Sinopsis Yali Çapkini Episode 3 - Part 1

Ferit benar-benar memenuhi janjinya untuk tidak merahasiakan apa pun dari istrinya, makanya sekarang juga, di malam pengantin mereka, dia dengan sejujur-jujurnya memperkenalkan pacarnya pada istrinya, dan memperingatkan Seyran untuk merahasiakan tentang pacarnya dari keluarganya. Lagipula, bukankah Seyran sendiri juga tidak menginginkan pernikahan ini? 

Jelas saja Seyran kesal hingga dia langsung menampar Ferit dan mengurung diri di kamar mandi. Seyran benar-benar sakit hati, tapi berusaha keras menahan diri untuk tidak menangis dan akhirnya ketiduran di bak mandi.

 


Dia terbangun tengah malam karena mendengar suara gedebuk keras dan akhirnya memutuskan untuk keluar, tapi malah mendapati kedua kekasih itu sudah teler di kasur dan di lantai setelah pesta pora dan minum-minum entah berapa banyak. 

Dia mencoba membangunkan Ferit, tapi aneh, tidak ada respon sedikit pun. Astaga! Jangan-jangan dia pingsan? Seketika itu pula Seyran ingat kalau Ferit punya diabetes, yang mana dia seharusnya tidak boleh minum alkohol karena alkohol bisa membuat kadar gula darah turun drastis.

Seyran yang belum pernah menghadapi situasi ini jelas panik bukan main, apalagi dia sendirian. Namun untungnya ponselnya Ferit tidak ada password-nya, jadi dia bisa menelepon Abidin yang langsung menginstruksikannya untuk memberikan pertolongan pertama dengan mencekoki Ferit dengan gula.

Abidin bergegas datang tak lama kemudian setelah menelepon ambulance dan kedua orang tua Ferit, tapi dia mendadak panik saat itu juga saat melihat Pelin lagi teler di kasur. Bisa gawat kalau kedua orang tua Ferit sampai melihat Pelin.

Maka Abidin pun cepat-cepat menggotong dan mengurung Pelin di dalam kamar mandi, dan berhasil selesai melakukannya tepat saat kedua orang tua Ferit datang. Ambulance datang tak lama kemudian dan Ferit pun segera dilarikan ke rumah sakit, meninggalkan Seyran sendirian di sana.


Segala masalah yang terjadi malam ini, benar-benar menguras emosi Seyran hingga akhirnya dia tidak tahan lagi dan langsung menangis. Tepat saat itu juga, ada seorang housekeeping datang karena mendengar tangisannya, dan tanpa mempertanyakan apa pun, dia memeluk Seyran, membiarkan Seyran menangis dalam pelukannya.


Setelah beberapa jam lamanya kedua orang tua Ferit menunggu dengan khawatir, syukurlah akhirnya Ferit siuman juga. Dia mengira kalau Abidin lagi yang menyelamatkannya, seperti biasanya. Namun Abidin mengaku bahwa kali ini yang menyelamatkan Ferit tepat waktu adalah Seyran. Mereka baru ingat tentang Seyran saat itu, jadi Orhan langsung menyuruh Abidin kembali ke hotel untuk menjemput Seyran.


Setibanya di hotel, Abidin terlebih dulu mengurus Pelin yang masih teler di kamar mandi. Dia memindahkan Pelin ke kamarnya sendiri, lalu memanggil pengawal untuk menjaga kamarnya dan memastikan Pelin tidak bisa keluar kamar sembarangan saat dia sadar nanti. 

Setelah itu dia baru mengantarkan Seyran ke rumah sakit, dan tak lupa dia berterima kasih mewakili Ferit karena Seyran tidak mengungkap tentang Pelin pada kedua orang tua Ferit. 

Setiba di rumah sakit, Seyran langsung disambut oleh pelukan Gulguen yang sangat amat berterima kasih padanya karena menyelamatkan Ferit tepat waktu. Seyran dengan rendah hati memberitahu Gulguen bahwa itu juga berkat instruksi Abidin dan ponselnya Ferit yang tidak ada password-nya sehingga dia bisa menghubungi Abidin.

"Tidak ada password di ponselku karena tidak ada yang perlu kusembunyikan, istriku boleh melihatnya kapan pun dia mau," ujar Ferit. (Pfft! Ya benar sih, dia memang jujur banget sama istrinya, tapi... ya tetep brengsek).

Yang lain lalu keluar meninggalkan Ferit berduaan dengan Seyran. Memecahkan kecanggungan di antara mereka, Ferit setulus hati berterima kasih pada Seyran, tapi dengan cepat dia mulai ngegombal lagi... "mungkin inilah yang namanya, dalam keadaan sehat maupun sakit." (sumpah pernikahan)

"Kau sudah sekacau ini tapi masih bisa bercanda?"

"Jangan khawatir, ini tidak akan terjadi lagi. Lagipula, berapa kali dalam hidup seseorang bisa menikah?"

"Jangan takut padaku, Ferit. Jika lain kali hal semacam ini terjadi lagi, aku mungkin tidak akan bangun (untuk menyelamatkanmu)."

"Dan terima kasih juga karena kau tidak mengungkapkan Pelin."

"Buat apa? Memangnya aku bodoh untuk mengungkapkan bahwa pernikahan ini cuma sandiwara? Kau juga tahu kalau aku juga sebenarnya tidak ingin menikah denganmu. Jadi ini bagus untukku."

"Jadi ini bagus untukmu? Astaga, apakah menikah denganku seburuk itu?"

"Hah? Kenapa kau terkejut sekarang? Baru beberapa jam yang lalu kau sendiri yang ngomong bahwa kau juga tidak ingin menikah denganku. Lalu apa yang terjadi sekarang?"

"Yang bersamaku adalah pacarku, tapi banyak wanita yang ingin menikah denganku. Bagaimana mungkin kau bisa menemukan suami lain yang lebih baik daripada aku?"

"Ferit, kurasa sekarang bukan saat yang tepat untuk ngoceh narsis. Daripada menggodaiku, lebih baik kau menyembuhkan dirimu sendiri."

Kazim baru mendapat kabar tentang kejadian semalam dari si mak comblang dan jelas saja dia langsung kesal menyadari menantunya ternyata punya penyakit, apalagi penyakitnya kambuh di malam pengantin mereka.

Maka saat itu juga dia langsung ke hotel untuk menemui keluarga besannya dan menantunya yang sudah keluar dari rumah sakit dan saat itu sedang berkemas untuk pulang ke Istanbul. Gayanya sangat amat angkuh padahal Keluarga Korhan saja sangat sopan.

Kazim tidak terima karena dia mendengar masalah ini dari orang lain padahal mereka sudah jadi satu keluarga sekarang. Orhan dengan sabar menjelaskan bahwa segalanya terjadi begitu mendadak dan cepat sehingga mereka lupa memberitahunya. Karena itulah, mereka setulu hati meminta maaf pada Kazim.

Ferit memperhatikan Seyran terus menundukkan kepala, tampak jelas ketakutan pada ayahnya. Saat Kazim mempermasalahkan penyakitnya padahal dia masih muda, Ferit meyakinkan ayah mertuanya itu bahwa penyakitnya hanya sesekali kambuh. 

Dia meyakinkan bahwa Kazim tidak perlu khawatir, setelah Seyran pulang ke Istanbul bersama mereka, Seyran pasti akan melihatnya baik-baik saja dan Seyran akan mengabarkan kondisinya pada Kazim lewat telepon nanti.


Ngomong-ngomong tentang putrinya ini, Kazim jadi ingat kalau Seyran juga tidak memberitahu apa pun padanya sejak dia menikah. Tidak nyambung dengan maksud Kazim, Orhan dan Gulguen cuma mengira kalau Kazim cuma mengkhawatirkan putrinya, makanya mereka meyakinkannya bahwa mereka pasti akan menjaga Seyran dengan baik di Istanbul.

Padahal sebenarnya yang Kazim khawatirkan bukan itu. Dia tidak mengatakan apa pun pada mereka, tapi begitu pulang, dia langsung kesal memberitahu Bibi kalau dia merasa diperlakukan dengan tidak hormat dan diremehkan oleh keluarga besannya. (Pfft! Dia sendiri yang tidak sopan pada mereka)

Dia bahkan yakin kalau Seyran bakalan dicuci otaknya oleh mereka, dan saat itu terjadi, Seyran pasti akan membuang keluarganya sendiri. Bibi rasa pikiran Kazim terlalu lebay dan berusaha meyakinkan Kazim kalau Seyran tidak akan begitu, tapi Kazim ragu.

Saat Abidin kembali ke kamarnya, dia mendapati Pelin baru saja bangun dan langsung panik saat mendengar Ferit kambuh semalam. Dia bahkan mau pergi menemui Ferit sekarang. Tapi Abidin tegas melarang dan mengomeli kebodohannya semalam yang hampir membahayakan nyawa Ferit.

Setibanya di Istanbul, Ferit memperhatikan Seyran tampak terpesona dengan kota barunya dan menikmati angin segar laut di sepanjang perjalanan ke mansion Keluarga Korhan. Karena ini pertama kalinya Seyran ke Istanbul, jadi Ferit menyarankannya untuk jalan-jalan keliling Istanbul, tapi Seyran malah menjawabnya dengan ketus. Astaga! Ferit sampai heran, mulutnya Seyran tajam banget sama dia, tapi di hadapan ayahnya, Seyran malah kicep.

Setibanya di mansion, mereka disambut oleh Latif, Ifakat dan Asuman, sedangkan Halis Aga hanya melihat cucu menantu barunya dari jendela kamarnya di lantai atas. Dia sama sekali tidak turun untuk menyambut Seyran dan hanya memberi informasi melalui Latif bahwa dia sedang istirahat di kamar dan hanya akan turun untuk makan malam nanti malam.

Seyran awalnya gugup dan tegang, namun semua orang benar-benar menyambutnya dengan ramah... errr... kecuali Sultan yang menatapnya dengan sinis dan cuma mengucap selamat atas pernikahan mereka tanpa senyum sedikit pun.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments