Quan Quan sendiri tak sengaja bertemu dengan Han Yu di tengah jalan yang langsung mentraktirnya ke sebuah cafe hanya demi menanyainya tentang He Ran. Tapi ujung-ujungnya malah dia yang kewalahan menghadapi cecaran Quan Quan yang jelas-jelas mengejeknya karena ternyata dia bukan pacarnya He Ran, dan jelas bukan tipe cowok idealnya He Ran.
Tapi Han Yu terlalu narsis dan tidak terlalu mengenal He Ran sehingga dia ngotot meyakini kalau He Ran sudah pasti suka padanya dan tidak mungkin menyukai cowok lain selain dirinya, meyakini kalau He Ran selalu di rumah dan tidak pernah bertemu pria lain.
Setelah itu dia mengantarkan Quan Quan pulang dan sepertinya dia juga mengetahui tentang lukisan Bunga Gerbera itu, tapi dia tidak sempat memikirkannya lebih jauh karena kemunculan Pamannya Quan Quan. Dia meyakinkan Xiao Han kalau dia orang baik dan hanya mengantarkan Quan Quan pulang.
Tak lama setelah Han Yu pergi, He Ran muncul dalam keadaan basah kuyup karena diluar tadi sempat hujan saat dia tengah berusaha mencari Quan Quan. Saat akhirnya dia melihat Quan Quan aman di dalam rumah, dia sama sekali tidak marah, justru meminta maaf setulus hati karena tidak menjaga Quan Quan dengan baik tadi. Dia janji besok akan mengajari Quan Quan dengan baik di studio.
Ketulusannya membuat kekesalan Quan Quan mereda juga. Bahkan saat Xiao Han menanyakan apakah pria yang mengantarkan Quan Quan pulang tadi adalah pacarnya He Ran, Quan Quan langsung menyangkalnya.
He Ran juga berusaha meyakinkan bahwa pria tadi hanya teman biasa, tapi Xiao Han sepertinya tidak percaya sehingga dia memperlakukan He Ran dengan lebih dingin daripada biasanya yang jelas saja membuat He Ran sedih.
Bahkan saat He Ran selesai mandi tak lama kemudian, Xiao Han langsung menuntut apa lagi yang He Ran sembunyikan darinya. Tapi pertanyaannya itu, biarpun kasar dan menyakiti hati, tapi jelas-jelas menunjukkan kalau Xiao Han cemburu.
He Ran tentu saja senang dengan fakta itu, tapi dia menolak menjawab. Kenapa juga dia harus menjawab pertanyaan Xiao Han saat Xiao Han sendiri punya rahasia yang dia sembunyikan, terutama tentang masa lalunya, rahasia masa lalunya yang tidak diketahui seorang pun di desa ini.
"Kuberitahu kau, rahasiaku hanya akan kuberitahukan pada pacarku," tegas He Ran, "apa mungkin kau sekarang ingin..."
Terprovokasi, Xiao Han sontak mengangkat He Ran dengan kasar ke terali balkon, "apa sebenarnya maumu?"
"Kau tahu apa yang kuinginkan!"
Xiao Han hampir saja tergoda untuk menciumnya, tapi lagi-lagi, dia dengan cepat menguasai diri dan melepaskan He Ran.
Keesokan harinya, He Ran menunggu sendirian cukup lama di luar rumahnya Xiao Han. Baru setelah A Man datang, dia diberitahu bahwa ternyata Xiao Han pergi mengantarkan Quan Quan kembali ke kampung halamannya. A Man jujur mengaku kagum pada kegigihan He Ran mengejar Xiao Han yang dingin dan cuek bebek itu.
Tapi A Man meyakinkan He Ran untuk tidak terlalu mengambil hati akan sifat Xiao Han. Dia itu tipe orang yang dingin di luar tapi lembut di dalam. Dia bahkan memberi saran-saran bagaimana cara yang benar untuk mendekati pria semacam Xiao Han. Xiao Han tuh suka sekali dengan tanaman, jadi cobalah ngobrol dengannya tentang topik seputar tanaman.
Ide bagus, jadilah He Ran mendatangi rumah Pamannya Han Yu yang seorang pencinta bunga untuk minta diajari. Tapi ternyata Pamannya Han Yu tidak ada, He Ran malah bertemu dengan keponakannya yang cerewet itu.
Dia berusaha menghindar tapi Han Yu terus mencegahnya dengan berbagai cara. Bahkan saat mendengar He Ran datang untuk belajar tentang tanaman, Han Yu langsung saja membawanya masuk ke perpustakaan milik pamannya yang penuh berisi buku-buku tentang tanaman.
He Ran langsung minta pinjam dua buku dan berniat mau langsung pergi, tapi Han Yu terus saja cari-cari alasan untuk mencegahnya pergi. Kali ini dia bahkan nekat mengambil bunga langka kesayangan pamannya tak peduli biarpun biasanya tidak ada seorang pun yang berani menyentuh bunga langka itu. Tapi aneh, He Ran merasa familier dengan bunga itu. Di mana ya dia pernah melihatnya?
Malam harinya, Ibunya He Ran mendapati ada sebuah lukisan yang digantung di langit-langit kamarnya He Ran. Mungkin lukisan itu berharga bagi He Ran, makanya dia menggantungnya di sana, tapi Ibunya He Ran tidak suka.
He Ran berusaha membela haknya untuk menggantung lukisan itu di mana pun dia inginkan, tapi ibunya seperti biasanya, menggunakan kekuasaannya sebagai orang tua untuk menekan He Ran dan mengabaikan hak-hak He Ran. Jelas saja He Ran sakit hati.
Parahnya lagi, selama beberapa hari berikutnya, He Ran sama sekali tidak bisa pergi ke mana-mana gara-gara ibunya tidak pergi bekerja. He Ran benar-benar merasa terkekang.
Dia tidak bisa memakai baju sesuai keinginan hatinya, tidak bisa makan sesuai kesukaannya, bahkan saat main bersama di luar pun, ibunya selalu memperlakukannya seolah dia anak TK yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri.
Ibu bahkan tidak sadar kalau He Ran tidak nyaman dengan perlakuannya, apalagi He Ran sadar betul dirinya diperhatikan oleh orang-orang yang lewat yang pastinya menertawakannya. Dan kalau He Ran mencoba melawan, Ibu langsung menangis seolah He Ran adalah anak durhaka sehingga membuat He Ran jadi merasa bersalah.
Di sisi lain, Ibu sendiri memang menderita dan selalu menangis sedih setiap malam. Tapi karena dia selalu memperlakukan He Ran seperti anak kecil, jadi dia menanggung sendiri segala penderitaannya dan menolak mencurahkan isi hatinya pada anaknya.
Suatu hari, Han Yu datang memberitahukan kabar bahwa He Ran sudah diterima di sebuah universitas di Xijing dan Ibu sudah mengatur segalanya agar He Ran bisa pergi mulai bulan depan. Memang sih, ini keinginan He Ran sendiri.
Tapi sekarang setelah mengenal Xiao Han, dia jelas mulai ragu karena tidak rela harus berpisah secepat ini. Tapi di sisi lain, dia sadar kalau dia memang harus pergi.
Suatu pagi, He Ran bingung karena tidak ada air di dapur. Bibi Zhang juga tidak ada di dalam rumah. Saat akhirnya dia menemukan Bibi di taman rumahnya, dia malah kaget melihat Xiao Han muncul dari sesemakan, sedang bekerja jadi tukang kebun seperti sebelumnya.
He Ran jadi panik, takut ketahuan kalau dia nona muda rumah ini, jadi dia buru-buru mengklaim bahwa dirinya adalah guru privat baru di rumah ini. Untungnya Bibi memahami isyaratnya, dan langsung ikutan berbohong mengiyakannya. Apakah Xiao Han percaya?
Saat Ibu pulang, dia ditelepon Pamannya Han Yu yang mengaku bahwa dia yang mengirim tukang kebun itu kemari karena dia mendengar dari Han Yu bahwa belakangan ini He Ran suka mempelajari tanaman dan juga karena taman rumah mereka belakangan ini tidak terawat dengan baik. Pamannya Han Yu meyakinkan bahwa dia adalah seorang tukang kebun yang hebat.
Parahnya lagi, karena Xiao Han direkomendasikan langsung oleh Paman Han, Ibu malah berniat mengundangnya masuk rumah dan nge-teh bersama mereka, otomatis menghancurkan rencana He Ran yang awalnya ingin mengusir Xiao Han dari sini. Untungnya saat Ibu mengundangnya masuk, Xiao Han dengan dinginnya menolak. Fiuh! Aman!
Tapi keesokan harinya Han Yu malah datang bersama pamannya atas undangan Ibu. Ibunya He Ran ini memang suka memaksakan kehendaknya pada segala hal. Dia ngeyel bertekad untuk berterima kasih pada Paman Han dan mengundang Xiao Han makan bersama mereka sebagai ungkapan terima kasih.
Karena kemarin Xiao Han menolak undangannya, makanya dia meminta Paman Han sendiri untuk mengundang Xiao Han makan bersama mereka. Hadeh!
Sementara Paman Han sibuk ngobrol dengan Xiao Han dan terkagum-kagum dengan cara Xiao Han merawat tanaman, Han Yu hampir saja mengenali Xiao Han, tapi untungnya He Ran sigap menghalangi pandangannya dan buru-buru mengalihkan perhatiannya dengan mengajaknya main puzzle.
Padahal pikiran He Ran sedang cemas bukan main memikirkan Xiao Han yang saat ini sedang duduk bersama ibunya dan keluarganya Han Yu di meja makan. Dia diam-diam mengirim pesan ke Bibi untuk menghalangi ibunya menyebut namanya di hadapan Xiao Han, makanya setiap kali Ibu hampir menyebut nama putrinya, Bibi mendadak menyelanya.
Tapi biarpun tidak pakai acara menyebut nama He Ran, Xiao Han tidak cukup bodoh untuk tidak curiga, apalagi saat Ibu menceritakan tentang putrinya yang berbakat melukis dan melukis bunga kaktus.
Saking paniknya, He Ran akhirnya berinisiatif menjauhkan semua orang dari Xiao Han dengan pura-pura pingsan. Usahanya berhasil membuat Han Yu sekeluarga cepat pulang agar He Ran bisa istirahat dengan tenang.
Tapi akibatnya, Bibi jadi diomeli Ibu yang mengira dia tidak memperhatikan He Ran makan dengan baik sampai He Ran pingsan seperti ini. Untungnya Ibu harus segera keluar rumah untuk mengurus pekerjaannya.
Tapi sebelum pergi, dia diam-diam memerintahkan Bibi untuk membuang semua baju kesukaan He Ran yang dia pikir tidak pantas untuk He Ran, tapi dia tidak sadar kalau He Ran sebenarnya mendengarnya dan jelas sedih karenanya.
Semua jejak He Ran di rumah itu, jelas membuat Xiao Han yakin siapa He Ran yang sebenarnya, dan itu tampak jelas membuatnya sakit hati menyadari He Ran berbohong lagi padanya. Dan karena itu pula, dia jadi tidak datang ke janji pertemuan mereka, membuat He Ran menunggu seharian tanpa kepastian.
Xiao Han sendiri sedang berada di toko peralatan surfing dan di sana, ternyata dia memiliki beberapa peralatan melukis yang mungkin awalnya hendak dia berikan untuk He Ran. Tapi sekarang, dia memutuskan untuk membakar semua itu dan tidak membalas pesannya He Ran.
Bahkan keesokan harinya, He Ran malah mendapati rumahnya Xiao Han digembok, entah ke mana orangnya. Seharian dia menunggu sampai petang, tapi Xiao Han tetap tidak pulang-pulang.
Seperti biasanya, Ibunya stres lagi setiap malam tiba. Sebenarnya, sebelumnya dia punya pacar, tapi mereka backstreet. Si pacar tidak terima seperti ini terus dan menyuruh Ibu memilih dia atau putrinya, dan jelas Ibu lebih memilih putrinya.
Jelas Ibu melakukannya demi menjaga perasaan He Ran, tapi Ibu tidak sadar kalau dia sebenarnya dia sedang mengekang dirinya sendiri, menghalangi kebahagiaannya sendiri sehingga pada akhirnya membuat dirinya sendiri jadi stres.
Dan sepertinya salah satu pemicu stresnya adalah Ayahnya He Ran yang ternyata sudah meninggal dunia. Saat dia turun, dia mendapati foto-foto Ayahnya He Ran terpajang di rak, itu sontak membuatnya panik untuk segera membuang semuanya. Entah apa yang membuatnya membenci almarhum dan ingin membuang semua foto almarhum.
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam