Jae Wan sedang mengemudi bersama dengan salah seorang manager hotel yang bernama Jang Ho Il pada saat hujan salju turun dengan cukup lebat. Manager Jang berusaha berbincang dengan Jae Wan tapi Jae Wan selalu menjawab semua pertanyaan manager Jang dengan sangat singkat.
"Hujan saljunya lebat sekali. Ketua pasti sangat kedinginan, hatiku jadi sakit. Apa kau yakin kau tidak perlu datang ke acara pemakaman?" tanya manager Jang
"Iya" jawab Jae Wan
"Aku jadi merasa tidak enak. Aku bisa melakukan apapun dengan baik tapi aku sangat lemah dalam mengemudi"
"Iya"
Mendengar semua jawaban singkat itu manager Jang bertanya-tanya apakah Jae Wan tidak suka berurusan dengan servis mulut, candaan dan omong kosong. Dan lagi-lagi Jae Wan menjawabnya dengan sangat singkat "Iya"
Manager Jang mengeluh kecewa dengan klien mereka yang sudah bekerja bersama mereka selama 10 tahun tapi sekarang menolak mereka hanya karena alasan ketua sudah tidak ada. Melihat keadaan jadi seperti ini, manager Jang menyarankan pada Jae Wan agar mereka selalu waspada.
Manager Jang lalu menyalakan radio untuk mendengarkan lagu tapi radio malah menyiarkan berita tentang cuaca buruk yang terjadi di daerah Youngdong. Akibat cuaca buruk, penerbangan jadi dibatalkan dan akibatnya ribuan orang-orang cina yang sedang berada di bandara tidak bisa kembali pulang. Penyiar radio mengatakan bahwa akan ada salju lebat setinggi 50 cm di daerah itu.
Berita itu tiba-tiba membuat Jae Wan langsung punya sebuah ide yang bagus dan saking bagusnya ide yang dia miliki, sampai-sampai Jae Wan langsung mengerem mobilnya secara mendadak dan membuat manager Jang hampir jantungan.
Jae Wan lalu menelepon seseorang dan memerintahkan orang itu untuk segera menyiapkan 3 bis pariwisata ke bandara sekarang juga.
Jae Wan menyuruh orang itu untuk menawarkan harga 3 kali lipat pada pihak perusahaan bis, dengan begitu pihak perusahaan bis pasti akan mau datang bahkan dalam keadaan cuaca apapun.
"Kenapa bis?" tanya manager Jang yang tidak mengerti rencana yang sedang dibuat Jae Wan
"Kita akan mendapatkan pelanggan" ujar Jae Wan dengan penuh keyakinan
Jae Wan lalu berputar arah dengan kecepatan tinggi padahal jalanan sedang licin sampai membuat manager Jang berteriak-teriak ketakutan.
Sementara itu Woo Hyun masih sangat bersedih atas kematian ketua Ah, dia bahkan masih memakai pita hitam tanda berkabung di jas kerjanya.
Kesedihan Woo Hyun ternyata terjadi karena dia memang sangat mengagumi ketua Ah. Woo Hyun bahkan memiliki artikel majalah tentang ketua Ah yang dia tempel di lokernya. Di sebuah catatan kecil Woo hyun menulis kalau ketua Ah adalah teladan baginya dan Woo Hyun ingin sekali menjadi pemilik Hotel yang baik hati seperti ketua Ah.
Jin Jung Han, seorang resepsionis hotel memberitahu Woo Hyun untuk tidak bersedih terus karena sekarang ini sudah 137 hari dan 8 menit sejak kematian ketua Ah, lagi pula kematian ketua Ah juga bukan salahnya Woo Hyun.
Tapi Woo Hyun tetap merasa bersalah, Woo Hyun menyesal seharusnya hari itu dia mengikuti ketua Ah.
"Kalau waktu itu aku melakukannya..."
"Bahkan sekalipun kau melakukannya, kau tidak tidak bisa mencegah hal ini terjadi. Kita hanya bisa berdoa semoga beliau sekarang berada di tempat yang jauh lebih baik" kata Go San
Go San lalu menyuruh Woo Hyun untuk melepaskan pita hitamnya tapi Woo Hyun tidak mau melepaskannya karena hatinya masih belum rela melepaskan ketua Ah.
Seorang pegawai hotel yang bernama Noah tiba-tiba datang untuk menyuruh mereka semua segera memakai seragam lagi karena sedang ada keadaan darurat.
Manager Jang datang sambil berteriak-teriak dalam bahasa Cina dan memimpin para tamu Cina masuk ke dalam hotel. Sesampainya di meja resepsionis, manager Jang menyuruh semua untuk berbaris antri check-in.
Seorang resepsionis wanita bernama Yoon Dae Jeong sangat senang melihat kedatangan semua tamu itu.
"Apa yang terjadi?" bisik Dae Jeong pada manager Jang
"Siapa aku? Aku manager on duty, Jang Ho Il" kata manager Jang bangga
Semua pegawai hotel langsung berlarian sibuk melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Kedua resepsionis sibuk mendaftar para tamu sementara Jae Wan sibuk memberi pengarahan pada para pegawai yang lain.
Dia menyurah manager bagian makanan untuk menyiapkan teh hangat untuk para tamu karena mereka sudah berada di luar ruangan dalam waktu yang cukup lama, dia juga memerintahkan agar bioskop dan spa digratiskan.
"Semuanya... tolong bekerjalah dengan baik pada pekerjaan kalian masing-masing. Berpikirlah bahwa tidak terjadi apapun pada kita"
"Saya juga berharap tidak terjadi apapun. Tapi sesuatu telah terjadi. Tolong izinkan saya untuk berkabung" Woo Hyun memohon pada Jae Wan
Jae Wan melihat pita hitam di jas Woo Hyun tapi dengan dinginnya Jae Wan mengatakan kalau semua orang diam bukan berarti mereka tidak bersedih. Jika Woo Hyun ingin membuat para tamu mereka merasa tidak nyaman karena perasaan pribadinya maka sebaiknya Woo Hyun pergi saja.
"Bukannya saya ingin membuat mereka merasa tidak nyaman..."
"Apa aku harus mengatakannya sekali lagi?"
Woo Hyun langsung terdiam dan Go San cepat-cepat menjawabnya untuk Woo Hyun "Tidak, anda tidak usah khawatir"
Setelah Jae Wan pergi, Go San menepuk-nepuk punggung Woo Hyun untuk menyemangati Woo Hyun yang kecewa.
Dalam perjalanan pulang dari acara pemakaman, Joong Goo menyuruh sekretarisnya untuk menyalakan radio. Berita di radio menyiarkan tentang siapa yang akan menjadi Presdir baru hotel Ciel, dan pesaing terkuat saat ini adalah Ah Mo Ne, putri tunggal mendiang ketua Ah yang terkenal sebagai Paris Hilton-nya Korea.
Joong Goo tidak suka mendengar berita itu maka sekretarisnya pun langsung mengganti channel radio yang menyiarkan lagu-lagu. Saat lagu sedang dimainkan Joong Goo menggerak-gerakkan kakinya dengan bebas mengikuti alunan lagu. Ooooo... kakinya ga pincang???
Sementara itu di sebuah kapal barang Cina yang sedang dalam perjalanan ke Korea, Ah Mo Ne yang sedang memakai jilbab, muntah-muntah karena mabuk laut.
Seorang petugas kapal mendatanginya dan mengatakan bahwa mereka akan segera tiba di Korea satu jam lagi. Walaupun Mo Ne memakai jilbab tapi pria itu tahu kalau Mo Ne bukan muslim, pria itu curiga kalau Mo Ne sedang menyamar karena sedang dikejar-kejar.
"Pergilah bersamaku. Kalau kau tidak punya tempat untuk pergi di Korea. Aku akan membiarkanmu tidur di rumahku" ujar pria kurang ajar itu sambil berusaha menyentuh wajah Mo Ne
Mo Ne langsung menampik tangan pria itu, lalu tiba-tiba Mo Ne mengerang lirih sampai akhirnya dia berteriak seperti orang gila sambil melepaskan jilbabnya dan membuat rambutnya berantakan di wajahnya seperti hantu.
"Pergilah... kalau kau tidak mau kujadikan makanan ikan! Mengerti?!" teriak Mo Ne dalam bahasa Cina
Pria itu langsung ketakutan lalu kabur.
Sesampainya di pelabuhan, Mo Ne sedih dan kesal memandangi langit yang sangat cerah.
Saat Mo Ne hendak keluar dari pelabuhan dengan memakai jibab dan cadar, dia melihat ada beberapa pria berbaju hitam sedang mencarinya diantara semua penumpang yang lain.
Mo Ne yang ketakutan langsung menunduk bersembunyi dibalik troli barang salah seorang penumpang. Tapi penumpang itu tiba-tiba pergi meninggalkan Mo Ne dan membuat Mo Ne langsung panik sendiri. Dia berusaha mengendap-endap tapi malah terjatuh dan mengakibatkan terjadinya keributan yang justru menarik perhatian kawanan pria berbaju hitam.
Keributan itu membuat Mo Ne jadi semakin panik dan dia langsung melarikan diri secepat mungkin. Kawanan pria berbaju hitam langsung curiga dan mengejarnya.
Mo Ne dan kawanan pria berbaju hitam kejar-kejaran di sebuah pasar ikan. Mo Ne terus berlari menyingkirkan semua pekerja pasar yang menghalanginya.
Saat dia menolah ke belakang, tiba-tiba dia menabrak tumpukan kotak-kotak penyimpanan ikan sampai terjatuh dan membuat kawanan pria berbaju hitam langsung menghadangnya dengan santai. Saat Mo Ne berusaha melarikan diri ke arah lain, anggota kawanan pria berbaju hitam lain langsung menghadangnya dari berbagai arah.
Mo Ne mundur perlahan-lahan ke sebuah kios dan kawanan pria berbaju hitam langsung mendekatinya sambil mengeluh karena Mo Ne membuat pekerjaan mereka jadi sulit.
Serta merta Mo Ne melemparkan tumpukan ikan-ikan dan es pada para pria itu, menendang mereka, melepaskan tali pengikat barang-barang yang langsung menjatuhi para pria itu lalu melarikan diri secepat mungkin.
Para pria berbaju hitam itu hampir saja kehilangan jejak Mo Ne sampai mereka melihat sosok berjilbab sedang lari didepan mereka. Para pria berbaju hitam itu langsung berlari mengejar sosok berjilbab tanpa menyadari kalau Mo Ne yang asli sedang bersembunyi dan sudah berganti baju. Setelah yakin kalau orang-orang itu mengejar orang berjilbab, Mo Ne langsung mendesah lega dan pergi ke arah lain.
Sementara itu di Hotel, Baek Mi Nyeo, seorang manager training hotel Ciel yang suka membawa-bawa tongkat sedang berkeliling di lorong kamar-kamar tamu saat tiba-tiba dia memperhatikan sebuah kamera CCTV.
Monitor kamera itu menghadap langsung ke para pekerja di ruang kontrol CCTV yang sedang menikmati semangkok ramyun.
Saat mereka melihat ke arah monitor, manager Baek tiba-tiba memperingatkan mereka untuk tidak makan di jam kerja seolah dia benar-benar tahu apa yang sedang dilakukan oleh para pekerja ruang kontrol CCTV. Para pekerja sangat kaget sampai-sampai mereka memuntahkan makanannya.
"Ah, dasar. Kukira dia hantu!" keluh salah seorang petugas kontrol CCTV
Manager Baek tiba-tiba mendengar teriakan seorang petugas kebersihan hotel yang telah disentuh oleh seorang tamu hotel mereka yang kurang ajar. Tapi tamu itu malah menyalahkan petugas kebersihan dan menuduh petugas kebersihan itu telah menggodanya dengan memakai rok mini dan menggoyangkan bokongnya.
Petugas kebersihan itu langsung marah, dia berusaha membela diri kalau dia hanya melakukan apa yang tamunya suruh untuk mengganti spreinya tapi tamu itu malah menyentuh kakinya tanpa izin.
"Bicaralah dengan saya" ujar manager Baek yang langsung masuk ke kamar tamu itu
Tamu itu langsung kesal dan menyuruh manager Bae untuk memanggil general managernya kemari, tapi manager Baek sama sekali tidak berkutik dan hanya menatap tamu itu dengan dingin. Tamu itu langsung mengeluh kesal, kenapa manager Baek merengut padanya, apa manager Baek ingin menakutinya.
"Apa kau tidak tahu cara tersenyum. Setelah kematian ketua, hotel Ciel sudah berakhir sekarang" ujar tamu itu
Manager Baek langsung menurut dan tersenyum manis pada tamu itu, tapi tamu itu malah takut dan menyuruh manager Baek untuk tidak tersenyum dan manager Baek pun langsung menurutinya.
Manager Baek lalu menyabetkan tongkatnya pada rok petugas kebersihan untuk memberitahu tamu itu kalau panjang rok petugas kebersihan itu normal. Manager Baek lalu mendekati tamu itu sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke bahunya sampai membuat tamu itu mundur ketakutan.
"Ap.. Apa yang kau lakukan sekarang?" tanya tamu itu dengan gugup
Manager Baek langsung menyodorkan pahanya sendiri pada tamu itu "Saya sedang merayu anda"
Tamu itu langsung ketakutan tapi manager Baek langsung memaksa tangan tamu itu untuk menyentuh pahanya sampai tamu itu bersedia meminta maaf. Petugas kebersihan langsung tersenyum diam-diam.
Joong Goo datang ke hotel dengan disambut oleh semua petinggi dan pekerja hotel yang langsung membungkuk hormat padanya kecuali manager Baek yang terus menatap ke depan.
Joong Goo merasa tidak enak hati karena mereka semua menyambutnya seperti ini, dia menyapa manager Baek dengan akrab tapi manager Baek tetap bersikap sangat profesional dan menyambut jabatan tangan Joong Goo dengan sikap kaku.
"Kau benar-benar ngotot. Daripada melakukannya sendirian, mintalah anak-anak melakukannya dan bersantailah" saran Joong Goo
Tapi manager Baek langsung menolaknya dan bersikeras untuk tetap melakukan tugasnya. Joong Goo akhirnya mengalah menyadari kalau tidak akan ada pegawai yang akan menentang kata-kata manager Baek.
Saat Joong Goo masuk ke dalam hotel, manager Baek meliriknya dengan curiga.
Joong Goo memberitahu Jae Wan kalau Mo Ne sudah tiba di Korea melalui pelabuhan Incheon dan sekarang dia sedang berusaha meyakinkan Mo Ne untuk menyerahkan sahamnya secara diam-diam. Tapi Jae Wan tidak mau mempedulikan orang yang tidak ada hubungannya dengannya.
Noah keluar untuk menyambut tamu yang datang dengan sebuah mobil limo mewah. Tamu itu adalah Mo Ne yang menyuruh Noah untuk menggelar karpet merah untuknya.
Noah yang tidak mengenali siapa Mo Ne berusaha menjelaskan kalau dia tidak bisa melakukannya karena karpet merah hanya akan digelar untuk tamu kenegaraan, Mo Ne langsung mengklaim kalau dirinya juga tamu kenegaraan.
Semua pegawai hotel yang lain langsung ikut keluar untuk membantu Noah.
"Ada masalah apa nona?" tanya manager Jang
"Apa kau sedang menyuruhku untuk mengulanginya?" Mo Ne tanya balik
"Tidak" ujar manager Jang yang berusaha untuk tidak membuat tamu mereka marah
Noah langsung membisikinya permintaan yang diajukan Mo Ne.
Dan setelah mengeti masalahnya, manager Jang langsung berusaha memberi pengertian pada Mo Ne yang tetap tidak mau tahu.
"Kau terlalu banyak bicara. Kalau aku suruh menggelar karpet merah, yah gelar saja. Apa kalian tahu siapa aku?"
"Siapa anda?"
"Apa maksudmu siapa? Tentu saja aku tamu yang akan menghabiskan uangku di hotelmu. Pokoknya aku tidak mau menapakkan selangkah kakiku keluar dari sini sampai kau menggelar karpet merahnya"
Manager Jang merasa dia tidak akan bisa mengalahkan tamu itu dengan cara apapun maka dia pun langsung memerintahkan semua orang untuk menggelar karpet merahnya.
"Mau karpet merah atau permadani, cepat gelar agar mobil yang lain bisa segera lewat" perintah manager Jang
Dia juga memerintahkan semua pegawai untuk memperlakukan tamu baru mereka itu seperti tamu kenegaraan karena tamu itu jauh lebih menakutkan dari tamu kenegaraan.
Maka karpet merah pun digelar dan para pegawai langsung berjejer disamping karpet merah untuk menyambut Mo Ne yang akhirnya bersedia keluar dari mobil. Noah dan Woo Hyun membawakan koper Mo Ne dan manager Jang mendapat kehormatan untuk membawa ponselnya Mo Ne, yang ia bawa dengan wajah merengut kesal.
Ditengah-tengah perjalanan, tiba-tiba Mo Ne berhenti lalu berbalik pada para pegawai.
"Everybody... Helloooo..." sapa Mo Ne sambil bergaya centil
Setelah itu dia kembali melanjutkan perjalanan masuk hotel.
Saat kedua resepsionis melihat kedatangannya, Dae Jeong langsung membisiki Jung Han kalau Mo Ne adalah tamu JS (Jin Sang = tamu yang mengerikan). Maka Jung Han pun langsung menyalakan alarm darurat yang menandakan kalau ada tamu JS yang datang.
Semua pekerja yang melihat alarm peringatan itu langsung berlarian dengan panik. Diantara para pekerja ada seorang pekerja misterius di bagian customer service yang terus disorot tapi tidak diperlihatkan wajahnya.
Sesampainya di meja resepsionis, Jung Han menyapa Mo Ne dengan ramah dan Mo Ne menjawabnya dengan banmal. Mendengar kata-kata yang digunakan Mo Ne, Dae Jeong langsung berbisik mengeluhkan ketidaksopanan Mo Ne.
"Aku mendengar semuanya. Aku ini agak spesial. Jadi selaput dalam telingaku ada diluar telinga" kata Mo Ne
"Tadi itu cuma salah paham" ujar Dae Jeong
"Tidak apa-apa. Wajahmu terlihat lucu jadi aku terhibur" kata Mo Ne sambil menyodorkan cerminnya pada Dae Jeong
Jung Han tersenyum geli mendengarnya dan Dae Jeong langsung tersinggung tapi dia berusaha keras menahan emosinya.
Dae Jeong lalu menanyakan nama Mo Ne agar dia bisa check-in.
"Ciel..." ujar Mo Ne
"Iya, tolong beritahukan nama anda"
"Ahli waris Ciel"
Awalnya Dae Jeong langsung menerima nama itu begitu saja sambil mengetikkannya ke komputer namun sesaat kemudian dia langsung sadar apa maksudnya. Mo Ne langsung berbalik menghadapi para pegawai dan memberitahukan jati dirinya yang merupakan ahli waris hotel Ciel.
"Ah... Mo... Ne" ujar Mo Ne sambil bergaya narsis
Semua pegawai hotel langsung terngangah sementara Joong Gook yang baru tiba di lobi langsung gugup.
Saat Mo Ne melihat Joong Goo dia langsung menyapa Joong Gook dengan akrab lalu berlari untuk memeluk Joong Goo yang menyambut pelukannya dengan senyum tapi diam-diam Joong Goo sebenarnya sedang memberengut kesal.
Setelah itu mereka bicara di restoran berdua, Mo Ne yakin kalau Joong Goo pasti mengkhawatirkannya dan Joong Goo langsung pura-pura tidak tahu kalau Mo Ne sudah datang ke Korea.
"Setelah ayahmu meninggal dunia, kau pasti sangat ketakutan"
Tapi Mo Ne langsung tersenyum dan meyakinkan Joong Goo kalau dia baik-baik saja.
Jae Wan lalu datang membawakan kopi untuk mereka berdua dan Mo Ne langsung mengenalinya karena Jae Wan pernah muncul di berita.
Setelah itu Jae Wan ikut duduk bersama mereka dan mendengarkan semua percakapan mereka. Joong Go bertanya kenapa Mo Ne tidak datang ke pemakaman ayahnya dan Mo Ne langsung mendesah, Mo Ne memberitahu kalau dia sebenarnya ingin datang ke pemakaman tapi dia dihalangi oleh orang-orang yang mnegejarnya.
Joong Goo langsung gugup dan melirik cemas pada Jae Wan, tapi dia cepat-cepat menutupinya dengan bertanya khawatir siapa yang mengejar Mo Ne.
"Entahlah. Mungkin orang yang tidak mau aku datang ke Korea"
Dengan ceria Mo Ne menduga mungkin dia dikejar-kejar karena dia terlihat kaya dan orang-orang yang mengejarnya itu mungkin ingin merampoknya. Dia meyakinkan Joong Goo untuk tidak mengkhawatirkannya karena sekarang dia sudah berada di tempat yang aman.
Joong Goo langsung tersenyum lalu menggenggam tangan Mo Ne dan berjanji pada Mo Ne untuk selalu menjaga Mo Ne "Sekarang akulah ayahmu. Belajarlah manajemen disisiku. Satu-satunya orang yang bisa melindungi hotel sekarang ini hanya kau"
Mo Ne terlihat seperti sedang menahan emosinya sebelum dia cepat-cepat menarik tangannya dan menolak tawaran Joong Goo karena dia tidak mau berhubungan dengan manajemen. Mo Ne mengatakan kalau dia hanya ingin menjadi ahli waris yang punya banyak uang, dia hanya ingin hidup seperti pemeran utama wanita di film-film.
Jae Wan yang sedari tadi hanya diam memandangi sikap ceria Mo Ne, langsung bertanya "Apa anda tidak sedih ayah anda meninggal?"
Mo Ne memberitahu Jae Wan kalau hubungannya dan ayahnya tidak terlalu baik, mereka hanya bertemu sekali atau dua kali dalam setahun dan setiap kali mereka bertemu mereka selalu bertengkar hebat. Mo Ne tidak bersedih karena dia dengar ayahnya bunuh diri yang artinya ayahnya memang berniat untuk meninggalkannya.
"Biarpun seperti itu kau tidak boleh membenci ayahmu. Ayahmu sangat mencintaimu" kata Joong Goo
Mo Ne tidak ingin meneruskan pembicaraan ini maka dia langsung beralasan kalau dia capek dan mau istirahat.
Saat Mo Ne sedang dalam perjalanan ke kamarnya, tiba-tiba dia melihat sesuatu yang manarik perhatiannya. Sebuah lukisan laut senja yang terpajang di dinding hotel. Mo Ne sepertinya mengenali lukisan itu, tapi saat Woo Hyun menghampirinya dan memberitahunya kalau ketua sangat menghargai lukisan itu dan bertanya apakah Mo Ne pernah melihat lukisan itu sebelumnya, Mo Ne cepat-cepat menyangkalnya.
Saat Woo Hyun mengantarkan Mo Ne kekamarnya, dia bertanya apakah Mo Ne benar-benar anaknya ketua Ah "Kalian berdua sangat berbeda"
Mo Ne langsung kesal lalu menunjuk Woo Hyun dengan jarinya untuk memberi Woo Hyun peringatan "Kau... Jangan bicara, jangan bernapas. Aku merasa tidak nyaman karena lift ini sempit dan lembab"
Woo Hyun langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Dan setelah pintu lift terbuka dan Mo Ne keluar lift, Woo Hyu langsung lemas. Ternyata sedari tadi dia benar-benar menuruti perintah Mo Ne menahan napas.
Saat mereka sampai di kamar, Mo Ne langsung menyibakkan tirai jendela dan melihat pemandangan kota. Woo Hyun melihat Mo Ne yang membelakanginya sedang mengusap mata. Woo Hyun mengerti kalau Mo Ne pasti sedih, tapi dia meyakinkan Mo Ne kalau ketua Ah sekarang sudah pergi ke tempat yang jauh lebih baik.
Saat Mo Ne tidak menjawabnya dan terus mengusap matanya, Woo Hyun langsung mendekatinya dan meminta Mo Ne untuk tidak terlalu bersedih.
"Aku mengerti perasaan nona. Kukira kau baik-baik saja. Kau pasti tahu seberapa besar ketua Ah mencintai hotel ini, bukan?"
Woo Hyun lalu mengulurkan sapu tangan untuk menghapus air mata Mo Ne tapi Mo Ne sedari tadi mengusap matanya bukan karena menangis tapi untuk melepas bulu mata palsunya.
Mo Ne lalu berbalik pada Woo Hyun dengan kesal "Kau berisik sekali. Apa kau tidak ada kerjaan lain?"
Setelah itu Mo Ne membuat Woo Hyun panik saat dia tiba-tiba membuat kerusuhan di kamarnya, mencopot tirainya, menggores tirainya dengan lipstik, membuang bantal kursinya, bahkan berniat untuk memecahkan guci.
"Jangan! Tidak boleh!" teriak Woo Hyun sambil berusaha menyelamatkan gucinya
Dengan santainya Mo Ne memerintahkan Woo Hyun untuk segera mengganti semua barang yang tadi di tandai dalam waktu 30 menit, karena Mo Ne tidak menyukai warna dan design barang-barang itu. Saat dia melihat Woo Hyun hanya memandanginya, Mo Ne langsung mengambil sebuah patung dan mengancam untuk memecahkan patung itu kalau Woo Hyun tidak segera melakukan perintahnya.
"Baiklah, aku mengerti" ujar Woo Hyun sambil berusaha menyelamatkan patungnya.
Setelah Woo Hyun pergi, Mo Ne langsung duduk dengan lemas dan memandangi kamar hotelnya dengan sedih.
Di ruang kantornya, Jae Wan melihat data diri Mo Ne. Dalam biodata itu disebutkan kalau Mo Ne hobi melakukan olahraga berkuda, bersepeda dan panjat tebing. Dan biodata itu dibuktikan dengan foto-foto Mo Ne saat dia melakukan semua olahraga kesukaannya.
Saat Jae Wan datang menemui Joong Goo di kantornya, Joong Goo mengaku kalau dia kaget dengan kedatangan Mo Ne yang tiba-tiba dan mengumumkan pada dunia kalau dia adalah ahli waris hotel Ciel. Jae Wan berusaha menenangkan Joong Goo dengan memberitahunya kalau Mo Ne tidak punya kualifikasi untuk menjadi pemilik Hotel. Tapi Joong Goo tetap khawatir karena saham yang dimiliki Mo Ne jumlahnya cukup besar.
"Masih ada waktu" ujar Jae Wan
"Baiklah, dia mungkin tidak akan terburu-buru apalagi sekarang dia ada di hotel"
Joong Goo lalu memberitahu Jae Wan kalau rapat para pemegang saham akan diadakan dalam waktu setengah bulan. Joong Goo meyakinkan Jae Wan kalau dalam rentang waktu itu, Mo Ne pasti akan keluar dari hotel Ciel dengan sendirinya.
Saat Mo Ne sedang tidur, dia bermimpi buruk dikejar-kejar oleh orang-orang asing dimanapun dia berada di kamarnya penginapannya bahkan di lift. Mimpi itu bukan cuma mimpi tapi kenangan buruk. Bahkan setelah bangun pun Mo Ne masih mengingat semua kenangan buruk itu dengan jelas.
Mo Ne teringat saat dia masih di luar negeri, dia sedang menghadiri sebuah pesta saat dia mendapatkan telepon terakhir dari ketua Ah yang memperingatkannya untuk tidak mempercayai siapapun.
"Maafkan aku, nak. Maafkan aku, anakku" ujar ketua Ah
Mo Ne langsung cemas mendengarnya, dia langsung berlari ke tempat yang sepi dan meminta ayahnya untuk mengatakan padanya siapa yang tidak boleh dia percayai. Tapi saat itu ketua Ah tidak menjawabnya sama sekali dan membuat Mo Ne langsung berteriak-teriak dengan cemas.
Kembali ke masa kini,
Mo Ne mencari berita tentang kematian ayahnya di internet. Dia teringat semua orang yang pernah bersamanya seharian ini, Jae Wan yang dingin, Joong Goo yang ramah dan Woo Hyun yang bisa merasakan kesedihan Mo Ne. Tapi peringatan ayahnya untuk tidak mempercayai siapapun membuat Mo Ne jadi bingung.
"Hanya bunuh bunuh diri? Jangan mempermainkanku!"
Keesokan paginya, para pekerja hotel dikejutkan oleh sebuah pengumuman yang berasal dari speaker. Dari speaker itu terdengar suara ketua Ah yang langsung membuat para pekerja berbisik-bisik dengan ribut. Jae Wan yang juga mendengarnya langsung memerintahkan para pekerja untuk mematikan speaker itu.
Pekerja ruang kontrol audio berusaha keras mematikan speakernya tapi semua tombol macet, Jae Wan langsung memerintahkan petugas kontrol audio untuk memanggil teknik mesin untuk segera mematikan speakernya.
"Apa ada seseorang yang datang kemari sebelumnya?" tanya Jae Wan
"Tidak" kata petugas kontrol audio
"Apa tempat ini kosong tadi?"
"Tidak, kecuali saat sarapan"
Petugas itu juga bingung kenapa masalah seperti ini bisa terjadi padahal selama ini hal seperti ini tidak pernah terjadi.
Jae Wan sepertinya mencurigai seseorang, dia lalu pergi mendatangi kamar Mo Ne yang saat itu sedang asyik main game sambil berteriak-teriak dengan ribut di atas sofa. Woo Hyun yang sedang menemani Mo Ne langsung meminta tolong Jae Wan untuk menyelamatkannya.
"Aku sudah disini sejak 3 jam yang lalu" keluh Woo Hyun
"Aku tidak memanggilmu. Baguslah, apa kau mau ikut main denganku?" tanya Mo Ne pada Jae Wan
"Tidak"
Seorang pegawai lain datang untuk meminta Jae Wan datang ke ruang kantor ketua.
Saat Jae Wan tiba disana, ada 2 orang petugas kebersihan yang sedang saling berpelukan ketakutan memandangi meja ketua. Jae Wan melihat di meja itu ada secangkir kopi dan pipa rokok yang asapnya masih mengepul. kok jadi spooky?!
Jae Wan juga melihat ada sebuah dokumen yang telah ditandatangi dengan tanda tangan ketua, Jae Wan mencoba mengusap tintanya dan ternyata tanda tangan itu memang masih baru.
Kedua petugas kebersihan yang masih ketakutan langsung menjelaskan dengan tergagap kalau mereka sama sekali tidak melakukan apapun, mereka hanya melakukan tugas harian mereka membersihkan ruangan itu dan semua barang di ruangan itu masih tetap sama seperti saat ketua Ah meninggal.
Jae Wan langsung membanting dokumen itu dengan kesal dan berlalu pergi. Tapi baru beberapa langkah tiba-tiba Jae Wan berhenti karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya dan saat dia berbalik kembali, dia melihat jendela kantor itu terbuka.
Jae Wan lalu pergi dengan kesal. Pada saat yang bersamaan, Mo Ne itu juga keluar dari kamar hotelnya. Saat Mo Ne melihat Jae Wan berjalan menuju ke arahnya dia langsung melambaikan tangannya dengan ceria tapi Jae Wan hanya memandanginya dengan curiga.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam