Sinopsis Padiwarada Episode 7 - Part 6

 


Saran sedang sibuk bekerja di teras saat Arun datang. Melihat tak ada siapapun selain Saran di rumah, dia langsung mengendap-endap ke belakangnya Saran.

Saat Saran masuk untuk mengambil minuman, Arun diam-diam melihat dokumen-dokumen yang sedang dipelajarinya. Tapi saat Saran hendak duduk, Arun usil menarik kursinya dan Saran pun terjatuh ke lantai.

Saran jelas kesal dan hampir saja menyerangnya, tapi Arun dengan cepat menyuruhnya untuk tenang dulu. Dia perhatikan, Saran sepertinya masih sibuk mencari markas para bandit itu. Berapa hari lagi cutinya berakhir?

"2-3 hari lagi."

"Apa Rin akan kembali?"


Arun jelas sinis saat Saran cuma diam. Jika Rin kembali, maka dia harus bersaing dengan Duang. Tidak ada seorangpun yang ingin kembali. Semua orang di seluruh dunia pasti sudah tahu kalau nama istrinya Saran adalah Duangsawat dan Rin cuma tukang masaknya.

"Kau menyakiti Rin!"

Kesal, Saran langsung menantangnya duel di taman. Tapi Arun cepat-cepat melepaskan cengkeraman Saran. Dia tidak siap duel dengan Saran hari ini, soalnya dia lagi pakai setelan mahal.

"Kau temperamental. Aku datang kemari cuma untuk memberitahumu bahwa jika Rin tidak kembali, maka aku juga tidak akan kembali."

"Lalu bagaimana dengan toko emasmu?"

"Akan kubiarkan pegawaiku mengurusnya. Karena kau dan Rin tidak saling mencintai dan dia memilih tinggal di sini, kau tidak seharusnya menyeretnya ke dalam cinta segitigamu yang menyedihkan itu lagi! Berhentilah mengganggunya!"

Arun langsung pergi setelah itu dan membuat Saran jadi galau memikirkan ucapan Arun barusan.


Malam itu adalah malam bulan pernama. Malam yang tepat bagi geng White Tiger untuk melakukan ritual ilmu kebal mereka di markas mereka yang seram. 

Dengan hanya mengenakan kain penutup setengah badan, mereka bersemedi di depan sebuah bak air yang mereka sebut '
air suci dan Kao mendadak muncul dari dalamnya.

"Mereka membunuh anggota kita, jadi sekarang giliran kita untuk mengkonfrontasi mereka! Mari kita hancurkan mereka! Kita serang mereka!" Teriak Kao yang sontak mendapat sorak-sorai dari para anggotanya. Dia lalu menyiram mereka semua pakai air suci yang dipakainya untuk berendam tadi.


Berbeda dengan geng White Tiger, Saran dan Rin sedang berdoa pada Buddha. Rin mengaku bahwa koran memberitakan hari ini adalah hari baik, makanya dia mengajak Saran untuk bermeditasi bersamanya.

"Aku tidak pernah tahu kalau kau ternyata melakukan hal-hal seperti itu."

"Biasanya sih tidak. Tapi White Tiger... dia kan punya kekuatan sihir hitam."

"Aku tidak takut dengan sihir hitam. Orang baik yang sering berdoa, tidak akan bisa dihancurkan oleh sihir hitam."

"Kau kuat seperti ini, makanya kau berani menghadapi mereka."

"Pelayanan negara ada untuk masyarakat, Dewa akan melindungi mereka. Apa kau tahu Dia (Dewa) siapa? Dia adalah Dewa yang melindungi negerinya."

"Orang baik beda kelas dengan para bandit."

"Benar. Mereka menggunakan sihir hitam untuk meningkatkan keberanian mereka dan membuat orang lain ketakutan. Jika mereka bisa mengendalikan hati mereka sendiri, maka aku bisa mengendalikan hatiku. Dan aku pasti akan menang."

"Karena itulah kau tidak punya kekuatan sihir apapun."


Tiba-tiba Rin memikirkan sesuatu lalu melepaskan kalung Buddha emas yang selama ini dipakainya, kalung yang ditinggalkan orang tuanya saat dia dibuang.

"Kalung Buddha ini sangat penting bagiku karena ini satu-satunya..." Dia hampir saja keceplosan, tapi dengan cepat dia menguasai diri dan mengklaim kalau ini adalah pemberian ibunya.

"Aku tidak bisa menerimanya kalau kalung ini sepenting itu."

"Apa kau ingat saat terakhir kali kau meminta restuku? Aku benar-benar merasa buruk karena tidak memberimu restu. Pakailah ini agar Buddha melindungimu. Kapanpun kau berhasil menangani White Tiger, kau bisa mengembalikannya padaku." kata Rin lalu memakaikan kalung itu di leher Saran.


Tapi Saran jadi curiga dengan maksud Rin ini. Rin memberikan kalung ini karena dia tidak mau kembali bersamanya ke Pak Tai, kan? Ini ucapan perpisahannya, kan?

Apa karena dia tidak punya jawaban untuk Rin tentang apa arti mereka bagi satu sama lain? Karena itukah Rin tidak mau kembali bersamanya?

Tidak punya jawaban, Rin cuma menyuruh Saran untuk menyimpan kalungnya dan bermeditasi sekarang juga. Dia mengakhiri percakapan mereka sampai di sini dan mulai berdoa pada Yang Maha Kuasa.


Di kantor wilayah pagi itu, seorang pegawai baru saja membuka semua pintu saat tiba-tiba saja dia menemukan sesuatu yang mengagetkannya. 

Saat Chode datang tak lama kemudian, pegawai itu sontak lari ke Chode dengan panik. Ada masalah. Ternyata di salah satu pintu, tertancap sebuah pisau dan buntelan kain putih berdarah dari White Tiger.


Saran masih sibuk mempelajari petanya saat seorang sheriff datang membawa sebuah kabar penting bahwa telah terjadi sesuatu di Paktai. Bahkan saat ini rumor itu sudah viral di radio.


Pada saat yang bersamaan di Paktai, pegawai toko emasnya Arun yang sudah tua, hendak membuka toko. 

Awalnya tampak tidak ada apa-apa, tapi saat ia menengadah, ia malah mendapati ada pisau tertancap di pintu dengan sebuah kain putih terlilit di pisau itu.

Bapak itu sontak shock dan panik menyadari itu adalah tanda dari geng White Tiger. Tak lama kemudian, Arun pun shock mendapat kabar itu.


Saran pun bergegas mengemasi semua barang-barangnya dan pamit pada Tuan dan Khun Ying. Tapi dia menyuruh Rin tetap tinggal di sini dulu tanpa memberitahu apa alasan yang sebenarnya.

Khun Ying tidak setuju dan langsung menyuruh Rin untuk mengemasi barang-barangnya juga. Tidak baik suami dan istri berpisah terlalu lama. Tapi Saran ngotot melarangnya lalu cepat-cepat pergi yang jelas saja membuat Rin curiga dan cemas.


Tepat saat dia tiba di pagar rumah, Arun datang dengan membawa koper. Kebetulan sekali, dia memang datang untuk meminta Saran untuk pergi bersamanya.

Saran setuju. "Mari kita akhiri perang di antara kita untuk sementara waktu."

Rin heran mendengar ucapan Saran. Pasti terjadi sesuatu. Jika tidak, kedua pria itu tidak mungkin seakur ini. Tapi saat dia mencoba menanyakannya, kedua pria itu malah kompak menjawab tidak ada apa-apa.

Arun juga berpikir sama seperti Saran. Menyuruh Rin untuk tetap di sini tanpa memberitahukan alasan yang sebenarnya. 

Saran menatap Rin dengan sedih sebelum kemudian memutuskan untuk mengucap 'selamat tinggal' lalu pergi, yang jelas saja membuat Rin semakin khawatir.

Dalam perjalanan di kereta api, Arun menceritakan apa yang dilihat pegawainya waktu dia hendak membuka toko tadi pagi. Dia melihat kain putih tertancap di pintu dan itu. Warga bilang bahwa kain putih itu artinya White Tiger dan itu adalah tanda aksi perampokan White Tiger.

"Mereka semakin meningkat selangkah. Mereka ingin warga hidup dalam ketakutan."

"Lalu bagaimana dengan yang ada di kantormu?"

"Cara untuk menyingkirkan sihir hitam. Menyedihkan sekali. Mereka pasti mengira kalau aku punya sihir hitam. Dia melakukannya hanya untuk membuat para anggotanya lebih percaya diri."

"Dia mengumumkan diri jadi musuhmu karena kau membunuh kaki tangannya Tiger Bang, bukan?"

"Dia cuma ingin menunjukkan pada para warga kalau dia tidak takut pada pemerintah."

"Lalu knapa mereka merampok toko emasku? Apa dia tahu kalau aku mengenalmu?"

"Mereka belum lama merampok, jadi mereka butuh uang dan toko emas adalah cara tercepat. Dan yang paling penting, kau bukan berasal dari daerah itu. Jadi merampokmu tidak akan menambah musuh bagi mereka."

"Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka merampok tokoku. Ayahku akan membunuhku."

"Dulu aku mendapat hukuman. Jika toko emasmu dirampok, orang-orang pasti akan berpikir kalau kantor pemerintah kita tidak berguna. Posisiku jauh lebih sulit daripada kau."

Bersambung ke episode 8

Post a Comment

0 Comments