"Dasar sinting! Kau dan Saran tidak akan pernah bisa bersama sebagai pasangan!" Jerit Duang. "Tidak akan pernah ada hari di mana Saran akan melupakan masalah ini. Tidak akan pernah ada hari di mana dia akan kembali padamu!"
"Hatimu penuh dengan kebencian. Kehidupan ini ada naik dan turunnya. Saat datang hari kau terjatuh, kebencianmu akan kembali pada dirimu sendiri. Ingatlah wajahku, ingatlah kata-kata hinaanmu padaku."
"Saat kau menderita, kau akan melihat wajahku menghinamu sama seperti yang kau lakukan padaku. Cam kan itu! Dan saat hari itu tiba, simpanlah saputangan ini untuk menyeka air matamu." Rin mengembalikan saputangan itu kembali ke Duang lalu pergi meninggalkan Duang yang cuma bisa jejeritan alay.
Saat Duang pulang, dia melihat orang tuanya sedang sibuk berkutat dengan telepon. Ada masalah serius, Mr. Jim tiba-tiba menghilang dan tidak bisa dihubungi sama sekali. Bukannya cemas, Duang malah santai-santai saja, sama sekali tidak berpikir kalau itu masalah penting.
"Perusahaan kita memberinya cek jutaan baht untuk membeli tanah. Tapi begitu dia mendapatkan ceknya, dia malah menghilang. Dia tidak kembali ke kantor. Bagaimana bisa Ibu tidak cemas?"
Naris datang saat itu. Tapi dia juga sama, dia tidak menemukan Mr. Jim baik di kantor maupun di hotelnya. Mirisnya, dia masih saja memikirkan masalah kesopan-santunan dengan tidak mengecek kamar hotelnya Mr. Jim, karena itu kan tidak sopan namanya.
"Kenapa kau memikirkan masalah sopan santun di saat seperti ini? Iya, sih. Uang itu milik kami, bukan milikmu. Pantas saja kau tidak peduli. Kembalilah ke hotel dan tunggu sampai dia kembali. Ayah juga akan ikut!"
Ayah dan Naris pun pergi, sementara Ibu masih terus berusaha menghubungi Mr. Jim. Cuma Duang seorang yang masih santai dan masa bodo.
Dia yakin Mr. Jim cuma lagi traveling, dia pasti akan kembali sebentar lagi. Dia kan bule, dan kelihatannya dia kaya. Dia tidak percaya kalau Mr. Jim menipu mereka.
Rin mengumpulkan semua orang di kamar Ayah untuk memberitahu mereka sesuatu yang penting. Chalat bisa menduga kalau ini pasti berhubungan dengan Saran.
Betul. Dia dan Saran tidak saling mengenal saat mereka menikah. Mereka bisa jadi seperti sekarang ini adalah karena cinta dan kasih sayang antara pria dan wanita. Segala yang terjadi kemarin adalah karena mereka belum begitu memahami satu sama lain.
"Kehidupan rumah tangga akan tumbuh seriring bertambahnya umur. Kau dan Saran masih saling mempelajari satu sama lain. Jangan berkecil hati." Ucap Bibi berusaha menyemangatinya.
"Saran itu orang eksentrik. Dia ingin menghabiskan hidupnya untuk menangkap para bandit tanpa mempedulikan pangkat ataupun kekayaan. Fakta kalau aku adalah putri orang desa membuatnya merasa tenang dan hangat."
"Terus apa bedanya kau putri seorang Phra atau putrinya orang desa? Kau tetaplah Rin. Cinta yah cinta."
"Kehidupan pasangan tidak bisa bersama hanya dengan cinta. Satu tambah satu harus menjadi satu, tidak boleh menjadi dua."
Karena itulah, hari ini dia ingin minta izin semua orang agar mereka mengambil kembali semua aset yang mereka berikan padanya. Dia tidak menginginkan rumah maupun jabatan. Dengan begitu, Saran akan merasa senang.
Chalat menolak keras. Dia tidak akan mengambilnya kembali. Dia membawa Rin ke rumah ini karena dia merasa bersalah atas kematian Ibu Rin. Saat mereka mengetahui Reung meninggal dunia, mereka benar-benar merasa sedih. Karena itulah, Rin harus membiarkan mereka untuk menebus kesalahan mereka.
Ayah juga tidak setuju dan langsung menunjukkan protesnya dengan memukuli ranjangnya. Bibi meyakinkan Rin kalau Ayah Rin itu bukan playboy, dia benar-benar pria sejati.
Walaupun dia memperistri orang desa, tapi Ayah masih ingin bertanggung jawab atas Rin walaupun Rin tidak menginginkan hartanya. Mereka semua ingin melihat Rin memiliki apa yang menjadi haknya.
"Yang bersalah di sini adalah Saran, bukan kau. Pikirkanlah Ayah. Ia sangat terluka saat tahu kau tumbuh jadi seorang pelayan. Hidupmu masih panjang, semua aset itu akan berguna bagimu di masa depan nanti. Aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi."
Bibi juga menolak mengambil kembali aset-aset itu dan menasehati Rin untuk memberi Saran kesempatan untuk memikirkan segalanya dengan baik. Ayah pun terus protes memukuli ranjangnya, pokoknya Rin tidak boleh mengembalikannya. Semua itu milik Rin. Cemas, Rin akhirnya menyerah.
Tengah malam, Duang lagi enak-enak tidur saat orang tuanya mendadak membangunkannya dan berusaha mengajaknya naik pesawat sekarang juga. Hah?
Ternyata Mr. Jim benar-benar menipu mereka. Dia sudah membawa lari uang mereka dan kabur dari negara ini. Makanya mereka harus melarikan diri sekarang juga. Ayo, cepat! Tidak usah bawa apa-apa, yang penting mereka harus kabur sekarang juga.
Duang malah santai-santai saja. Nih orang lemot banget kayak suaminya, dia malah tidak mengerti masalahnya apa sampai mereka harus melarikan diri.
"Melarikan diri dari penagih hutang! Kita berhutang dari para investor. Kita harus melarikan diri sekarang. Kita masih bisa memiliki barang-barang milik kita. Kalau kita menunggu mereka melaporkan kita, maka kita tidak akan punya apapun."
"Bagaimana itu bisa terjadi? Di mana Khun Chai, Bu?"
"Mana ibu tahu. Di kamarnya, mungkin. Dialah penyebabnya. Dia tidak tahu menahu tentang bisnis dan kena tipu."
"Sudah bagus ayah tidak membunuhnya. Dia mau membangun sebuah mall dan mempekerjakan seorang bule. Dan ternyata si bule itu penipu dan kita jadi menderita. Ayo, cepat pergi."
Tapi Duang malah menolak pergi. Ngotot kalau di sinilah hidupnya, jadi dia tidak mau pergi ke mana-mana. Dia bahkan bersikeras kalau dia tidak ada hubungannya dengan semua ini.
Mereka jelas kesal menghadapi putri mereka yang keras kepala kayak batu itu. Ibu berusaha menyeretnya paksa, tapi Duang malah terus memberontak dan menolak pergi.
Kesal, Ayah akhirnya menyuruh Ibu untuk meninggalkan Duang saja. Kalau segalanya disita, nanti Duang pasti akan menyusul mereka. Yang penting mereka pergi dulu sekarang soalnya nama mereka ada di daftar teratas perusahaan.
Dan ternyata itu bukan cuma sekedar gertakan, mereka benar-benar pergi meninggalkan Duang sampai Duang kebingungan sendiri sekarang.
Naris ternyata sedang duduk merana di depan saat mereka turun. Ayah sungguh menyesal karena mempercayai penampilan luar Naris. Tidak seharusnya dia membawa Naris masuk ke dalam keluarganya.
"Kau tidak punya uang! Bodoh! Tidak bisa apa-apa! Tidak bisa membedakan orang baik atau jahat! Kau ikut menjatuhkan kami bersamamu!"
"Ingat baik-baik, kau sudah menghancurkan keluargaku! Aku mengutuk semoga kau dipenjara dan bangkrut! Kukutuk kau masuk neraka!"
Tercengang, tak ada apapun yang bisa Naris ucapkan selain kata maaf. Tapi tak ada maaf baginya, Ayah dan Ibu langsung pergi tanpa mempedulikan kata maafnya.
Tak lama setelah mereka pergi, Duang bergegas turun untuk menyusul mereka, tapi cuma mendapati Naris merana sendirian di sana. Dia langsung menuntut apa yang sebenarnya terjadi?
"Mr. Jim, dia yang menangani masalah keuangan. Dia merencanakannya cukup lama. Dia bilang padaku kalau dia akan mengambil uangnya untuk membeli tanah, tapi ternyata dia tidak pernah melakukannya." Isak Naris
"Tapi kau kan CEO-nya, seharusnya kau tahu."
"Aku tidak membaca dokumennya. Kukira dia baik dan dia terlihat kaya. Kenapa dia menipu kita? Aku tidak pernah memikirkannya."
"Kau memang bego seperti yang Ayah bilang! Lalu bagaimana dengan hukum?"
Tentu saja Ayah dan Ibu Duang akan bangkrut dan semua harta mereka akan disita, sedangkan Naris akan ditahan. Duang jelas shock mendengarnya, jadi itu artinya dia akan kehilangan semua hartanya.
"Aku melakukan semuanya untukmu, Duang!" Dia mengambil resiko ini agar dia bisa mendapatkan kembali istananya.
"Jangan salahkan aku!"
"Aku mencintaimu. Aku tidak tahan melihatmu membenciku."
"MATI SAJA KAU! Kau menipuku! Kau menipuku kalau kau memiliki segalanya!"
Naris shock mendengar kutukannya. Tapi dia sungguh tidak pernah menipu Duang, Duang sendiri yang mengira kalau dia memiliki segalanya. Ayah dan Ibu Duang juga tidak pernah menanyainya, mereka sendiri yang mempercayai penampilan luarnya.
"Semua orang egois dan itulah yang membuat kalian buta! Aku tidak bersalah!"
Duang tidak terima dan sontak memukuli Naris sambil terus ngotot menuduh Naris menipunya, Naris lah yang sudah merusak hidupnya. Kehidupan cintanya, kehidupan pribadinya, dan kehidupan keluarganya. Dan sekarang dia tidak punya apa-apa gara-gara Naris! Kesal, dia langsung pergi meninggalkan Naris. Sedangkan Naris hanya bisa terduduk lemas di sana.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam