Di kamar pengantin mereka, Yin Song penuh perhatian banget mengoles obat untuk lukanya Hao Jia. Hao Jia bersikap sangat manis dan lemah lembut seperti biasanya, tapi apakah benar-benar ada rasa suka di antara mereka berdua?
Jelas tidak. Hao Jia menikah dengannya murni hanya untuk memperkuat posisinya. Sedangkan Yin Song, entah apakah dia benar-benar menyukai Hao Jia dan entah apakah dia juga menyukai istri resminya atau tidak. Tapi mengingat sifatnya, aku tidak yakin dia benar-benar mencintai kedua istrinya.
Hari ini para istri dan selir baru harus bersekolah di Sekolah Inner Garden untuk mempelajari segala tetek bengek tentang menjadi istri dan selir pangeran. Li Wei sebenarnya males banget mengikuti kelas ini, tapi demi suaminya yang dia pikir sedang sekarat, jadi dia terpaksa mengikutinya saja, biar dia tidak menyusahkan suaminya menjelang kematiannya.
Tapi benar-benar bosan dan tidak ada minat sedikit pun untuk belajar... hingga akhirnya dia ketiduran dan baru bangun saat lonceng sekolah berbunyi. Jelas saja gurunya kesal sama dia dan langsung menghukumnya dengan mengurangi jatah uang bulanannya.
Malam harinya saat mereka makan malam bersama, Li Wei dengan tak enak hati meminta maaf pada Yin Zheng karena bikin masalah di kelas tadi. Tapi Yin Zheng sama sekali tidak marah, dia malah maklum mengingat Li Wei yang memang tidak memiliki keahlian apa pun.
Dia menyuruh Li Wei makan duluan, sementara dia masih fokus membaca bukunya. Tapi lama-lama dia malah bingung karena tak mendengar suara apa pun, dan saat dia menengadah, dia mendapati Li Wei malah cuma diam menatapnya dengan wajah merana.
Jelas Li Wei tidak berani makan duluan. Soalnya menurut ajaran dayang istana senior, makan bersama suami itu itu ada tata kramanya. Istri tidak boleh makan mendahului suami.
Menyadari Li Wei sedang menunggunya, Yin Zheng akhirnya meletakkan bukunya dan mulai mengangkat sumpitnya dan seketika itu pula Li Wei langsung sumringah ikutan mengangkat sumpitnya.
Aturan lainnya adalah istri hanya boleh mengambil makanan yang diambil suaminya. Jadi saat Yin Zheng mengambil satu sayur, Li Wei juga mengambil sayur yang sama. Tapi Yin Zheng makannya cuma sayur mayur, ditambah dengan kesehatannya yang membuatnya tidak boleh banyak makan makanan yang berdaging dan berlemak. Hadeh! Padahal Li Wei sudah mendambakan makan semua daging dan ayam yang ada di meja makan itu.
Tapi kemudian, Yin Zheng akhirnya mengambil daging, Li Wei sontak maju dengan antusias mengambil daging yang sama. Menyadari kalau Li Wei benar-benar menuruti aturan dengan mengambil makanan yang dia ambil, Yin Zheng mencoba menyentuhkan sumpitnya ke daging yang lain, cuma menyentuh, tidak mengambil, tapi Li Wei langsung melompat-lompat mengelilinginya dengan antusias untuk mengambil semua yang dia sentuh.
Lucunya lagi, aturan lainnya menyebutkan bahwa istri hanya boleh mengambil makanan-makanan yang sama sebanyak 3 kali, tapi tidak disebutkan berapa banyak yang boleh dia ambil.
Maka Li Wei langsung saja mengambil mangkok besar lalu mengambil semua makanan yang tadi sebanyak mungkin sampai mangkoknya penuh menggunung, dan jelas saja membuat semua orang melongo melihat selera makannya.
Yin Zheng sampai geli melihatnya makan dengan begitu rakus dan bahagia. Melihatnya makan sebanyak itu membuat Yin Zheng jadi kenyang dan memutuskan untuk selesai makan duluan. Ah! Tapi ada satu menu yang belum dia sentuh dan jelas Li Wei tidak akan berani mengambilnya kalau belum dia sentuh.
Maka Yin Zheng dengan manisnya menyentuhkan sumpitnya ke ikan besar lalu pergi. Su Shen memberitahu Li Wei bahwa Yin Zheng sama sekali tidak peduli dengan tata krama meja makan. Oke! Li Wei langsung saja mengambil ikan itu dan memakan semuanya dengan rakus, bahkan sampai habis tak bersisa sedikit pun.
Usai makan, Li Wei mengantarkan semangkok obat untuk Yin Zheng yang masih rajin belajar. Li Wei prihatin, hanya tinggal beberapa hari (sebelum mati) tapi Yin Zheng masih rajin belajar.
"Justru karena tinggal beberapa hari (sebelum ujian), jadi harus semakin rajin belajar."
"Anda ini... Pangeran tenang saja. Setelah anda pergi nanti, aku akan membakar banyak buku untuk anda." (buat dibaca di alam baka)
Bingung dengan pilihan katanya, Yin Zheng mengira kalau yang dia maksud adalah 'membawa' buku, tapi Li Wei tidak perlu repot-repot membawakan buku untuknya, dia sudah mengingat semua yang dia baca kok.
Li Wei prihatin, "menghafal untuk dibawa pergi (ke alam baka). Pangeran memiliki daya ingat yang kuat, sungguh membuat orang salut."
Li Wei lalu menyerahkan beberapa kertas. Yin Zheng kan menyuruhnya menyalin menu makanan 100 kali, sudah dia selesaikan. Tapi menurutnya, biarpun menu makanan di kediaman Yin Zheng ini sangat beragam, tapi karena kondisi kesehatannya, jadi Yin Zheng tidak bisa memakan semuanya.
Tapi biarpun waktunya tinggal beberapa hari lagi, jadi Yin Zheng tetap harus makan dengannya. Li Wei tiba-tiba punya ide menanyakan apa harapan yang paling Yin Zheng inginkan, dia akan membantu mewujudkan harapan Yin Zheng (sebelum Yin Zheng mati). Tapi Yin Zheng menolak menjawab karena Li Wei jelas tidak akan bisa membantunya mewujudkan impiannya dan langsung mengusirnya.
Keesokan harinya, Li Wei menulis surat lagi untuk kedua orang tuanya, lagi-lagi dengan antusias mengabarkan bahwa suaminya akan mati beberapa hari lagi. Dia lalu menyerahkan suratnya pada kedua pelayannya dan meminta mereka untuk membantunya mengirim surat itu.
Dia lalu pergi keliling menanyai siapa pun yang bisa dia tanyai tentang Yin Zheng, karena dia masih bertekad untuk membantu mewujudkan impian Yin Zheng sebelum suaminya itu mati.
Dia bahkan punya hadiah untuk Yin Zheng, satu ruangan penuh bunga krisan dan bunga lili, tersebar di seluruh ruangan kayak... errr... altar kematian. Wkwkwk! Jelas saja Yin Zheng bingung saat melihat tata letak aneh bunga-bunga itu. Apa dia pernah menyinggung Li Wei ataukah Li Wei merasa menderita setelah menikah dengannya?
Li Wei mengaku bahwa dia menyiapkan bunga-bunga klasik ini karena tidak ada seorang pun yang mengetahui apa bunga kesukaan Yin Zheng. Bunga krisan itu melambangkan kemandirian, sulit didekati, namun menarik. Semua itu persis seperti Yin Zheng yang sulit ditebak.
Dia hanya ingin membuat Yin Zheng senang, tapi sepertinya Yin Zheng tidak senang. Tapi jangan khawatir. Li Wei punya hadiah lain untuk Yin Zheng... sebuah lukisan potretnya Yin Zheng karena Yin Zheng kan selama ini tidak memiliki lukisan potret dirinya.
Lukisannya memang sangat bagus dan sangat mirip dengan wajah Yin Zheng. Yin Zheng sontak tersenyum senang... sampai saat Li Wei tiba-tiba memasang lukisan dirinya itu di depan bunga-bunga krisan yang otomatis membuat ruangan itu jadi semakin mirip dengan altar pemakaman. Wkwkwk!
Yin Zheng dan Su Shen sampai shock dan ketakutan dibuatnya. Bahkan saking takutnya, Yin Zheng dan Su Shen sontak kompak menolak saat Li Wei dengan antusias berkata kalau dia masih punya hadiah lain.
Namun yang tak disangka Yin Zheng, hadiah ketiganya Li Wei ternyata seekor anjing. Hadiah kali ini benar-benar berhasil membuat Yin Zheng senang karena dia memang sangat menyukai anjing. Li Wei mengetahui hal ini dari Pangeran Ke-11.
Su Shen bercerita bahwa dulu Yin Zheng pernah memiliki seekor anjing, namun gara-gara Putra Mahkota alergi bulu anjing, jadi Putra Mahkota membuang anjingnya Yin Zheng. Yin Zheng bahkan pernah berlutut seharian di depan istana gara-gara itu, tapi Raja tak memedulikannya sama sekali.
Prihatin mendengar kisah sedih masa kecil Yin Zheng itu, Li Wei meyakinkan Yin Zheng untuk tidak khawatir, tidak akan ada seorang pun yang akan bisa membawa pergi anjing ini, Li Wei bisa menjaganya, tenaganya besar loh. Karena anjing ini belum punya nama, Yin Zheng memutuskan untuk menamainya Baifu... Li Baifu.
"Nama yang sangat kuno, dan kenapa dia ikut margaku?"
"Anak yang kau bawa, aku tidak akan berebut denganmu. Li Baifu."
Li Wei tidak senang dan langsung pergi dengan muka ngambek. Pelayannya Li Wei memohon pada Yin Zheng untuk memahami perasaan Li Wei. Bunga krisan dan bunga lili itu melambangkan perasaan dan cinta abadi. Li Wei bahkan memohon berkah di Kediaman Istana Dalam, mendoakan agar Yin Zheng bahagia.
"Biarpun nona tidak mengatakannya, namun dalam hatinya, dia sangat menyukai anda." ujar si pelayan. Pfft! Terang saja Yin Zheng jadi kebingungan mendengar Li Wei menyukainya.
Malam harinya, Yin Zheng duduk di ruangan penuh bunga itu mirip altar kematian itu bersama Yin Qi yang datang hanya untuk curhat tentang istrinya yang mematahkan tangannya hingga sekarang tangannya harus diperban.
Tapi Yin Zheng bahkan tidak mendengarkan keluhannya gara-gara masih bingung memikirkan Li Wei. Dia benar-benar bingung, belakangan ini Li Wei sangat perhatian padanya, mengawasinya minum obat, bahkan memberinya banyak hadiah. Semua itu apa maksudnya?
Yin Qi sontak mewek mendengarnya. Apa lagi memangnya? Tentu saja semua itu menunjukkan kalau Li Wei menyukai Yin Zheng. Yin Qi jadi iri, Yin Zheng memiliki istri yang baik dan sangat menyukainya. Tapi nggak usah dipamerin ke dia juga kali. Dia sudah menderita seperti ini gara-gara istrinya, Yin Zheng malah pamer istrinya yang sangat baik padanya. Iiiish! Dasar!
Tapi keesokan harinya, Su Shen mendadak menyerahkan beberapa surat yang Li Wei kirimkan ke orang tuanya. Li Wei tidak tahu bahwa selir sebenarnya tidak boleh mengirim surat pada orang tua, makanya surat itu pada akhirnya malah berakhir di tangan Su Shen.
Dan jelas saja Su Shen langsung kesal marah-marah setelah membaca surat itu... surat-surat di mana Li Wei memberitahu orang tuanya bahwa suaminya akan mati beberapa hari lagi. Jadi selama beberapa hari ini Li Wei sangat baik pada Yin Zheng, ternyata karena dia menunggu-nunggu kematian Yin Zheng. Yin Zheng akhirnya mengerti dengan segala keanehan sikap Li Wei selama beberapa hari ini.
Bersambung ke episode 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam