Rekap The Kinnaree Conspiracy episode 1

Setting waktu drama ini adalah pada masa kerajaan Ayutthaya pada masa pemerintahan Raja Narai. Masa pemerintahan Raja Narai adalah masa kejayaan kerajaan Ayutthaya, negeri mereka makmur berkat hubungan diplomatis yang baik dengan berbagai negara, terutama dengan negara Perancis sehingga banyak orang Perancis yang bermukim di Ayutthaya, baik itu diplomat, pedagang, militer, dll.

 

Drama dimulai dari perkenalan tokoh utama pria kita yaitu Intirachphakdi (Panggilannya In). Sejak awal cerita, dia digambarkan sebagai seseorang yang suka mabuk, kejam, namun tetap berdedikasi pada pekerjaannya di departemen kepolisian kerajaan. Namun sepertinya, hobi mabuknya itu dikarenakan, mungkin, kehilangan wanita yang dia cintai (Bagian ini masih misterius).

Malam itu saat dia tengah mabuk di bar, In tiba-tiba dipanggil ke penjara karena tengah terjadi pertarungan antar narapidana. Awalnya semua penjaga penjara tidak ada yang ngeh, baru In yang kepikiran untuk mengabsen para narapidana, dan saat itulah mereka baru sadar bahwa selama pertarungan tadi, ada salah satu narapidana bernama Jan yang kabur. 


Malah sebenarnya, pertarungan tadi sebenarnya memang siasat yang dipimpin seorang narapidana lain yang bernama Putra untuk membantu Jan kabur. Apa kejahatan Jan? Dia dipenjara dengan tuduhan membunuh kelasi kapalnya Kapten Jean (Kapten Jean adalah kapten kapal kargo Perancis, orang kepercayaan Raja Perancis). Namun sepertinya, tuduhan itu adalah fitnah yang dilakukan oleh Kapten Jean.


Makanya Jan dendam kesumat sama Kapten Jean. Errr... Tapi, kemungkinan bukan cuma Jan yang punya dendam kesumat sama Kapten Jean, mungkin Putra juga punya dendam pada Kapten Jean. Namun apa dan bagaimana sebenarnya hubungan para narapidana itu dengan Kapten Jean, segalanya masih misterius saat ini.


In memimpin pasukannya berpencar di seluruh penjuru hutan untuk mengejar Jan, namun pada akhirnya Jan lolos dengan cara menyelam di sungai yang cukup besar. Sepertinya Jan memang ahli menyelam hingga bisa bertahan di dalam air cukup lama. In jadi kesal.

Pada saat yang bersamaan di tempat lain, kita juga berkenalan dengan tokoh utama wanita kita, Pudsorn. Biarpun wanita, namun dia adalah seseorang yang jenius dan dokter yang berbakat, bakat dan ilmu yang dia warisi dari mendiang ayahnya. Bukan hanya menguasai ilmu medis, dia juga pintar berbahasa Perancis.

Dia membuka praktek medis di rumahnya yang dijadikan klinik dengan dibantu seluruh keluarganya. Namun mungkin karena masalah gender-nya, jadi dia biasanya menyembunyikan diri dan menggunakan kakak tirinya yang bernama Mee untuk pura-pura jadi dokter.

Biasanya cara praktek medis mereka seperti ini, Pudsorn menyembunyikan diri di ruang belakang, sedangkan Mee di depan, berakting jadi dokter. Dari balik tembok, Pudsorn memberi instruksi pada Mee tentang apa-apa saja yang harus dia tanyai tentang gejala-gejala penyakit tiap-tiap pasien, lalu Mee akan menyampaikan setiap informasi dari pasien ke Pudsorn dengan cara mengulang setiap informasi dengan suara lantang biar didengar Pudsorn, lalu setelah itu Pudsorn akan membisiki Mee tentang apa-apa saja yang harus Mee sampaikan pada pasien atau obat-obatan apa saja yang harus Mee berikan pada pasien.

Karena bisikannya lewat tembok kayu ditambah dengan Mee yang sama sekali tidak ada bakat medis, jadinya sering kali Mee kebingungan dengan nama-nama obat-obatan apa saja yang disebutkan Pudsorn, dan setiap kali itu terjadi, Mee langsung saja mengarahkan si pasien untuk mengambil obat ke ibunya Pudsorn sehingga Pudsorn sendiri yang harus menyampaikan informasi setiap resep obat pada ibunya.

Kebanyakan pasien mereka adalah rakyat miskin, jadi biasanya klinik mereka lebih banyak dibayar dengan makanan alih-alih uang. Namun Pudsorn sekeluarga tak pernah mengeluh ataupun mempermasalahkannya.


Malam itu hujan turun deras, tiba-tiba ada pasutri yang datang membawa anak mereka yang terkena bisa ular. Mereka mengira kalau Mee yang akan mengobati anak mereka, namun yang tak mereka sangka, malah Pudsorn yang melakukannya, sedangkan Mee sering kali ketiduran karena mabuk. 

Dengan cepat Pudsorn berhasil mengeluarkan semua racun di tubuh si anak sehingga membuat mereka kagum dengan kehebatan Pudsorn, tapi Pudsorn dengan rendah hati meminta mereka untuk merahasiakan tentangnya.

 

Keesokan paginya, sepasang suami istri yang sedang memancing di sungai, tak sengaja menemukan mayat tenggelam di sungai, dalam keadaan setengah tel~~~~ng, dengan tubuh bagian atas hanya mengenakan selembar kain yang biasanya dipakai perempuan. 

Ditambah dengan rambutnya yang panjang, makanya awalnya mereka mengira kalau yang mati adalah perempuan. Namun alangkah terkejutnya semua orang saat mayat itu dibalik dan ternyata dia pria bule.

Kebetulan Pudsorn lewat di sana, jadi dia langsung memeriksa kondisi mayat tersebut, dan dari kondisi korban yang tidak tampak ada air atau lumpur masuk ke dalam hidung dan mulutnya, Pudsorn menduga kalau korban mungkin sudah mati sebelum tenggelam di sungai. Yang itu artinya, ada kemungkinan dia dibunuh lalu dibuang ke sungai. 

Dilihat dari matanya yang melotot lebar, Pudsorn menduga kalau korban mengalami ketakutan teramat sangat entah pada sesuatu atau seseorang menjelang kematiannya, tapi tidak tampak ada tanda-tanda perlawanan. 

Dilihat dari kekakuan tubuhnya, Pudsorn menduga kalau korban sudah mati lebih dari 6 jam. Dan dari kondisi mulutnya yang tampak menghitam, Pudsorn menduga kalau korban mungkin diracun.

Kebetulan pula pada saat itu, muncul seorang pemuda bule asal Perancis bernama Robaire. Dialah yang mengenali identitas korban yang ternyata adalah Kapten Jean. (Oooh... Siapakah yang membunuh Kapten Jean? Masa Jan? Tapi dia baru semalam kabur dari penjara dan masih bersembunyi, masa bisa secepat itu dia balas dendam?).

Robaire langsung mempercayai dugaan Pudsorn, tapi In yang baru datang, sontak sinis tak mempercayai Pudsorn, bahkan dengan tidak sopannya dia menuduh Pudsorn cuma seorang bidan yang tidak mungkin mengerti masalah beginian. 

Jelas saja Pudsorn jadi kesal sama dia, tidak terima dirinya dihina seperti ini. "Masalah ini memang tidak ada hubungan dengan saya, tapi saya percaya bahwa pemeriksaan saya terhadap mayat ini akan sangat berguna," ujar Pudsorn membela diri.

"Mana mungkin seorang bidan sepertimu bisa mengerti ilmu forensik."

"Tuan boleh mengira saya bidan, terserah, tapi ada satu hal yang saya sangat yakin bahwa pria ini tidak mati tenggelam."

"Aku tidak mempercayaimu!"

"Tapi aku percaya," sela Robaire.

"Kau siapa?"

"Aku Sous-lieutenant (Letnan Dua) Robaire, aku sekretaris. Maksudku, aku adalah asistennya Letnan Forbin. Kau mungkin mengenal tuanku dengan nama Earl Sak Songkram (komandan angkatan laut Perancis yang ditugaskan menjadi gubernur di Siam). Dan kau adalah...?"

Saen (asistennya In) yang menjawab untuk Tuannya, "Count Intirachphakdi, kepala Resimen Sayap Kanan."

"Senang bertemu dengan anda, Tuan. Syukurlah kita bertemu. Mayat ini adalah Kapten Jean, dia melayani Raja Perancis yang agung."

Informasi tentang identitas mayat ini jelas cukup meresahkan bagi In. Orang kepercayaan Raja Perancis, mati di tanah Siam. Jika benar dia dibunuh dan jika sampai pelakunya adalah orang Siam, maka itu bisa memicu perang antar Perancis dan Siam. 

Karena itulah, biarpun In sendiri merasa ada banyak keanehan pada korban, namun dia berusaha meyakinkan Robaire untuk tidak mempercayai si bidan ini, berusaha meyakinkannya kalau pria ini pasti mati tenggelam karena mabuk, apalagi banyak saksi mata yang bersaksi bahwa mereka sering melihat Kapten Jean mabuk di distrik Nai Gai. 

Tapi Robaire percaya dengan analisa Pudsorn karena dia juga melihat adanya keanehan pada korban. Karena itulah Robaire dengan gigih meminta Pudsorn untuk membantunya melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada korban. 

Pudsorn awalnya ragu, apalagi In yang melototinya dengan garang. Tapi gara-gara In terus menerus menghinanya dan meragukan kemampuan medisnya, Pudsorn lama-lama jadi tersulut emosi dan mengiyakan permintaan Robaire secara tak langsung dengan memberitahu alamat rumahnya pada Robaire.


In mengalihkan perhatiannya dari kasus Kapten Jean dengan mengejar Jan lagi, dan setelah mendatangi rumah ibunya Jan, In langsung yakin kalau Jan semalam ada di rumah ini karena dia menemukan bekas darah di lantai karena kaki Jan sempat terluka saat hampir ditangkap prajurit.

Ngomong-ngomong tentang Jan, Saen mendadak curiga kalau Jan mungkin pelaku yang membunuh Kapten Jean. Jan kan ada dendam pada Kapten Jean yang menjebloskannya ke penjara. 

Waduh! Bisa gawat kalau benar Jan pelakunya. In jadi semakin khawatir, apalagi penyelidikan kasus ini ditangani langsung oleh Robaire. Negara mereka bisa hancur jika sampai pecah perang dengan Perancis yang notabene lebih maju dalam persenjataan militer.

Robaire tidak buang waktu, siang harinya, dia langsung pergi menemui Pudsorn di rumahnya yang sekaligus klinik pengobatan. Robaire ingin Pudsorn memeriksa Kapten Jean lagi hari ini juga, namun terlebih dulu dia ingin mengajak Pudsorn untuk menemui Madame Clara, istrinya Kapten Jean untuk menyampaikan kabar kematian ini padanya. 

Pudsorn langsung setuju. Namun siapa sangka, mereka tidak akan pergi berdua saja karena In mendadak muncul lagi dan ngotot untuk ikut ke mana pun mereka pergi. 


Saat mendengar kabar suaminya meninggal, Madame Clara yang masih sangat muda dibanding suaminya, langsung menangis sedih dan meyakini kalau suaminya pasti mati tenggelam karena mabuk di rumah bordir karena memang itu kebiasaan suaminya.

Namun saat diberitahu bahwa suaminya mungkin mati karena dibunuh, Madame Clara menduga kalau pelakunya mungkin seorang perampok? Madame Clara berkata bahwa walaupun suaminya itu suka mabuk di distrik Nai Gai, namun dia sangat dermawan. 

Kapten Jean selalu membawa uang dalam jumlah banyak untuk dibagi-bagikan (pada para wanita di rumah bordir). Makanya dia selalu berusaha mengingatkan suaminya itu untuk tidak terus menerus membawa uang banyak karena itu bisa mengundang bahaya.


Menurut Robaire, sepertinya itu agak tidak mungkin mengingat Kapten Jean hanya mengenakan selembar kain perempuan di bagian atas tubuhnya. Bagi budaya Perancis, seorang pria mengenakan pakaian wanita itu sangat aneh. 

Karena itulah Robaire menduga bahwa Kapten Jean mungkin memiliki musuh bebuyutan yang kemudian memancingnya ke suatu tempat lalu membunuhnya dan mengganti pakaiannya sebelum kemudian membuangnya ke sungai.


Tapi Madame Clara menolak mempercayainya. Dia menggambarkan suaminya sebagai orang yang baik dan disukai banyak orang, suaminya tidak memiliki musuh, ya mungkin ada beberapa perselisihan dengan beberapa orang, tapi kan itu hal yang wajar. 

Makanya dia menolak mempercayai dugaan kalau dia dibunuh oleh musuh bebuyutan. Dia juga mengklaim bahwa suaminya adalah seorang suami yang baik dan penyayang (tapi suka mabuk-mabukan dan main perempuan? Kok aneh). 


Errr... tapi, sepertinya Madame Clara sendiri juga menyembunyikan sesuatu. Sebelum dia keluar menemui para tamunya tadi, dia sebenarnya sedang melamun sedih dan tampak beberapa lebam di wajahnya dan di lehernya yang mungkin bekas cekikan, namun segera dia samarkan dengan bedak dan kalung choker. Hmm, benarkah pernikahan mereka sebahagia yang dia ucapkan?

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

0 Comments