Sinopsis Padiwarada Episode 7 - Part 1


Duang mengundang Saran untuk datang padanya nanti malam lalu pergi setelah mengecup pipi Saran.

Jim Lim sudah selesai menata baju-bajunya Saran di lemari majikannya saat Duang kembali. Dia penasaran apakah Saran sudah pasti akan datang nanti malam? 

Tentu saja, Duang sangat yakin. Saran sekarang cuma lagi marah, dia cuma memberi Saran waktu sekarang. Saran pasti akan datang.


Malam harinya, Ibu mendiskusikan masalah ini dengan Nuer. Ibu sedih karena Rin memutuskan untuk menyerah. Mengingat segala kelicikan yang dilakukan Duang demi Saran, Nuer berpikir kalau Duang pasti sangat mencintai Saran.

"10 tahun bersama Duangsawat dan 4-5 bulan bersama Braralee. Siapa yang akan Saran pilih?"


Tapi alih-alih pergi ke Duang, Saran ternyata pergi ke kebun bunganya Rin dan melihat bibit-bibit bunga matahari mereka yang sudah mulai tumbuh. 

Dia jadi galau teringat saat Rin membuang benih-benih bunga mataharinya dan mengklaim bahwa di antara mereka berdua tidak akan pernah tumbuh cinta dan kesetiaan.

Dia jadi semakin bingung saat teringat ucapan Duang tadi siang. Tapi saat teringat peringatan Rin untuk memikirkan perasaannya dengan baik, Saran tiba-tiba tersenyum, entah apa yang dia pikirkan. Dia lalu pergi... err, ke Duang?

 

Duang sudah antusias menanti kedatangan Saran. Dia terus menunggu dan menunggu dengan sabar. Tapi bahkan setelah beberapa lama, Saran tetap tidak datang-datang. Haha! Duang lama-lama mulai kesal.


Ternyata Saran cuma pergi untuk mengambil kayu dan peralatan pertukangan lalu mulai bekerja menempatkan kayu-kayu itu di sekeliling tanaman. 

Sherm dan Mae Sai mengintipnya dari balik pohon dengan cemas, curiga kalau Saran sedang merusak tanamannya Rin. (Err... kayaknya dia sedang membuat pagar deh)


Rin dan Arun tiba di rumah keesokan harinya, tapi malah tak mendapati ada siapa-siapa di sana. Rin berterima kasih padanya dan menyuruhnya pulang dan istirahat saja, tapi Arun malah ngotot menyuruh Rin bilang ke orang tuanya kalau Saran sudah punya istri.

Dia bahkan terdengar sangat antusias memikirkan kemungkinan kalau Tuan Bumrung mungkin akan membatalkan pernikahan mereka. Pokoknya Rin harus mendiskusikannya, kebebasannya ada di tangannya sekarang.

"P'Arun, aku pulang kali ini karena aku ingin menjaga jarak dari rumah itu. Aku ingin berpikir. Ini hidupku. Beri aku sedikit waktu."

Arun jadi canggung mendengarnya. "Baiklah. Kalau begitu, aku pergi."


Tak lama setelah Arun pergi, Jaew muncul dan sontak menjerit heboh saking senangnya bisa bertemu Rin lagi. Dia bahkan langsung memeluk Rin erat-erat lalu memanggil kedua nonanya. 

Braranee dan Bu pun sontak lari memeluk Rin. Mereka benar-benar merindukannya. Kenapa Rin tidak bilang-bilang kalau dia akan pulang?

"Begitu aku melihat wajahmu, aku langsung tahu kalau pernikahanku akan lengkap."

"Aduh, aku ini cuma seorang pelayan. Jangan beri aku kehormatan itu."

"Hei, jangan bilang begitu. Ayo, ikuti kami dan lihatlah."

 

Mereka langsung menyeret Rin naik ke kamarnya Bu yang ternyata sekarang sudah diubah jadi kamar untuk dua orang. 

Mulai sekarang, ini adalah kamar barunya Rin. Mereka bahkan sudah memindahkan semua barang-barangnya yang tadinya di kamar pelayan ke kamar ini. Apa Rin suka?

Waktu itu Chalat datang untuk menyelidiki Rin, makanya mereka menata dan memindahkan barang-barangnya Rin dari kamar bawah. Jadi mulai sekarang, Rin harus bilang ke semua orang bahwa dia selalu tidur di kamar ini dan bukannya di kamar pelayan.

Mereka bahkan sudah mengubah beberapa album foto mereka dan menghubungi semua saudara-saudara mereka agar mereka tidak bilang-bilang ke siapapun tentang identitas asli Rin.

"Aku juga sudah memberitahu semua orang di sekitar area ini. Aku tidak akan gagal kali ini." Timbrung Jaew.

Kalau Saran atau siapapun datang untuk bertanya, maka satu-satunya jawaban yang akan mereka dapatkan bahwa Rin adalah putri tertua Tuan Bumrung. Ah, Rin ingat siapa Chalat. Dia teman baiknya Saran yang datang ke pernikahan mereka waktu itu.

"Pantas saja. Aku tidak salah menilainya. Pria licik itu. Dia tidak jujur pada kita. Kita tidak bisa mempercayainya." Rutuk Bu.


Tapi terlepas dari apa saja yang sudah mereka katakan pada orang lain, Rin tetap tidak akan pernah lupa siapa dirinya yang sebenarnya. Bahwa dia adalah anak yang dibuang oleh orang tuanya dan cuma seorang pelayan. Dia tidak akan pernah bisa mengalahkan orang-orang yang punya uang dan status sosial.

Braranee dan Bu heran mendengarnya. Apa ada seseorang yang mengatakan sesuatu yang menyakitkan pada Rin? Tapi Rin menolak mengatakan apapun.

Braranee meyakinkannya untuk tidak cemas. Bahkan saat suami dan ibu mertuanya Rin datang ke upacara pernikahannya nanti, rahasianya tidak akan pernah terungkap.


Ngomong-ngomong, apa mereka akan datang ke upacara pernikahannya? Dia sudah mengirim undangan untuk mereka, apa mereka sudah menerimanya?

"Belum. Kantor pos di Paktai tidak bisa diandalkan, Mungkin ada masalah dalam pengirimannya."

"Terus, kenapa kau tidak bilang-bilang? Dan bagaimana kau bisa kemari?"

"Aku pulang bersama P'Arunlerk. Ceritanya panjang."

Duang benar-benar kesal gara-gara Saran tidak datang padanya semalam. Tapi saat Jim Lim menyinggung masalah itu, Duang memutuskan tak mempedulikannya. Toh, yang penting wanita itu sudah pergi. Jadi Saran pasti akan datang.

Tapi saat dia pergi mencari Saran ke rumahnya, para pembantu rumah itu dengan senang hati memberitahunya bahwa majikan mereka saat ini sedang tidak ada di tempat.

"Dia kan libur hari ini. Dia pergi kerja?"

"Oh, ya. Ini formulir cutinya. Dia pergi ke ibu kota selama satu minggu. Aku akan mengirim ini ke kantor hari senin."

"Dia pergi ke ibu kota? Kenapa?"

"Anda masih tanya? Saya sebenarnya tidak ingin mengatakannya karena saya tidak mau menyakiti perasaan anda. Tapi akan kami katakan."

"Dia pergi menemui istrinya! Hahahaha!" Teriak trio pembantu serempak.

Duang cuma diam menahan kesal, malah Jim Lim yang jejeritan heboh bin lebay mewakili majikannya. Jelas saja trio pembantu langsung ngakak puas menertawai mereka.


"Dia berteriak mewakiliki karena aku tidak suka bersuara, aku lebih suka bertindak." Kesal Duang lalu membanting vas terdekat sampai pecah berkeping-keping lalu dengan sombongnya dia membanting uang untuk mengkompensasi vas itu.

"Aku Duangsawat, putri tunggal konglomerat. Seseorang sepertiku akan mendapatkan apapun yang kuinginkan! Aku akan menghancurkan apapun yang ingin kuhancurkan!"

Bahkan saking emosinya, dia malah melempar tatapan benci ke Ibu Saran sebelum kemudian nyelonong pergi begitu saja.


Dia benar-benar sudah seperti orang gila sekarang. Bukan gila karena rasa cintanya pada Saran, tapi gila karena kebenciannya pada Rin. Bahkan sesampainya kembali ke rumahnya, dia langsung jejeritan kayak orang kesetanan.

"Aku membencinya (Rin)! Aku membencinya! Aku membencinya!!!"


Saat Rin memberikan penghormatan pada Khun Ying dan Tuan Bumrung, Khun Ying memperhatikan mata Rin memerah, apa dia ada masalah? Tapi Rin menyangkal dan mengklaim kalau dia baik-baik saja.

"Aku tanya dia kenapa Pak Sheriff tidak datang bersamanya, tapi dia tidak mau jawab, ayah, ibu. Ayah-ibu tanya sendiri saja, mulutnya terkunci rapat." Goda Braranee, jelas-jelas dia sudah tahu apa masalah Rin dan berusaha membuat Rin mengatakannya pada Tuan dan Khun Ying.

Tapi Rin tetap saja bungkam dan bersikeras mengklaim kalau dia tidak ada masalah apa-apa. Dia datang cuma karena ingin menghabiskan waktu bersama 'Nona-Nona'. Tapi begitu Khun Ying menatapnya tajam, Rin buru-buru mengoreksi ucapannya.

"Bersama adik-adikku dan juga bersama ayah dan ibu. Semua orang ada di sini, tidak usah mengkhawatirkan yang tidak-tidak."

"Biarkan aku memelukmu, aku merindukanmu." Bu dan Braranee sontak memeluknya lagi.


Di Paktai, Nuer dan Sherm menunjukkan kebun bunganya Rin sudah terlindungi oleh pagar buatan Saran. Sherm memberitahunya kalau Saran mengerjakannya sepanjang malam, bahkan tidak tidur.

"Saya dengar, ia memetik bibit-bibit bunga matahari ini bersama Khun Rin."

"Saya kira kalau dia akan menghancurkan kebun dan seluruh rumah. Dia selalu bertindak gegabah."

"Pak Sheriff menatap bunga-bunga itu cukup lama lalu mengerjakan (pagar) itu. Sebenarnya, Nyonya membuang benih-benih bunga ini. Ia tidak bermaksud menanamnya. Tapi karena hujan turun, bunga-bunga itu tumbuh dengan sendirinya."

Ibu jelas senang mendengarnya. "Cinta dan kasih sayang tumbuh secara alami. Mereka berusaha menahan diri mereka, tapi kadang itu tidak bisa dikendalikan."

Tapi tetap saja Nuer cemas. Tindakan Saran kan mengkhawatirkan. Seperti saat dia mengambil pistol dan menembak beberapa kali seperti waktu itu. Kalau dia ke Phranakorn, apa Arun dan Rin akan baik-baik saja? Iya, juga. Ibu mendadak cemas mendengarnya.

Saran sudah tiba di depan kediaman Bumrung Prachakit. Tepat saat itu juga, ada seseorang yang datang dan dia mendengar orang itu bicara pada Jaew tentang upacara pernikahan yang akan diadakan oleh keluarga ini, sepertinya dia petugas wedding organizer.

Saat Jaew membukakan pintu untuk pria itu, Saran langsung memanfaatkan kesempatan untuk nyelonong masuk ke dalam dan mencari-cari Rin.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments