Sinopsis Padiwarada Episode 11 - Part 3


Braranee sama sekali tidak bisa menikmati suasana biarpun Arun berusaha menyemangatinya. Bagaimana dia bisa saat orang-orang di sini mulai tanya-tanya tentang pernikahannya.

Kalau dia kembali ibu kota, sudah pasti akan jauh lebih parah lagi. Dan kalau mereka benar-benar bercerai maka pertanyaan orang pasti akan berubah menjadi gunjingan.

Arun bingung bagaimana harus menghiburnya. Dia tidak pintar menghibur orang sih, tapi dia cuma mau bilang kalau Braranee bukan wanita pertama di dunia ini yang cerai dari suaminya.

"Pernikahanku sangat besar. Semua orang di ibu kota pasti akan menertawaiku."

Tidak mood menari lagi, Braranee langsung pergi meninggalkan lantai dansa saat itu juga. Rin cemas melihatnya dan langsung pergi menyusulnya.


Setelah acara menari itu selesai, Saran dan Chalat pergi ke toilet bersama. Saran yakin kalau Braranee pasti marah padanya, Braranee bahkan tidak mau bicara ataupun melihatnya.

"Kau harus memberinya waktu, dia pasti akan mengerti."

Merasa gerah, Saran memutuskan untuk membuka kancing atas kemejanya hingga terlihatlah kalung Buddha-nya Rin yang dia pakai... kalung yang sangat amat mirip dengan kalung yang dipakai Reung.


Chalat jelas kaget melihat kalung itu. "Kalung itu... boleh aku melihatnya? Dari mana kau mendapatkan kalung Buddha ini?"

"Ini punyanya Rin. Dia ingin aku memakainya agar aku terlindungi."

"Ini kalungnya Khun Braralee?"

Penasaran, Chalat langsung meminta Saran untuk melepaskan kalung ini sebentar biar dia bisa melihatnya lebih detil. Walaupun agak bingung, Saran santai saja melepaskan kalung itu dan memberikannya pada Chalat.

Chalat langsung membawanya keluar lalu membandingkan kalung itu dengan kalung yang ada di foto dan mendapati kalung itu sama persis. Sekarang dia mengerti. Jutawan yang dimaksud Reung, pastilah Tuan Bumrung dan Khun Ying.


Rin mendapati Braranee menangis di taman. Tapi Braranee benar-benar marah pada Rin dan langsung mengusirnya. Rin menolak dan berusaha menyemangatinya, tapi Braranee malah jadi sinis menyindir kebahagiaan Rin dan Saran.

"Kalian sekarang saling memahami, yah? Tentu saja! Kau lebih memilih suamimu daripada keluargamu."

"Khun Braranee. Kenapa kau bicara begitu?"

"Ini karena kau tidak mau membantu Khun Panit, makanya hidupku jadi seperti ini sekarang. Kau bahagia, tapi hidupku berantakan! Kau tidak membantuku! Kau tidak membantu keluargamu! Keluarga yang memungutmu dan membesarkan gelandangan sepertimu!"

OMG! Braranee seketika menyesal telah mengucapkannya. Tapi dia masih saja bersikeras menyalahkan Rin lalu pergi meninggalkan Rin yang patah hati dan hanya bisa membeku di sana.


Chalat sedang kebingungan mencari Rin saat dia bertemu Arun, apa Arun melihat Rin? Oh, Arun tadi melihatnya bicara dengan Rin di taman.

Chalat pun bergegas pergi mencarinya dan mendapati Rin menangis sedih seorang diri. Chalat memberitahu dirinya sendiri untuk bersikap tenang sebelum kemudian dia menghampiri Rin.

"Ada yang ingin kutanyakan tentang kalung ini. Dari mana kau mendapatkan kalung ini?"

"Kalung ini, kenapa kau tanya?"

"Jawabanmu sangat penting berkaitan dengan hidupku. Dari mana kau mendapatkan kalung ini? Apa kau membelinya atau mendapatkannya dari seseorang?"

Tentu saja tidak, kalung ini memang barang pribadinya. Rin beralasan kalau dia mendapatkannya dari ibunya... Khun Ying Penkae. Chalat jelas heran, lalu dari mana Ibunya Rin mendapatkan kalung ini?

"Beliau tidak membelinya. Ini memang aset pribadiku sejak awal."

"Jadi ini aset pribadimu atau asetnya Khun Ying Pankae? Jawablah dengan jelas."

Rin makin heran, kenapa sebenarnya Chalat tanya-tanya masalah ini? Alih-alih menjawab, Chalat malah mengoceh sendiri memperkirakan umur Rin dan umur adiknya yang sepertinya memang sepantaran.

Sikap Rin juga agak aneh, Chalat jadi curiga. "Kau cuma anak adopsinya Khun Ying Penkae, kan?"


Rin shock mendengarnya. Kekagetannya bahkan belum mereda saat Duang mendadak muncul. Dengan senyum liciknya dia mengklaim kalau dia datang kemari bukan karena Saran, melainkan karena Rin dan keluarganya.

"Memangnya kenapa dengan keluargaku?"

"Sesuatu sepenting ini, tidak bisa dibicarakan berduaan saja. Lebih baik kita mendiskusikannya di dalam."


Duang sengaja naik ke atas panggung dan mengklaim kalau dia mau menceritakan sebuah kisah drama yang sangat amat menarik. Dia memulai kisahnya ala-ala  cerita dongeng.

Alkisah, ada dua orang sahabat yang saling berjanji untuk menikahkan anak-anak mereka. Saat waktunya tiba untuk menikahkan kedua anak mereka, si ayah merasa kasihan pada putrinya karena harus menikah dengan anak temannya yang miskin.

Jadi, mereka memutuskan untuk mengirim seorang pelayan mereka untuk menggantikan putri mereka menikahi anak teman mereka itu. Seorang pelayan yang tidak punya keluarga, dan si pelayan itu langsung diadopsi. Namanya diubah, cara berpakaiannya dan perilakunya juga diubah. Khun Ying dan Tuan Bumrung kontan gugup mendengarnya, mereka sadar betul siapa yang Duang maksud.


Duang bahkan langsung mendatangi mereka dan menuduh mereka sudah membohongi istri dan anak teman mereka.

Tidak terima, Bu langsung maju untuk menyerangnya. Tapi Arun dengan cepat mencegahnya. Duang sinis melihatnya terpancing emosi. Dia semakin sengit menuduh keluarga Bumrung Prachakit sebenarnya berhati gelap dan menipu dunia.

"Wanita ini tidak punya hak untuk menikahi Saran karena dia bukan keluarga Bumrung Prachakit! Keluar kau dari hidup Saran sekarang juga! Keluar!"

Duang langsung menggila mau menyerang Rin, tapi untunglah para pria sigap melindunginya. Ibu Saran langsung menuntut jawaban Tuan dan Khun Ying, apa semua yang Duang ucapkan itu benar adanya?

Braranee tidak terima Duang meneriaki keluarganya. Duang tidak tahu apa-apa tentang keluarganya! Bisa-bisanya dia ngoceh omong kosong itu!

"Kau punya bukti? Apa kau berani pergi ke kantor wilayah untuk menyelidiki akta lahirmu? Apa kau berani?!" Tantang Duang yang kontan membuat satu keluarga terdiam canggung.

 

Saran tiba-tiba mengaku kalau dia sebenarnya sudah mengetahui hal ini. Rin terkejut mendengarnya. Saat itulah Rin teringat kembali saat Saran melabraknya dan menuduhnya pelayan dulu. Rin langsung panik berusaha meminta Saran untuk mendengarkannya dulu, tapi Saran cuma diam saja.


Tuan Bumrung cuma diam, tak tahu harus bagaimana. Malah Khun Ying yang bangkit untuk membela diri dan tegas menyatakan bahwa Rin adalah putri mereka. Mereka mengirim orang terbaik untuk Saran karena mereka menginginkan yang terbaik untuknya.

"Terbaik, tapi dia bukan putrimu."

Tuan Bumrung akhirnya angkat bicara dan meyakinkan Ibu bahwa dia melakukan semua ini karena Rin adalah putrinya. Saran adalah anak teman baiknya, teman baik yah teman baik, itulah yang Tuan Bumrung rasakan.

"Tak peduli bagaimana orang lain melihat masalah ini, Rin, ataupun keluarga kami. Semua itu terserah mereka."


Duang ngotot kalau pernikahan mereka tidak sah. Pembohong seperti dia, apa Saran masih menganggapnya istri? Seperti ini orang yang Saran cintai? Orang yang saling mencintai, tidak berbohong.

Panik, Rin langsung menautkan jari-jari mereka dan berusaha meminta Saran untuk mendengarkannya dan mempercayainya. Saran sama sekali tidak menanggapinya, tapi juga tidak melepaskan genggaman tangan mereka.


Arun kesal melabrak Duang. Dia lagi mabok apa? Ini bukan tempat yang tepat untuk membicarakan masalah keluarga. Dia bahkan berusaha menyeret Duang keluar dari sana.

Tapi tentu saja Duang memberontak darinya. Bodo amat ini tempat apa, kebenaran yah kebenaran. "Kau harus kembali menjadi pelayan karena kau keturunan pelayan!"

"Dia bukan pelayan!" Chalat akhirnya buka suara.

Tidak tahan lagi, dia akhirnya mengumumkan pada semua orang. "Dia yang kau bilang tak punya keluarga... sebenarnya adalah adikku. Dia adalah putri satu-satunya dari milyuner Khun Phra Pee Jhan. Pemilik dari perusahaan kayu terbesar di negara ini."

Semua orang shock mendengarnya. Chalat tahu kalau mereka pasti tak ada yang menyangka, bahwa ahli waris keluarga Rapeepan yang hilang, adik yang selama ini dicari-carinya, ternyata orang itu ada di dekatnya. Dan orang itu adalah Istrinya Saran.


Dibanding fakta kalau Rin bukan anak Tuan Bumrumng, kabar ini sepertinya jauh lebih mengecewakan bagi Saran sampai-sampai dia langsung melepaskan tautan tangannya dengan Rin.

Duang tak percaya. Memangnya Chalat punya bukti apa? Rin itu pelayan, dia jelas-jelas pelayan!

"Masalah detilnya akan kubicarakan nanti. Jika semua orang di sini berani bicara yang tidak-tidak tentang Rin, maka aku ingin mengakhiri kisah ini dengan benar. Rin bukan pelayan! Dia punya keluarga! Tidak ada seorang pun yang berhak untuk merendahkannya!"

Kepala Sheriff dan Chode cepat-cepat bertindak mengakhiri perdebatan ini sampai di sini. Ini masalah keluarga mereka, jadi mereka selesaikan saja sendiri. Sekarang, mari kita lanjutkan bersenang-senang.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments