yang perlu dilihat, Kau hanya seorang pencari nafkah yang berkecil hati. Dia mungkin sama denganku, sudah buta."

He Ran terus ngeyel memaksanya untuk melirik wanita itu hingga akhirnya Xiao Han menurutinya juga. Tapi cuma melirik wanita itu sekilas, aku bahkan yakin kalau Xiao Han bahkan tidak melihat wanita itu dengan benar, tapi dia langsung saja menyatakan kalau wanita itu lebih cantik daripada He Ran. Dia bahkan mengklaim bahwa A Man dan Xiao Li juga lebih cantik daripada He Ran. 

"Kalau semua orang lebih cantik dariku, lalu kenapa kau makan di sini bersamaku?"

"Mungkin seperti yang kau katakan, aku sudah buta."

Awww! Dia secara tidak langsung mengakui kalau dia suka sama He Ran. Jelas saja He Ran senang, "mana mungkin, penglihatanmu ini terlihat sangat baik. Eh menurutmu apakah aku akan terlihat lebih cantik kalau aku mengganti gaya rambutku?"

"Yang sekarang juga cukup cantik."

Dia buru-buru menyudahi makannya setelah itu, tapi He Ran terus merecokinya dan meminta pendapatnya tentang bagaimana baiknya mengubah penampilannya, pemilik warung sampai geli melihat mereka yang jelas saja membuat Xiao Han malu.

Xiao Han buru-buru menghindar, tapi tentu saja He Ran terus mengejarnya dengan gigih dan terus memaksa untuk pegangan tangan sama Xiao Han soalnya wanita yang tadi masih terus melirik Xiao Han. Xiao Han lama-lama gemas dan langsung saja mendekap He Ran (Pfft! He Ran cuma minta pegangan tangan, dia malah ngasih lebih). 

Keesokan harinya, He Ran membeli ikan mas yang kemarin mereka lihat di pasar. He Ran ingin memberinya nama, tapi Xiao Han mengingatkannya untuk tidak sembarangan memberi nama pada hewan. Karena begitu hewan diberi nama, maka akan ada ikatan batin di antara mereka.

"Terus kenapa kucingmu punya nama?"

"Dia bukan kucingku." (terus kucingnya siapa?)

"Tapi sekarang dia kucingmu."

Sayangnya terlepas dari perkembangan hubungan mereka, Xiao Han masih ngotot menolak He Ran. Tapi tentu saja He Ran pantang menyerah. Keesokan harinya, Xiao Han menemukan pesan-pesan cinta dari He Ran yang dia tempelkan di mana-mana, menggoda Xiao Han untuk mencarinya melalui pesan-pesan itu.

Xiao Han dengan senang hati menuruti setiap petunjuk di pesan-pesan tersebut, berkeliling ke semua tempat yang pernah mereka datangi sejak mereka pertama kali bertemu. Di salon, di studio lukis, hotelnya Xiao Li, taman tempat mereka membuka bisnis potong rambut... hingga akhirnya berakhir di rumah kaca di mana He Ran menghiasi tempat itu dengan lampu-lampu yang indah yang otomatis membuat senyum Xiao Han merekah.

"Selamat, kau menemukan gadis kecilmu," goda Xiao Han dengan imutnya.

Berkat itu, Xiao Han yang awalnya menolak membawa He Ran untuk mengambil bunga di sebuah kampung, akhirnya menyerah juga. Tapi sepanjang jalan, tangan nakal He Ran malah sengaja menggodanya sampai Xiao Han terpaksa harus berhenti di tengah jalan hanya untuk mengomeli He Ran.

He Ran seperti biasanya, selalu cari-cari alasan untuk menggoda Xiao Han. Kali ini dia mendesak Xiao Han untuk membantunya membenarkan posisi joknya, mengklaim kalau dia tidak bisa melakukannya sendiri. 

Dia terus menyuruh Xiao Han untuk meninggikan joknya... hingga akhirnya bibir mereka tak sengaja bersentuhan (Pfft!). Oke, posisinya sudah tepat. Xiao Han jadi gemas banget sama dia. Perjalanan terasa lebih menyenangkan berkat He Ran yang dengan imutnya menggoda Xiao Han dengan gaya lucu-lucunya. 


Setibanya di kampung, He Ran dengan imutnya mengikutinya sembari memegangi kaosnya Xiao Han. 

Xiao Han berusaha melarang He Ran ikut bekerja bersamanya, tapi He Ran mana mempan diusir dan terus mengikutinya sampai Xiao Han menyerah dan membiarkannya ikut. 

Usai menyelesaikan pekerjaannya hari ini, Xiao Han lalu membawa He Ran ke toko papan surfing yang ternyata dulunya milik Si Gemuk tapi kemudian ditutup karena bangkrut. 

Dia bercerita bahwa Si Gemuk banyak membuka berbagai macam usaha sebelumnya, dan baru kemudian istrinya membuka bisnis restoran untuk membantunya. He Ran seketika kagum mendengarnya, kagum pada Xiao Han maksudnya, karena baru kali ini dia mendengar Xiao Han bicara begitu banyak, biasanya Xiao Han sangat pendiam dan misterius.

Xiao Han mandi duluan, tapi dia tidak sadar kalau He Ran bisa melihatnya melalui bayangan di cermin. He Ran jelas malu saat dia mengetahui hal ini, tapi dia tidak bisa memalingkan pandangannya dan jadilah dia menikmati pemandangan itu dari awal sampai akhir.

Bahkan saat akhirnya tiba gilirannya mandi tak lama kemudian, dia dengan sengaja membuat rencana untuk membuat Xiao Han melakukan hal yang sama. Xiao Han jelas tidak menyadari adanya cermin itu, jadi dia santai saja meminum bir yang sudah disediakan He Ran di tempat strategis dan hampir saja tersedak saat melihat bayangan Xiao Han di kamar mandi melalui cermin itu. 

Setelah He Ran selesai mandi, Xiao Han membawanya jalan-jalan di pantai dengan membawa seekor kuda (ngapain dia bawa kuda sih? Buat apa?). Ada pasangan yang lagi pacaran di pantai, He Ran jadi iri.

Malam harinya, Xiao Han menempatkan He Ran di sebuah penginapan tapi tentu saja dia tidak kaget saat tak lama kemudian, He Ran mendatanginya dan mau-mau saja menurutinya untuk memandang bintang bersama biarpun langit lagi mendung. 

Bahkan saat He Ran berbohong ada bintang jatuh dan menyuruhnya untuk membuat permintaan, dia langsung percaya begitu saja dan kebingungan sendiri mencari bintang jatuhnya, dan baru sedetik kemudian dia sadar kalau He Ran berbohong. Tapi ngomong-ngomong tentang bintang jatuh, dia penasaran apakah He Ran memiliki sebuah permintaan.

"Permintaanku adalah aku ingin hidup sehat."

Tapi dia tidak memberitahukan alasannya dan hanya menggoda Xiao Han seperti biasanya. Namun lagi-lagi, Xiao Han menahan diri. 

Tapi saat He Ran hampir mau menyerah, Xiao Han tiba-tiba menggenggam tangannya dan jujur mengakui bahwa terkadang, dia punya niatan jahat pada He Ran, dan akhirnya, kali ini dia menyerah juga pada perasaannya dan langsung mencium mesra He Ran, dan mereka pun menghabiskan malam yang indah bersama.

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

0 Comments