Sinopsis Padiwarada Episode 7 - Part 4


Ternyata yang datang ke rumah Sepupunya Duang bukan cuma kedua orang tuanya, tapi juga suaminya - Naris. Duang belum kelihatan saat mereka tiba. Di mana Duang? Kenapa dia tidak menjemput mereka ke stasiun kereta?

"Aku di sini." Sahut Duang yang mendadak muncul. "Aku pergi membeli makanan untuk kalian. Cerewet banget."

Tapi Duang jadi makin kesal saat melihat Naris. Ibu Duang kesal mengkonfrontasinya, mereka terpaksa harus jauh-jauh kemari karena Duang tidak mau bicara pada mereka di telepon. Apa Duang berniat mau putus hubungan dengan mereka?

Duang menyangkal dan mengklaim kalau dia hanya merasa tak tenang, makanya dia hanya ingin menyendiri dulu untuk memikirkan segalanya baik-baik.


"Jadi apakah kau sudah memikirkan sesuatu? Apa yang akan kau lakukan? Upcara pernikahannya sangat megah, semua orang mengetahuinya. Bagaimana bisa kau tidak menganggap serius masalah ini?"

Pokoknya Duang harus kembali bersama suaminya. Mereka sudah menikah, jadi mereka harus tinggal bersama apapun yang terjadi.

Duang tidak mau, dia tidak mau kembali jika dia tidak memiliki kehidupan yang dia impikan. Naris bertanya-tanya kehidupan impian seperti apa yang Duang maksud?

"Aku menikah denganmu walaupun aku tidak mengenalmu. Kukira kau akan memberiku martabat dan kehidupan yang stabil. Tapi ternyata aku malah berakhir jadi istri guru miskin. Jika cuma ini yang bisa kau berikan padaku, aku akan memilih orang yang lebih kucintai."

"Memilih orang yang kau cintai? Wanita baik hanya memiliki satu suami. Kau tidak boleh punya dua hati. Ibu tidak akan mengizinkan hal itu!"


Naris mengaku kalau dia sebenarnya sudah berhenti dari pekerjaannya sebagai guru. Karena Ayahnya Duang mau membuka bisnis di ibu kota, jadi dia ingin mengambil kesempatan itu untuk menjadi CEO.

Tapi Ayah berkata kalau bisnis yang hendak dibukanya itu belum sepenuhnya dikembangkan.

Justru itu, Naris kan lahir dan besar di Eropa. Dia sudah pernah melihat bisnis semacam ini di Eropa sana. Karena itulah, dia percaya diri kalau dia bisa menangani bisnis ini. Dia yakin kalau dia bisa mengembangkan bisnis ini.

Ibu senang mendengarnya. Baguslah, berarti Ayah akan memiliki seseorang yang akan menangani bisnisnya. Karena itulah, Duang harus kembali dan membangun kestabilan hidup bersama di ibu kota. Tidak usah banyak pikir, lebih baik dia kembali besok pagi.

Duang ngotot tidak mau. Dia jelas belum bisa mempercayai Naris. Dia akan memberi Naris waktu 6 bulan untuk membuktikan dirinya. Jika segalanya berjalan baik, maka Duang akan kembali.

Dari luar, Naris kelihatan sangat bisa dipercayai. Tapi nyatanya dia sangat misterius. Karena itulah, Duang akan melihat bagaimana aksinya dulu.

"Kalau ayahmu setuju, aku akan berhenti dari pekerjaanku secepatnya." Ujar Naris.

Ayah tampak agak ragu sebenarnya, tapi akhirnya ia setuju. Tapi Duang ngotot kalau dia mau tinggal di sini selama 6 bulan.

Jika waktunya tiba, dia akan pulang sendiri. Mereka bertiga harus berhenti ikut campur dengan urusannya selama dia tinggal di sini.


Saat mereka masuk kamar, Ibu langsung kesal merutuki putrinya yang sangat keras kepala itu.

Ayah sebenarnya bisa maklum dengan sikapnya. Mereka menyuruhnya menikah dengan Naris dengan harapan agar hidupnya stabil. Tapi ternyata Naris tak punya apapun.

"Tapi siapa peduli? Apa yang bisa kita lakukan sekarang? Apapun yang terjadi. Kita harus membawa Duang kembali ke Phranakorn!"

 

Acara pernikahan itu berlangsung mewah dan megah, sangat kontras dengan pernikahan Rin yang kecil dan sederhana.

Saat memberkati kedua pengantin dengan air suci, Tuan Bumrung menasehati Braranee untuk selalu mengingat 5 hal penting bagi pasangan. Yaitu: Kesetiaan, kesabaran, pura-pura bodoh, jangan bicara dan cepat lupakan.

Sementara Khun Ying meminta Panit untuk selalu memaafkan Braranee jika mereka punya masalah apapun, baik masalah besar maupun masalah kecil. Karena bagaimanapun, Braranee masih muda.

Pada Braranee, ia hanya mengingatkan Braranee untuk berhenti bersikap keras kepala karena sekarang dia sudah tidak bersama orang tuanya lagi.


Setelah acara pemberkatan selesai, Arun memberitahu Jaew kalau Rin cantik banget hari ini. Biasanya kan Rin pakai baju casual, tapi hari ini dia berdandan sangat cantik.

Dia terus saja nyerocos memuji-muji Rin tanpa sadar kalau Saran lagi ada di belakangnya. Kesal, Saran langsung memetik beberapa bunga hiasan lalu diam-diam menaruhnya di gelas airnya Arun.

Jaew berusaha menghentikan Arun, tapi terlambat. Arun langsung meminumnya... dan sontak memuntahkannya kembali. "Apa-apaan ini, Jaew?"

"Err... bukan aku yang melakukannya."

"Jangan biarkan aku mendengarmu memuji-muji istri orang lain lagi." Ancam Saran lalu pergi.


Arun jelas kesal dan mau mengejar Saran. Tapi untung saja Jaew sigap bertindak menghalanginya. "Tolong jangan ikuti dia. Rin menyuruhku untuk memisahkan kalian berdua."

"Terus kenapa kau tidak bilang-bilang tadi?!"

"Sudah. Tapi kau tidak dengar."

"Aku akan balas dendam!"


Acara lalu dilanjutkan dengan pesta dansa. Khun Ying benar-benar suka melihat kedua pengantin itu. Cantik dan tampan, mereka sangat cocok satu sama lain.

Tapi Tuan Bumrung merasa agak janggal karena kerabatnya Panit yang datang cuma sedikit. Kenapa kerabatnya sedikit sekali?

"Aku dengar kalau orang tuanya sudah meninggal dunia dan kebanyakan kerabatnya ada di Penang. Tapi mereka tidak bisa datang karena ada halangan."

"Begitu putri kita menikah, hidupnya menjadi milik suaminya. Kuharap Panit itu orang baik." Cemas Tuan Bumrung.

"Aku yakin tidak ada apa-apa. Jangan berpikir terlalu berlebihan."


Rin tak sengaja salah langkah sampai menginjak kaki Saran yang jelas saja membuat Saran heran lagi padanya. Kedua adik Rin pintar berdansa, tapi Rin sangat buruk.

"Kan sudah kubilang sebelumnya, aku tidak suka menghadiri pesta."

"Aku sudah bertanya pada para kerabatmu dan mereka mengonfirmasi bahwa memang ada 3 putri di keluargamu."

"Memang itu kebenarannya."

"Teman sepertimu... tidak akan membohongi seorang teman sepertiku, kan? Tapi mata semua orang saat mereka membicarakanmu, tampak aneh. Izinkan aku menanyakan pertanyaan penting ini. Di antara hubungan pertemanan kita, apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"


Rin gelisah mendengarnya dan langsung melirik kedua orang tuanya. Memperhatikan apa yang dilihatnya, Saran bisa menyimpulkan kalau kedua orang tua-nya lah yang Rin cintai.

"Antara orang-orang yang kau lihat dengan orang yang tangannya kau genggam saat ini. Siapa yang akan kau pilih?"

"Aku..."

"Pertanyaan ini sangat penting bagiku. Pikirkan baik-baik dan jawab aku."

Rin bimbang sejenak, tapi akhirnya dia mantap mengklaim kalau dia tidak menyembunyikan apapun dari Saran. Tapi jawabannya jelas membuat Saran kecewa dan langsung melepaskan dirinya tanpa mempedulikan orang-orang yang menatap mereka.

"Bunga matahari hanya bisa menghadap ke matahari. Keluargamu jauh lebih penting bagimu daripada aku."


Dia langsung pergi meninggalkan Rin tanpa mempedulikan semua orang yang menatap mereka. Dia mengambil segelas air lalu duduk di dekat jendela tanpa menyadari Arun yang diam-diam muncul dari belakangnya lalu balas dendam dengan menabur sesuatu ke gelas airnya Saran.

Dia lalu bersembunyi di belakang semak dengan antusias menanti Saran meminum airnya. Saran akhirnya mengangkat gelasnya tak lama kemudian.

Tapi tiba-tiba dia menyadari airnya agak keruh dan langsung membuangnya ke semak di belakangnya tepat mengenai muka Arun. (Wkwkwk! Sial banget si Arun)


Sementara ketiga saudari ngobrol bertiga di dalam, Chalat sedang memperhatikan Buranee dari luar sambil mesam-mesem. Saran muncul di sampingnya tak lama kemudian dan curhat tentang pertanyaan yang diajukan Rin padanya semalam. Tentang alasannya datang menjemput Rin kemari.

Chalat juga heran dengan hal itu. Jika Saran sungguh-sungguh mencintai Duang, maka dia pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengakhiri hubungan mereka. Lagipula dia bahkan belum menandatangani akta pernikahan dengan Rin.

"Hei, aku ini bukan orang yang ceroboh. Kalau aku melakukan itu, maka para tetua akan kehilangan muka mereka (perceraian bisa mempermalukan orang tua kedua pengantin)." Alasan Saran

"Alasanmu tetap tinggal karena tanggung jawab, bukan? Khun Braralee mungkin ingin menanyakan hal yang sama."

"Dia sudah menanyakannya. Dia bilang kalau aku tidak memberinya jawaban, maka dia tidak akan kembali."

"Lalu apa jawabanmu?"

"Aku tidak punya jawaban. Ini pertanyaan paling sulit di seluruh dunia."


"Kita akan selalu memiliki cinta yang akan menuntun kita setiap kali kita menghadapi masalah. Seperti misalnya, kau bahkan berhasil lolos dari situasinya Duang."

"Tapi aku hampir mati."

"Sementara tentang Braralee, kau tidak mencintainya. Karena itulah kau bingung."

Saat Saran jatuh bangkrut dan harus pindah ke biara, dia hanya memiliki dua teman. Chalat dan Duang. Tapi pada akhirnya, Duang kehilangan stabilitasnya lalu menikah dengan orang lain.

Karena itulah, jika dia jatuh cinta lagi, maka dia harus bisa mempercayai orang itu lebih dulu. Tidak boleh ada rahasia di antara mereka dan tidak boleh saling mencampakkan.

"Jika Rin bisa membuatku melihat itu, maka aku bisa mencintainya."

"Bagaimana kau akan membuktikannya?"

"Pertama-tama, latar belakangnya. Selama dia masih berbohong padaku dan masih memilih keluarganya dibanding aku, bagaimana bisa aku mencintainya? Itu tidak mungkin."

Bersambung ke part 5

Post a Comment

0 Comments